Salin Artikel

Mengapa 112 Sampel DNA yang Diterima Belum Bisa Identifikasi Korban Sriwijaya Air?

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Disaster Victim Identification RS Polri Kramat Jati hingga Rabu (13/1/2021) telah mengumpulkan 112 sampel DNA dari bagian tubuh korban dan keluarga korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Kepala Laboratorium DNA Pusat Kedokteran Kesehatan (Pusdokkes) Polri, Kombes dr Ratna mengatakan, hingga saat ini sampel DNA tersebut belum dapat mengidentifikasi korban jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 lantaran tim forensik membutuhkan data ante mortem dan post mortem.

“Data ante mortem-nya sendiri untuk teridentfikasi kita harus ada harus ada data primer dan sekunder. Dara primer salah satunya adalah sidik jari DNA, rekam gigi atau medical dental record,” ujar Ratna saat jumpa pers di RS Polri Kramatjati, Jakarta, Rabu (13/1/2021) pagi.

Menurut Ratna, proses identifikasi menggunakan DNA harus melalui proses panjang. Ratna membandingkan bahwa identifikasi DNA tidak seperti pengecekan kadar kolesterol lewat sampel darah.

“Jadi yang pertama setelah kita mendapatkan sampel harus kita lihat dulu sampelnya itu apakah bisa kita pilih, mana yang kira-kira memungkinkan berdasarkan keahlian kami, mana yang memungkinkan akan muncul DNA-nya, stlh itu baru akan diekstraksi dan ada proses-proses selanjutnya,” tambah Ratna.

Ratna mengatakan, hasil uji DNA di laboratorium Pusdokkes Polri nantinya bakal sama jika diuji di laboratorium lain. Hal itu ia jamin karena laboratorium DNA Pusdokkes Polri telah terstandarisasi secara internasional.

“Sehingga kami harus mengikuti prosedur itu karena prosedur itu. Nanti, kalaupun misalnya diuji di tempat lain insya Allah hasilnya akan sama, sehingga kita menggunakan prosedur itu dan prosedur tidak boleh kita langgar,” ujar Ratna.

Ratna mengatakan, tim forensik menghadapi tantangan untuk mengambil sampel DNA dari bagian tubuh korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air.

Menurut dia, bagian-bagian tubuh korban sudah lama terendam di dalam air laut.

“Ini memang menjadi tantangan kita untuk lebih teliti dan lebih hati-hati, karena DNA itu harusnya steril, pemeriksaan DNA itu harus steril. Karena saya pegang seperti ini di sini ada DNA saya. Padahal mungkin kemarin itu sudah ketumpuk-ketumpuk sehingga kita harus mengisolasi, mensterilkan dengan alat tertentu body parts tersebut tidak terkontaminasi dengan body parts yang lain, secara sel,” tambah Ratna.

Menurut dia, DNA korban bisa tergabung secara sel meskipun sudah dipisahkan saat ditemukan di lokasi kejadian.

Ratna menyebutkan, pemisahan DNA secara sel perlu tahapan-tahapan yang ketat.

“Tahapan-tahapan itu tidak boleh dilewati karena kalau dilewati nanti hasilnya tidak akan muncul,” tambah Ratna.

Sebelumnya, Tim DVI Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, telah menerima 136 kantong jenazah korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang diduga jatuh, hingga Rabu (11/1/2021).

Selain itu, tim DVI RS Polri juga telah menerima sampel DNA dari keluarga korban serta kantong properti.

“Tim telah menerima sampel DNA sebanyak 112. Kemudian juga tim telah menerima 136 kantong jenazah, dan juga telah menerima 35 kantong properti,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas (Karopenmas Divhumas) Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono dalam konferensi pers di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (13/1/2021) pagi.

Menurut Rusdi, tim DVI RS Polri akan mengidentifikasi temuan kantong-kantong jenazah dan properti yang telah diterima. Hingga Rabu (13/1/2021) pukul 09.00 WIB, tim telah berhasil mengidentifikasi empat penumpang dari temuan-temuan di lapangan.

“Kemudian sampai jam 09.00 WIB ini juga tim berhasil identifikasi empat atas bama korban Okky Bisma, Hasanah, Fadli Satrianto, keempat Ashabul Yamin,” tambah Rusdi.

Seperti diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 hilang kontak di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang pada Sabtu sekitar pukul 14.40 WIB atau 4 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.

Pesawat mengangkut 62 orang yang terdiri dari 12 kru, 40 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.

Pesawat Sriwijaya Air sempat keluar jalur penerbangan, yakni menuju arah barat laut pada pukul 14.40 WIB. Pihak Air Traffic Controller (ATC) kemudian menanyakan pilot mengenai arah terbang pesawat.

Namun, dalam hitungan detik, pesawat dilaporkan hilang kontak.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/13/14020291/mengapa-112-sampel-dna-yang-diterima-belum-bisa-identifikasi-korban

Terkini Lainnya

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke