Pendiri Yayasan ABI, Dedy Delon, mengatakan, sayangnya hal itu belum bisa terlaksana karena terhambat biaya akomodasi.
"Barusan saja ngobrol sama teman-teman di Makassar, bisa kirim ABI ke sana enggak? ABI sudah siap tenaga dan waktu, tapi enggak bisa dapat akomodasinya, itu doang yang jadi kendala kami," kata Dedy saat dihubungi Kompas.com, Kamis (28/1/2021).
Badut-badut yang bernaung di bawah komunitas ABI memiliki kemampuan trauma healing.
Mereka kerap menghibur anak-anak yang terkena bencana atau anak pengidap penyakit berat.
"Yang ikut ABI itu kan yang memang fokus di healing untuk korban kebakaran, bencana, tanpa ada bayaran, kadang pakai uang sendiri, numpang teman," tutur Dedy.
Biasanya, ABI selalu menggunakan biaya sendiri untuk akomodasi mereka ke lokasi bencana.
Namun, sejak pandemi Covid-19 melanda Tanah Air, para badut itu harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup mereka.
"Iya biaya sendiri, kami patungan, kadang ada yang ngasih untuk transportasi, sekarang mau ke Mamuju, ke Sulawesi Barat, Kalimantan, udah enggak bisa karena udah enggak punya apa-apa," ujar Dedy.
Menurut Dedy, sudah hampir setahun, badut-badut yang tergabung dalam komunitas ABI kehilangan mata pencarian mereka.
"Dengan adanya PSBB diperpanjang lagi ini tambah stres, banyak yang akhirnya hampir setahun menganggur total," kata Dedy.
Dedy berharap ada pihak-pihak yang bermurah hati untuk bisa membantu para badut agar bisa menghibur anak-anak yang tertimpa bencana dan membantu menghilangkan trauma mereka.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/28/18074381/komunitas-badut-ingin-hibur-anak-anak-korban-gempa-sulawesi-tapi