Salin Artikel

"Sekolah di Swasta Mahal, Saya Tidak Mau Menyusahkan Orangtua..."

JAKARTA, KOMPAS.com - "Sekolah di swasta mahal. Saya enggak mau menyusahkan orangtua," demikian pengakuan yang diucapkan Naira Callista Maheswari (15), setelah mengetahui dirinya tak diterima di sekolah negeri.

Ya, Naira terancam tak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA. Ia telah gagal dalam seleksi penerimaan peserta didik baru (PPDB) DKI Jakarta 2020 melalui jalur zonasi.

"Kalau dapat Alhamdulillah, kalau enggak dapat, tunggu sekolah tahun depan. Mau bagaimana lagi? Saya enggak ada rencana swasta," ujar Naira saat dihubungi Kompas.com, Rabu (1/7/2020).

Suaranya tiba-tiba meninggi di tengah sambungan telepon. Ia menyuarakan haknya untuk bisa bersekolah sesuai zonasi tempat tinggalnya.

"Saya pilih itu deket rumah saya, kualitasnya lumayan. Saya enggak mungkin sekolah jauh dari rumah saya. Zonasi itu mencakup rumah saya. Harusnya itu hak saya, jangan usia yang diduluin. Kan zonasi, pakai jarak," ujarnya.

Naira tinggal di bilangan Bukit Duri Selatan, Tebet, Jakarta. SMA 8, SMA 26, dan SMA 54 menjadi pilihannya utamanya.

Dari rumahnya, SMA 8 berjarak sekitar 1,3 kilometer. Selain tiga SMA itu, Naira juga memilih SMA 100, SMA 27, SMA 79, SMA 55, dan SMA 3.

Ia merasa sedih lantaran usahanya belajar selama di sekolah tak berguna di PPDB DKI Jakarta 2020. Naira bercerita belajar dari pagi dan mengerjakan tugas sekolah yang banyak untuk persiapan ujian nasional (UN).

Saat PPDB DKI Jakarta 2019, pemerintah Jakarta mempertimbangkan nilai ujian nasional (UN) jenjang SMP sebagai syarat masuk SMA.

Namun, pemerintah Jakarta mengubah seleksi jalur zonasi yaitu usia sebagai indikator selanjutnya jika daya tampung sekolah melebihi batas.

"Sedih bangetlah, saya capek-cape belajar. Gunanya saya belajar itu apa? Gitu lho," ujar Naira.

Saat memantau PPBD DKI Jakarta jalur zonasi, ia tak berhenti menangis. Naira mengaku hampir setiap hari menangis karena tak diterima di SMA pilihannya.

"Saya sudah ngarep banget, yang dekat dan lumayan kualitasnya. Umur saya masih muda," kata Naira.

Bimbang sekolah swasta


Linda Widyasari, orangtua Naira mengaku tak mampu untuk membiayai anaknya jika sekolah swasta. Ia mengaku lebih baik menunggu PPDB tahun depan.

"Di dalam planning hidup saya, enggak ada rencana swasta," ujar Linda saat dihubungi Kompas.com, Rabu (1/7/2020).

Suaminya bekerja sebagai karyawan swasta. Sementara, Linda seorang ibu rumah tangga.

Selain Naira, ada juga adiknya, Naufal, yang kini sedang menempuh PPDB DKI Jakarta 2020 di jenjang SMP.

"Saya sudah tanya teman-teman untuk sekolah swasta, mahal." tambahnya.

Linda juga ragu dengan sekolah swasta lainnya. Ia menimbang tentang akreditasi dan lingkungan sekolah yang reputasinya belum diakui.

"Terus terang saya takut pergaulannya di sekolah," jelas Linda.

Saat ini, anak Linda masih berusaha untuk mencoba PPDB DKI Jakarta 2020 jalur prestasi.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/01/15460841/sekolah-di-swasta-mahal-saya-tidak-mau-menyusahkan-orangtua

Terkini Lainnya

2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke