JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus harian Covid-19 di DKI Jakarta diprediksi terus meningkat hingga awal tahun 2021.
Artinya, Pemprov DKI Jakarta akan mendapat kado tahun baru berupa lonjakan kasus Covid-19.
Enam Kali Lonjakan Dalam 10 Hari Terakhir
Prediksi memburuknya kasus Covid-19 di Ibu Kota bukan tanpa sebab.
Dalam 10 hari terakhir, tercatat enam kali lonjakan kasus Covid-19 di Ibu Kota dengan catatan penambahan kasus melebihi angka 1.800.
Bahkan penambahan kasus harian melebihi angka 2.000 selama dua hari yakni 25 dan 26 Desember.
Adapun, lonjakan tertinggi kasus harian Covid-19 terjadi pada 25 Desember 2020 dengan penambahan 2.096 kasus.
Sementara itu, rata-rata penambahan kasus harian Covid-19 di DKI Jakarta selama sepekan terakhir adalah 1.789 kasus.
Berikut rincian penambahan kasus harian Covid-19 selama sepekan terakhir.
18 Desember : 1.587 kasus
19 Desember : 1.899 kasus
20 Desember : 1.592 kasus
21 Desember : 1.466 kasus
22 Desember : 1.311 kasus
23 Desember : 1.954 kasus
24 Desember : 1.933 kasus
25 Desember : 2.096 kasus (lonjakan tertinggi)
26 Desember : 2.058 kasus
27 Desember : 1.997 kasus
Sementara itu, jumlah akumulatif kasus Covid-19 di Jakarta hingga Minggu kemarin adalah 175.926. Dari jumlah tersebut, 158.615 orang di antaranya telah dinyatakan sembuh dengan tingkat kesembuhan 90,2 persen.
Sedangkan jumlah orang yang dilaporkan meninggal dunia sebanyak 3.204 dengan tingkat kematian sebesar 1,8 persen.
Adapun, jumlah kasus aktif di Jakarta kemarin bertambah 158 kasus, sehingga tercatat 14.107 pasien masih dirawat atau menjalani isolasi mandiri.
Lonjakan Kasus Karena Keterlambatan Laporan RS
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut peningkatan kasus harian Covid-19 di Jakarta salah satunya disebabkan oleh keterlambatan rumah sakit untuk melaporkan temuan pasien positif.
Pasalnya, lonjakan tertinggi kasus Covid-19 di Ibu Kota pada 25 Desember merupakan akumulasi data dari sembilan hari terakhir.
Jumlah kasus baru berdasarkan tracing kala itu adalah 1.594 kasus. Sedangkan akumulasi data dari dua laboratorium sembilan hari terakhir yang baru dilaporkan adalah 502 kasus.
Menurut Riza, keterlambatan data itu membuat temuan kasus positif harian harus diakumulasikan dengan data beberapa hari sebelumnya.
"Peningkatan jumlah Covid-19 ini salah satunya disebabkan karena masih ada rumah sakit yang terlambat melaporkan data penularan atau infeksi Covid-19 itu sendiri," ujar Riza dalam rekaman yang diterima, Jumat (25/12/2020).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selanjutnya akan mengevaluasi masalah keterlambatan pihak rumah sakit dalam melaporkan data temuan kasus positif Covid-19 tersebut.
"Sehingga terjadi akumulasi atau penggabungan dari data-data sebelumnya. Ini terus akan kami evaluasi dan kami perbaiki," kata Riza.
Riza melanjutkan, penambahan kasus Covid-19 juga terjadi akibat adanya momen libur panjang.
"Untuk itu kami terus meminta kepada masyarakat di hari libur panjang ini untuk tetap berada di rumah, tidak perlu keluar rumah, apalagi keluar daerah," ucap Riza.
Epidemiolog Sebut Lonjakan Kasus Karena Peningkatan Aktivitas
Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono memprediksi kasus Covid-19 di Ibu Kota akan terus meningkat sampai awal tahun depan.
"Kita harus segera menekan penularan. Kalau tidak, minggu depan, awal Januari, kita bisa dapat kado tahun baru yang dahsyat," kata Pandu kepada Kompas.com, Sabtu (26/12/2020).
Menurut Pandu, lonjakan kasus Covid-19 di Ibu Kota disebabkan oleh peningkatan aktivitas masyarakat akibat kebijakan pemerintah, mulai dari penyelenggaraan pilkada hingga pembiaran kerumunan.
Di sisi lain, penanganan Covid-19 berupa testing, tracing, dan treatment (3T) yang dilakukan pemerintah belum berjalan maksimal.
Masyarakat pun dinilai belum disiplin menjalankan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Pandu menilai, kasus Covid-19 akan terus naik karena pemerintah membiarkan masyarakat untuk bepergian dalam rangka libur akhir tahun.
Pemerintah pusat hanya membatasi pergerakan masyarakat pada libur Natal dan Tahun Baru dengan mewajibkan memiliki hasil negatif rapid test antigen untuk naik pesawat dan kereta api.
"Tes antigen, pelayanannya enggak siap. Enggak terencana dengan baik," ujarnya.
Oleh karena itu, Pandu berharap Pemprov DKI Jakarta bisa menambah rumah sakit rujukan Covid-19 untuk bersiap menghadapi kondisi terburuk.
"Jakarta itu rumah sakitnya banyak banget. Tinggal menunjuk RS khusus Covid-19 sudah lega," ujar Pandu.
Pemprov DKI Akan Tambah RS Rujukan
Pemprov DKI telah berencana menambah tempat tidur untuk pasien Covid-19 karena semakin menipisnya ketersediaan tempat tidur isolasi dan ICU.
"Melalui Instruksi Gubernur Nomor 55 Tahun 2020, Pemprov DKI Jakarta berkomitmen meningkatkan kapasitas tempat tidur isolasi dan ICU," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti melalui keterangan tertulis.
Widyastuti menargetkan penambahan 508 tempat tidur isolasi dan 113 tempat tidur ICU di rumah sakit rujukan Covid-19 di Ibu Kota dalam waktu dekat.
Untuk diketahui, ketersediaan tempat tidur isolasi dan ICU di rumah sakit rujukan di Jakarta hampir penuh akibat lonjakan kasus Covid-19.
Data terakhir per 25 Desember 2020, ada 6.984 tempat tidur isolasi yang tersedia di seluruh RS rujukan Covid-19 di Jakarta. Jumlah ini bertambah 321 tempat tidur dibandingkan data per 20 Desember.
Sementara itu, untuk tempat tidur di ruang ICU, data terakhir menunjukkan ada 930 tempat tidur, bertambah 23 tempat tidur dibandingkan data lima hari sebelumnya.
Untuk tempat tidur isolasi, sudah terisi 5.890 atau 84 persen. Jumlah itu hanya berkurang 1 persen dibandingkan data per 20 Desember.
Sedangkan keterisian tempat tidur di ruang ICU adalah 734 atau 79 persen. Jumlah itu juga hanya berkurang 1 persen dibandingkan data lima hari sebelumnya.
Tingkat keterisian tempat tidur isolasi dan ICU tersebut berada di atas ambang batas standar Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yakni sebesar 60 persen.
Menanggapi kondisi itu, Dinkes DKI kemudian berencana menambah rumah sakit rujukan Covid-19.
"Mungkin nanti akan ada Rumah Sakit yang sebelumnya belum jadi rujukan Covid-19 berproses menjadi RS rujukan Covid-19," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia.
Menurut Dwi, perubahan RS non Covid-19 menjadi RS Covid-19 membutuhkan persiapan matang, salah satunya, RS tersebut harus memisahkan pasien Covid-19 dengan non Covid-19.
"Kan tidak boleh bercampur dengan layanan non Covid-19. Itu harus mengatur secara fisik bangunannya. Alur keluar masuk jalan petugas. Keluar masuk jalannya pasien," ucap Dwi.
Selain itu, RS non Covid-19 yang menjadi rujukan Covid-19 juga harus mempersiapkan tenaga medis yang bertugas. Sejak awal, harus dipisahkan mana tenaga medis yang melayani pasien Covid-19 dan mana yang melayani pasien non Covid-19.
Saat ini, total ada 98 RS rujukan Covid-19 di Jakarta. Sebanyak 90 RS rujukan ditetapkan lewat Keputusan Gubernur. Sementara 8 lainnya ditetapkan lewat Keputusan Menteri Kesehatan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/12/28/07490121/kasus-covid-19-terus-memburuk-kado-pahit-tahun-baru-bagi-jakarta