JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa sangka, bangunan Rumah Sakit Dewan Gereja Indonesia (RS Cikini), Jakarta Pusat, yang mirip dengan salah satu istana di Callenberg, Jerman, ternyata dibangun oleh pelukis kelahiran Semarang, Jawa Tengah.
Pelukis itu bernama Raden Saleh Syarif Bustaman, seseorang yang dikenal sebagai maestro pelukis Indonesia.
Beberapa karya lukisannya yang terkenal antara lain tentang penangkapan Pangeran Diponegoro, perkelahian singa, dan serangan harimau.
Bung Karno pun sangat menggemari karya Raden Saleh hingga beberapa lukisannya menjadi koleksi Istana Kepresidenan.
Lantas, bagaimana bisa Raden Saleh membangun bangunan megah di Cikini, yang mirip bahkan meniru salah satu istana di Callenberg?
Dikutip dari buku Batavia Kota Banjir yang ditulis jurnalis senior Alwi Shahab pada tahun 2009, Raden Saleh merupakan seorang turunan keluarga bangsawan Jawa Tengah.
Bakat menggambar sudah melekat dalam dirinya sejak kecil.
Beranjak dewasa, hasil lukisan pria yang lahir pada 1811 di Semarang itu semakin menarik perhatian orang-orang Belanda.
Hal itu juga membuat pemerintah kolonial terpukau hingga mengirim Raden Saleh ke Belanda untuk mengasah keterampilan seni melukisnya.
Di Belanda, keterampilan melukis Raden Saleh semakin memukau. Ia beberapa kali melukis pejabat kolonial.
Raja Willem I bahkan terkesan dengan pelukis asal Jawa itu.
Usai mengasah seni lukis selama 10 tahun di Belanda, Raden Saleh pun pergi ke Jerman.
Di Jerman, dia sangat tertarik dengan istana yang berada di Callenberg.
Saat kembali ke Tanah Air, Istana Callenberg memicu Raden Saleh untuk memanfaatkan tanah miliknya di Cikini yang mencakup Taman Ismail Marzuki, SMP II Cikini, dan Masjid Cikini.
Ia memanfaatkan tanahnya itu untuk membangun kediamannya, meniru Istana Callenberg.
Raden Saleh yang merupakan pecinta binatang itu juga membangun kebun binatang di kediamannya tersebut.
Pada akhirnya, Raden Saleh menjual kediamannya itu kepada sahabatnya, Sayid Abdullah bin Alwi Alatas.
Sayid kemudian menjualnya kembali kepada Yayasan Emma, sebuah organisasi sosial Belanda.
Menjelang kemerdekaan, Belanda menyerahkan bangunan tersebut kepada Dewan Gereja Indonesia (DGI). Bangunan itu kini telah berfungsi sebagai rumah sakit.
Adapun Raden Saleh meninggal dunia pada 1880 dimakamkan di Jalan Pahlawan, Bogor, Jawa Barat.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/06/21/13592141/bangunan-rs-cikini-tiruan-kastil-jerman-peninggalan-sang-pelukis-raden