Salin Artikel

Dibangun Tiga Abad Lalu, Masjid Al Makmur Bertahan di Pusat Perbelanjaan Tanah Abang

JAKARTA, KOMPAS.com - Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta kini sudah mencapai usia yang ke-493 pada tahun ini.

Kota yang dulunya dikenal sebagai nama Batavia ini menyimpan banyak sekali peninggalan sejarah.

Salah satunya, Jakarta menjadi tempat kerajaan-kerajaan Islam berdakwah dan mengajarkan agama Islam kepada masyarakat.

Dari belasan masjid tua, ada satu masjid yang keberadaan sudah hampir tiga abad lebih, yakni Masjid Al Makmur yang berlokasi di Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Dalam buku "Batavia Kota Banjir" oleh Alwi Shahab terbitan 2009 dikisahkan tentang keberadaan Masjid Al Makmur.

Masjid ini dibangun pada 1704 oleh keturunan bangsawan Kerajaan Islam Mataram pimpinan KH Muhammad Asyuro.

Saat itu, kerajaan Mataram pimpinan Sultan Agung dua kali menyerang kota Batavia, tepatnya pada tahun 1618 dan 1619.

Meski mengalami kegagalan, para bangsawan Mataram dikenal sebagai juru dakwah yang andal.

Mereka kemudian menetap di Jakarta dan menjadi da'i serta membangun sejumlah masjid.

Sejak saat itu, Masjid Al Makmur ramai dikunjungi jemaah.

Bangunan masjid diperluas

Kondisi masjid yang kala itu masih menjadi mushala hanya berukuran 12 x 8 meter persegi. Itu sebabnya sejumlah tokoh agama setempat berniat untuk memperluas area masjid.

"Pada 1915 diperluas oleh Habib Abu Bakar Alhabsy salah seorang pendiri rumah yatim piatu Daarul Aitam di jalan yang sama. Luas masjid menjadi 1,142 meter persegi ketika habib Abu Bakar memberikan tanah sebagai wakaf," kata Alwi dalam bukunya.

Perluasan masjid tidak berhenti di situ, selain Habib Abu Bakar Alhabsy luas masjid diperluas lagi oleh tanah wakaf Salim bin Muhammad bin Thalib pada tahun 1932.

Selang 21 tahun kemudian, yakni pada 1953, area masjid diperluas hingga menjadi 2,175 meter persegi.

Masih dalam buku yang sama disebutkan, jika ada keturunan Arab yang meninggal maka akan di shalatkan di Masjid Al Makmur dan dikubur di lahan wakaf.

Namun, lahan wakaf kini sudah menjadi rumah susun Tanah Abang.

"Ketika masih ada kuburan wakaf, yang kini menjadi rumah susun Tanah Abang, warga keturunan Arab yang meninggal dunia sebelum dimakamkan terlebih dulu jenazahnya dishalatkan di Masjid Al-Makmur," kata Alwi.

Masjid tua di tengah pusat bisnis Tanah Abang

Tanah Abang yang menjadi pusat perdagangan kain terbesar di Jakarta lokasinya tidak jauh dari Masjid Al Makmur.

Pesatnya perkembangan, membuat permukiman penduduk yang dulunya berada di sekeliling Masjid Al-Makmur mulai hilang, perlahan tapi pasti.

"Di kiri dan kanan Masjid Jami ini sudah tidak ditemukan lagi perumahan penduduk, karena hampir seluruh daerah sekitarnya menjadi pusat kegiatan bisnis," tulis Alwi.

Penggantinya, berjejer rumah toko (ruko) dan kios yang menjual dagangan berbahan kain seperti karpet, baju, dan lainnya.

Tentu keberadaan pertokoan berdampak sedikit banyak bagi wilayah sekitar masjid.

Secara deskripsi, Alwi menggambarkan kondisi masjid saat itu. Menurut dia, banyak pedagang kali lima yang berada di sekitar masjid.

Belum lagi, halaman masjid yang digunakan sebagai tempat parkir kendaraan.

"Sayangnya, diarea depan masjid yang sangat bersejarah ini tampak kumuh, terutama oleh para pedagang kaki lima yang mangkal di depan masjid dan tumpah ruah ke jalan. Sementara mobil dan motor menjdaikannya sebagai tempat parkir saat hendak berbelanja ke pusat-pusat perdagangan Tanah Abang," kata Alwi.

Namun, saat jam shalat tiba masjid pun ramai oleh para pedagang dan pembeli dari pasar Tanah Abang.

"Para pedagang dan pembeli di Pasar Tanah Abang juga menjadikan masjid tua ini sebagai tempat shalat mereka, terutama shalat dzuhur dan ashar," kata Alwi.

Hampir lebih dari tiga abad berdiri, masjid kini masih berdiri kokoh.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/06/24/12503661/dibangun-tiga-abad-lalu-masjid-al-makmur-bertahan-di-pusat-perbelanjaan

Terkini Lainnya

Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Megapolitan
Cerita Warga Trauma Naik JakLinko, Tegur Sopir Ugal-ugalan malah Diteriaki 'Gue Orang Miskin'...

Cerita Warga Trauma Naik JakLinko, Tegur Sopir Ugal-ugalan malah Diteriaki "Gue Orang Miskin"...

Megapolitan
Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke