Salin Artikel

Kala Klinik Khitan Terdampak Pandemi, Dulu Punya Ratusan Tamu, Kini Tak Ada yang Datang

JAKARTA, KOMPAS.com - Klinik khitan Bogem Ciracas di Jakarta Timur tampak sepi. Area parkir dan ruang tunggu pun lengang, tak ada orang.

Yang tersedia di sana hanyalah sekat pembatas antrean dan tempat cuci tangan. Tak ketinggalan seorang yang sedang duduk di kursi penerima tamu seraya menunggu pasien yang datang.

"Silakan, Mas," sambut seorang petugas yang berlari menghampiri Kompas.com saat datang ke lokasi, Kamis (27/8/2020).

Petugas klinik tampak antusias menyambut karena dianggap sebagai pasien yang mau mendaftar.

Rupanya kondisi ini bukan hanya terjadi pada hari itu. Kondisi ini sudah terjadi sejak awal Maret 2020 setelah pandemi Covid-19 merebak. Telah berbulan-bulan lamanya, klinik khitan ini hanya menerima tiga sampai empat pasien per bulan.

“Walah turun (jumlah pasien), Mas. Bisa dibilang terjun payung. Bahkan kadang tidak ada pelanggan,” kata pemilik klinik, Basuki Harjono Noto Pandoyo (57), saat ditemui Kompas.com pada Kamis.

Basuki dibikin pusing tujuh keliling. Dia tak habis pikir, selama membuka usaha sejak 1989, baru kali ini kliniknya begitu terpuruk karena pandemi.

Basuki pun teringat zaman keemasan usahanya kala Covid-19 belum ada.

Kala itu, kliniknya bisa menerima 100 sampai 200 pasien sunat, terlebih pada masa libur panjang. Alhasil, penghasilannya pun lumayan besar, walaupun Basuki tak mau menyebut detail berapa omzetnya kala itu.

Basuki memang tak mau mematok harga. Dia menetapkan harga sesuai dengan kemampuan pasien tersebut.

“Ya ada-lah, Mas, yang penting cukup. Wah, tapi kalau sekarang pendapatan enggak ada dari 10 persen pendapatan yang lalu,” kata dia.

Sudah terapkan protokol kesehatan

Menurut dia, banyak anggota masyarakat yang khawatir melakukan sunat di saat seperti ini. Sebab, biasanya hampir semua orangtua yang anaknya disunat pasti akan mengundang sanak saudara untuk hadir.

Situasi pandemi ini membuat perayaan semacam itu tidak bisa terjadi karena tergolong melanggar protokol kesehatan. Alasan itulah yang jadi penguat warga tak mau melakukan khitanan saat ini.

Selain itu, praktik khitanan pasti berhubungan erat dengan saling bersentuhan. Maka dari itu, warga pun menunda untuk melakukan khitanan demi terhindar dari Covid-19.

"Karena sunat itu kan bukan sebuah kebutuhan mendesak. Maksudnya bisa diundur tahun depan atau kapan. Jadi tidak harus saat ini, makanya pada enggak mau,” kata dia.

Padahal, menurut dia, proses khitanan umumnya dilakukan oleh anak-anak yang sebagian besar tidak punya penyakit bawaan, seperti asma, penyakit paru-paru, dan diabetes.

Tak seperti para orangtua yang umumnya sudah mengidap penyakit bawaan sehingga lebih rentan terkena Covid-19.

Lagi pula, proses khitanan juga dipastikan sudah sesuai dengan protokol kesehatan. Petugas yang melakukan sunat dan para karyawan diharuskan memakai masker, diwajibkan mencuci tangan, serta pembatasan orang yang mengantar calon pasien sunat juga telah diterapkan.

Namun, apa daya, penerapan peraturan tersebut tak lantas membuat orang yakin akan keselamatannya saat melakukan sunat di tengah pandemi.

"Mau bagaimana, yang datang juga tetap tidak ada kok,” terang dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/28/10295081/kala-klinik-khitan-terdampak-pandemi-dulu-punya-ratusan-tamu-kini-tak-ada

Terkini Lainnya

Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Megapolitan
Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Megapolitan
Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Megapolitan
Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Megapolitan
Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Megapolitan
Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Megapolitan
Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Megapolitan
Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Megapolitan
Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Megapolitan
Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Megapolitan
Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke