JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus Covid-19 di DKI Jakarta terus melonjak. Hal ini membuat tingkat keterisian tempat tidur isolasi dan intensive care unit (ICU) di rumah sakit rujukan juga tinggi.
Data per 5 Januari 2021, sebanyak 6.389 tempat tidur isolasi terisi dari 7.447 unit yang tersedia. Artinya, keterisian mencapai 86 persen.
Adapun untuk keterisian tempat tidur ICU mencapai 81 persen. Sebanyak 783 dari 953 tempat tidur telah terisi.
Hudson Hutapea (40), seorang pasien Covid-19, melihat langsung betapa sibuknya para tenaga kesehatan merawat pasien Covid-19 yang terus bertambah.
Ia dan istrinya melihat langsung hal tersebut ketika dirawat di rumah sakit pada waktu bersamaan.
Hudson menceritakan kepada Kompas.com ketika ia dan istrinya dirawat di salah satu RS rujukan Covid-19 di Jakarta, yakni Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit.
"Saya dan istri masuk RS pada 25 Desember 2020, keluar 5 Januari 2021," kata Hudson saat dihubungi, Jumat (8/1/2021).
Pada saat dia masuk RS, Hudson mengatakan bahwa saat itu RSKD Duren Sawit sudah menampung sekitar 500 pasien Covid-19.
Itu berdasarkan pernyataan petugas loket.
"Ketika saya pulang, saya tanya petugas loket. Pasien di sana sudah sekitar 700, tambah 200 (dari) ketika saya masuk," kata Hudson, yang berprofesi sebagai pengacara itu.
Selama lebih kurang 10 hari dirawat, Hudson melihat betapa sibuknya RKSD Duren Sawit.
"Saya lihat tenaga kesehatan sangat sibuk merawat pasien Covid-19 dengan berbagai kondisi, dari sedang, cukup parah, hingga sangat parah yang memakai ventilator," ujar dia.
Hudson menyebutkan, pasien Covid-19 di RSKD Duren Sawit melonjak terus. Setiap harinya, permintaan kamar sangat tinggi.
"Bahwa sangat-sangat hectic, apalagi habis liburan. Melonjak pasiennya Covid-19," tutur Hudson.
Kendati demikian, ia salut dengan para tenaga kesehatan RSKD Duren Sawit.
"Sangat peduli dengan pasien untuk ukuran RS pemerintah. Menurut saya sudah baik," kata Hudson.
Kronologi terpaparnya Hudson
Hudson memprediksi, ia terinfeksi Covid-19 di Jayapura, Papua.
"Kira-kira tanggal 16 Desember (2020), saya perkirakan pada saat makan malam di restoran di sana. Saya buka masker, ada yang batuk," kata Hudson.
Setelah itu, selama lima hari, Hudson menderita demam.
"Batuk berdahak tidak henti-henti, badan pegal, mata perih. Hari keenam, penciuman saya hilang," kata dia.
Ia kemudian memutuskan pulang tiga hari lebih cepat dari agenda awal.
"Tiga hari di rumah, badan masih demam. Tidak kunjung normal. Pusing dan tidak selera makan," tutur Hudson.
Setelah itu, ia dan istri memutuskan tes PCR.
"Besoknya hasil keluar, positif. Saya langsung minta dirawat di RSKD Duren Sawit. Hari kedelapan dirawat, sudah agak ringan dan tidak demam. Tetapi badan masih nyeri," kata Hudson.
Hari ke-10 dirawat, nafsu makan Hudson makin bagus dan diperbolehkan pulang.
Berdasarkan peraturan KMK HK.01.7/MENKES/No.413/2020, Hudson memang sudah diperbolehkan pulang. Namun, selama tiga hari setelahnya, ia diharuskan kontrol.
"Ini menunggu hasil tes PCR kedua (untuk memastikan positif atau negatif), akan saya cek hari ini," ujar Hudson.
Hudson pun berpesan kepada masyarakat untuk tetap hati-hati.
"Saran kalau bisa dihindari makan bersama di luar rumah, karena pasti buka masker," tutur Hudson.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/08/11163211/saya-lihat-tenaga-kesehatan-sangat-sibuk-rawat-pasien-covid-19-sangat