DEPOK, KOMPAS.com - Tim pengabdi masyarakat (pengmas) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), memberikan pelatihan daring kepada 39 guru dari 13 Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kota Depok.
Pelatihan yang dihelat bersama Dinas Pendidikan Kota Depok ini bertujuan untuk menyetarakan akses pendidikan soal kesehatan reproduksi bagi kalangan disabilitas yang selama ini kurang diperhatikan.
“Informasi mengenai kesehatan reproduksi sangat penting untuk diberikan kepada remaja, termasuk kepada remaja disabilitas, yang di antaranya adalah remaja tunagrahita," jelas ketua tim, Evi Martha melalui keterangan resmi UI yang diterima Kompas.com, Senin (19/10/2020).
Situasi yang kurang inklusif ini disebabkan oleh berbagai hal, kata Evi, mulai dari kurangnya informasi sampai perasaan tabu membahas seks.
Akibatnya, ini membuat kalangan disabilitas menjadi sasaran yang lebih rentan pada suatu kasus pelecehan seksual.
Evi menyebut, pelecehan seksual terhadap anak dan remaja disabilitas bahkan 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan kalangan nondisabilitas.
"Seiring dengan minimnya pendidikan seks bagi anak berkebutuhan khusus, sebagian di antara mereka cenderung mudah dimanipulasi sehingga kerap kali dijadikan objek pelecehan dan pelampiasan seksual," terangnya.
Evi Martha dan kolega pun menggagas rangkaian program pelatihan kesehatan reproduksi remaja tunagrahita.
Para guru diharapkan dapat lebih mengenal murid-muridnya yang berkebutuhan khusus, agar dapat menyampaikan materi soal kesehatan reproduksi kepada mereka secara tepat.
"Pelatihan diawali dengan pemberian materi mengenai pengenalan tentang remaja tunagrahita, pengenalan dasar kesehatan reproduksi remaja (aku dan tubuhku), isu terkait perilaku seksual pada anak tunagrahita," kata Evi.
"Selanjutnya, para peserta diberikan materi terkait pengenalan perilaku seksual berisiko (aku dan lingkunganku), dan teknik komunikasi serta peran orangtua dan guru dalam mendampingi anak remaja tunagrahita," ungkapnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/20/05450631/disabilitas-rentan-jadi-korban-pelecehan-seksual-ui-latih-puluhan-guru