Salin Artikel

Santainya Agustinus Sikapi Pandangan Orang yang Anggapnya Gila karena Sering Panjat Tower

JAKARTA, KOMPAS.com - Fransiscus Agustinus Worowulli (51), si manusia tower, sejak 2013 sudah memanjat aneka menara.

Menara SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) hingga tower baliho dan reklame pernah dipanjat Agustinus. Cap orang gila pun melekat di dirinya.

Anggapan gila ketika mendengar nama Agustinus pun kerap muncul di media sosial.

Sementara, Agustinus sempat dinyatakan mengidap gangguan jiwa berdasarkan assessment Suku Dinas Sosial Jakarta Barat pada tahun 2016 sesuai memanjat tower baliho di Grogol, Jakarta Barat.

Cap gila di diri Agustinus bukan tak beralasan. Aksinya membuat setiap orang yang bertemu menghela nafas. Ancaman terjatuh dari ketinggian bahkan tersengat listrik selalu mengiringi aksinya.

Dalam aksinya, Agustinus juga kerap berorasi dan mengeluarkan sumpah serapah. Di beberapa aksinya, Agustinus bahkan sempat berdiri di puncak tower baliho hanya memakai celana dalam.

Tuntutan Agustinus seringkali di luar nalar. Salah satunya seperti membubarkan DPR hingga meminta Presiden Joko Widodo untuk datang sebagai syarat turun dari tower Baliho.

Kompas.com sempat berbincang dengan Agustinus di Polsek Kebayoran Baru pada Senin (24/11/2020) siang. Saat itu, Agustinus baru saja beraksi dengan memanjat tower baliho di Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, tepatnya di dekat Mabes Polri.

Siang itu, Agustinus tampak tengah membaca Undang-Undang Dasar 45. Ia diam dan tak banyak berbicara. Di depannya, ada sepiring nasi yang sudah hampir bersih dan gelas kosong.

Di sebuah kesempatan, Agustinus memberikan tanggapannya atas cap orang gila yang diberikan padanya.

"Kalau menurut saya itu hal biasa aja (dicap orang gila). Artinya kita maklumi toh," ujar Agustinus dengan nada tenang.

Agustinus tak marah dicap sebagai orang gila dan memakluminya. Ia justru lebih marah jika berbincang dengan seseorang yang dianggap mengerti olehnya tetapi justru berpura-pura bodoh dan tak mengerti.

"Itu kan (anggapan gila) saya anggap masyarakat. Kualitas SDM kita kan banyak di bawah (rata-rata). Itu saya anggep hal biasa," tambah Agustinus.

Sebenarnya, Agustinus sempat takut dianggap gila dan berbohong setelah membaca berita tentang dirinya. Ia akan marah dengan para wartawan yang menulis tentang dirinya tanpa konfirmasi langsung dan cover both side.

"Musti tanya ke saya dulu dong sehingga saya bisa omong sesuai fakta. Saya cuma khawatir nanti orang bilang saya gila atau bilang bohong gimana? Itu yang saya jaga di situ. Bikin berita tentang saya enggak apa-apa asal benar," kata Agustinus.

Klaim mengidap gangguan kejiwaan dianggapnya dengan santai. Agustinus tampak tenang menjawab pertanyaan dari Kompas.com.

Kompas.com sempat beberapa kali bertanya kepada Agustinus dengan pertanyaan yang sama. Agustinus menjawab dengan lancar dan memberikan jawaban yang konsisten.

Agustinus masih tahu beberapa pasal-pasal hukum pidana seperti Pasal 363 dan 365 saat Kompas.com tanyakan. Ia menjawab dengan lancar.

"365 itu kan pasal-pasal pencurian itu kan dipidana. 363 itu pasal tentang maling-maling kecil," jawab Agustinus.

Ia mengaku akan terus memanjat menara SUTET, tower menara baliho dan reklame sampai visi dan misinya terpenuhi. Agustinus anggap keadilan di Indonesia sudah mati.

"Selagi saya mampu, saya masih akan lanjut," ujar Agustinus.

Bagi Agustinus, memanjat menara SUTT serta tower baliho dan reklame adalah pilihan terbaik.

Ia sempat melakukan aksi bukan di ketinggian, tetapi Agustinus mengaku aksinya itu tak efektif.

"Saya ada mendatangi instansi langsung, saya bawa spanduk. Saya berhadapan dengan security, itu repot. Di Istana Negara pernah, di Mabes Polri pernah," tambah Agustinus.

Menurut Agustinus, tuntutannya akan lebih mudah berhasil dipenuhi jika beraksi di atas menara SUTET, tower baliho dan reklame, dibandingkan jika harus datang ke instansi yang dituju.

Berulang kali panjat SUTT hingga dianggap gila

Pada 31 Januari 2013, Agustinus memanjat menara SUTET di kawasan Senayan.

Saat itu, Agustinus bertahan selama empat hari di menara SUTET tersebut sebelum akhirnya diturunkan.

Agustinus juga pernah memanjat menara SUTT Plumpang, Jakarta Utara, pada 14 Agustus 2017 pukul 06.00 WIB.

Ia bertahan selama sembilan hari sebelum turun dibantu petugas dan dilarikan ke RSUD Koja karena fisiknya melemah.

Kala itu, aksi Agustinus benar-benar merepotkan lantaran objek yang ia panjat adalah objek vital nasional.

Proses evakuasi dilakukan hati-hati dan penuh perhitungan lantaran berkaitan dengan nyawa dan kebutuhan pasokan listrik.

Agustinus juga pernah memanjat menara sejenis di bilangan Senen, Jakarta Pusat. Pria kelahiran Bajawa, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), juga pernah "nongkrong" di SUTT Senen selama tiga hari.

Tercatat dia pernah memanjat papan reklame dan baliho di Setiabudi, Gatot Subroto, Lebak Bulus, dan Kebon Jeruk.

Dalam menjalankan aksinya tersebut, Agustinus kerap menggunakan alasan yang berbeda-beda, mulai dari alasan sosial hingga politik.

Saat negosiasi, Agustinus kerap menyampaikan ingin bertemu dengan sejumlah tokoh, seperti pengacara bahkan Presiden Joko Widodo.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/11/27/07103341/santainya-agustinus-sikapi-pandangan-orang-yang-anggapnya-gila-karena

Terkini Lainnya

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke