Salin Artikel

Saat Ahok Bicara soal Gaji dan Tunjangan Anggota DPRD DKI yang Tak Wajar...

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok angkat bicara soal usulam kenaikan gaji dan tunjangan anggota DPRD DKI Jakarta.

Melalui akun YouTube Panggil Saya BTP, Ahok berbincang dengan anggota DPRD dari fraksi PDI-P Ima Mahdiah seputar rencana kenaikan gaji dan tunjangan itu.

Ahok meminta Ima mengklarifikasi apakah benar gaji anggota DPRD DKI diusulkan naik tahun depan.

Ahok mengaku sempat mengamuk saat mendengar kabar kenaikan gaji dan tunjangan tersebut di media sosial.

"Saya baca sampai tunjangan rumah Rp 110 juta di medsos. Saya ngamuk baca itu," kata Ahok dalam video yang diunggah, Minggu (6/12/2020) malam.

"Terus tunjangan mobil Rp 30 juta. Saya ngamuk, mana ada saya jadi Komut Pertamina saja sebulan tunjangan mobil. Artinya itu enggak pakai mobil sewanya Rp 30 juta," sambungnya.

Ahok menilai anggota DPRD DKI tidak layak mendapatkan kenaikan gaji dan tunjangan di masa pandemi Covid-19 saat ini.

Sebab, masyarakat sedang dalam kondisi sulit. Bahkan, Pendapatan Asli Daerah DKI pun mengalami penurunan.

"Kalau PAD DKI turun, kalau ada Covid-19, kita punya penghasilan turun, ASN tunjangan dipotong 50 persen. Kalau DPRD menaikkan penghasilan, saya tidak suka. Itu enggak benar," katanya.

Kenaikan gaji dan tunjangan bagi setiap anggota DPRD DKI sebelumnya diusulkan melalui anggaran Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2021.

Kenaikan RKT itu akan berdampak pada besaran uang yang peroleh masing-masing anggota DPRD selama satu tahun anggaran.

Rancangan anggaran RKT 2021 mencapai Rp 888 miliar untuk 106 anggota DPRD DKI Jakarta.

Artinya, setiap anggota dewan akan mengantongi uang sebesar Rp 8,3 miliar dalam setahun atau Rp 689 juta per bulan jika usulan anggaran itu lolos.

Ahok pun bertanya kepada Ima soal kabar kenaikan gaji itu.

Ima yang pernah menjadi pekerja magang di Balai Kota DKI saat Ahok menjabat gubernur itu menegaskan tak ada kenaikan gaji dan tunjangan.

"Sudah clear gaji dan tunjangan tidak ada (kenaikan)," katanya.

Menurut Ima, anggaran yang naik hanya untuk kegiatan anggota Dewan turun ke dapil pada masa reses.

Namun, anggaran itu tak langsung masuk ke anggota Dewan, melainkan dikelola oleh Sekretariat DPRD.

Belakangan, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi memastikan rencana kenaikan gaji dan tunjangan memang batal.

Ia mengatakan, seluruh besaran gaji dan tunjangan DPRD DKI Jakarta 2021 akan dikembalikan seperti besaran 2020.

Prasetio mengatakan, anggaran RKT yang tersebar sebelumnya adalah kebohongan publik.

Sebab, anggaran yang disebar adalah anggaran yang belum dievaluasi.

Gaji dan tunjangan sekarang terlalu besar

Ahok juga meminta Ima untuk buka-bukaan soal gaji yang ia terima saat ini.

Bahkan, Ahok menyarankan agar Ima mengumumkan penghasilannya di website, seperti yang ia lakukan saat menjadi gubernur DKI dulu.

Ima lalu mengeluarkan secarik kertas yang berisi rincian penghasilannya.

Dalam sebulan, Ima mendapat gaji dan tunjangan sebesar Rp 108.854.900.

Setelah dipotong pajak, total pengadilan bersih yang diterima Ima adalah Rp 73.063.500.

Ahok menilai gaji dan tunjangan itu masih terlalu besar.

Ia khususnya menyoroti tunjangan rumah Rp 60 juta serta tunjangan transportasi Rp 21,5 juta.

"Kalau saya jadi gubernur, tidak akan pernah saya setuju tunjangan rumah Rp 60 juta, mobil Rp 21,5 juta," kata Ahok.

Ahok bertanya kepada Ima sejak kapan gaji dan tunjangan sebesar itu berlaku. Ima lalu menjawab bahwa itu berlaku sejak 2017.

"Berarti saya (sudah) masuk penjara waktu itu," kata Ahok, yang tersandung kasus penodaan agama.

Ahok mengatakan, rencana kenaikan gaji dan tunjangan dewan memang sudah dilontarkan saat ia menjabat gubernur DKI. Namun ia selalu menolak.

"Itu yang saya selalu berantem dengan dewan waktu itu," katanya.

Ahok mengatakan, harusnya ada asas kepatutan dalam tunjangan rumah dan transportasi bagi anggota DPRD.

Kalau pun rumah dinas tak disediakan, anggota DPRD tak perlu menyewa rumah yang terlalu besar. Begitu juga untuk mobil, tak perlu menyewa yang terlalu mewah.

Sentil dan tantang politisi muda DPRD DKI

Ahok juga menyentil anak-anak muda yang saat ini duduk sebagai anggota DPRD DKI Jakarta.

Ia menilai anak-anak muda tersebut selama ini diam-diam telah menikmati tunjangan yang terlalu besar.

“Pertanyaan saya ini kan banyak anak-anak muda baru juga nih masuk ke dalam DPRD tahun 2019. Begitu mereka masuk, mereka juga menikmati tunjangan rumah dan mobil ini dong? Ada enggak dia ngomong anak-anak muda yang hebat-hebat itu? Enggak ada ngomong?” tanya Ahok kepada Ima.

Ahok menilai, harusnya anak-anak muda di kursi Dewan memprotes tunjangan yang terlalu rumah dan transportasi yang terlalu besar itu.

"Saya mau tantang anak-anak muda yang baru masuk ke Dewan seperti angkatan kamu (Ima) saya enggak peduli partai mana pun. Kok kamu selama setahun nikmatin yang enggak wajar ini diam-diam ya. Katanya hebat-hebat. Jujur-jujur,” ujar dia.

Ahok pun mengutip kata-kata mantan Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln bahwa biasanya orang-orang bicara hebat saat belum mendapat kekuasaan. Sementara setelah berkuasa justru diam.

Ia menilai pernyataan Abraham Lincoln itu tepat menggambarkan keberadaan anak-anak muda di DPRD DKI saat ini yang hanya diam saja menikmati anggaran sebesar itu.

“Kalau saya masih gubernur, jangan mimpi lu bisa dapet uang segini. Saya ingatkan sekali lagi. Jadi sekali lagi, ini kesempatan kalian perbaiki masih ada, termasuk Ima,” kata Ahok kepada Ima.

"Kalau mau jagoan harusnya justru minta turun. Saya enggak maksa kalian minta turun, tapi enggak boleh nambah," katanya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/12/08/08252141/saat-ahok-bicara-soal-gaji-dan-tunjangan-anggota-dprd-dki-yang-tak-wajar

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke