Ribuan sumur resapan tersebut dibangun dengan anggaran Rp 70 miliar.
"Melihat anggaran di tahun 2020 nggak banyak anggarannya sekitar 70 miliaran. Jadi target kami sampai 4.000-5.000-an titiklah. Sekarang masih proses terus, sudah 3.000-an lebih," ujar Juaini.
Prioritas wilayah yang dibuatkan sumur resapan adalah yang rawan banjir seperti Jakarta Timur dan Jakarta Selatan, ditambah beberapa jalan di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat.
"Beberapa lokasi rawan genangan, seperti yang di pinggir jalan di Jakarta Pusat, (di) Jalan Ahmad Yani di Jakarta Timur, Jalan Panjaitan Barat di Green Garden, masing-masing wilayah bikin juga," kata Juaini.
Anggarkan Rp 441 miliar tahun 2021
Pembuatan sumur resapan tersebut tidak terhenti di tahun ini. Program yang dinilai Gubernur Anies Baswedan bisa untuk mencegah banjir akibat hujan lokal itu akan semakin digencarkan.
Tahun 2021, anggaran pembuatan sumur resapan meningkat menjadi Rp 411 miliar dengan target pembuatan sumur mencapai 150.000 titik.
Wilayah yang tidak menjadi prioritas pembuatan sumur resapan hanya di Jakarta Utara. Juaini beralasan, Jakarta Utara adalah wilayah pantai dan memiliki masalah dengan muka air tanah.
Juaini menjelaskan, pembukaan vendor proyek pembuatan sumur resapan untuk tahun depan sudah mulai dilaksanakan. Dia berharap akan ada banyak vendor yang ikut berpartisipasi dalam proyek itu sehingga bisa terlaksana sesuai dengan target waktu yang ditentukan.
"Tentunya dengan banyak vendor bisa tersebar, dibagi-bagi, insya Allah target yang direncanain bisa selesai dengan anggaran yang ada," kata dia.
Ajak masyarakat ikut membuat sumur resapan
Juaini mengajak masyarakat ikut berpartisipasi dengan membuat sumur resapan di halaman rumah mereka. Masyarakat bisa mengajukan permohonan pembuatan sumur resapan di rumah mereka melalui RW atau Suku Dinas SDA wilayah tempat tinggal.
Setelah diajukan, Biro Pemerintahan akan menentukan RW mana yang layak untuk dilakukan pembuatan sumur resapan. Dinas SDA akan ke lapangan untuk memeriksa model sumur resapan apa yang akan diberikan pada warga yang mengajukan.
Ada beragam sumur yang bisa diterapkan. JIka lahannya sempit bisa menggunakan ukuran sumur 1 meter dengan kedalaman 3 meter.
"Kalau lahan luas kami pakai modular tank yang bisa lebarnya 3 meter seperti di taman. Terus ada juga sumur dalam yang dalamnya dari 10-60 meter, kami lihat kondisi lapangan seperti apa," ujar Juaini.
Diklaim berhasil kurangi genangan
Juaini mengatakan, pembangunan sumur resapan sudah terbukti bisa mengurangi genangan di beberapa titik tempat pembuatan sumur resapan. Ia memberi contoh di Jalan Ahmad Yani dan Jalan DI Panjaitan Jakarta Timur.
Sumur resapan di lokasi itu efektif mengurangi genangan yang biasanya terjadi saat hujan.
"Alhamudillah yang kami lihat di Jalan Ahmad Yani, biasanya terjadi genangan di situ, kemarin air yang turun cepat dari badan jalan dan enggak ada genangan," ucap dia.
Dikritik hanya untuk tangani hujan rintik
Namun efektivitas sumur resapan dalam mengatasi banjir dikritik Ketua Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta, Gembong Warsono.
Dia menilai proyek sumur resapan dengan anggaran ratusan miliar tersebut tidak menjawab persoalan banjir dan hanya menjawab genangan air saat terjadi hujan gerimis.
"Kalau sumur resapan ya menjawab gerimis saja," kata Gembong, Senin.
Menurut dia, Gubernur Anies seharusnya memberikan prioritas pada pembenahan 13 aliran sungai di DKI Jakarta yang merupakan program jangka panjang.
Program sumur resapan dinilai bukan sebagai solusi dan hanya sebagai program pemenuhan janji kampanye semata.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/12/09/09272561/program-sumur-resapan-beranggaran-ratusan-miliar-dikritik-jadi-solusi