Salin Artikel

Para Ulama Siapkan Dana Rp 500.000 untuk Bangun Istiqlal, Soekarno: Tidak Cukup!

Soekarno sempat menceritakan awal mula ide pembangunan Masjid Istiqlal dalam Amanat Presiden Soekarno yang dia sampaikan pada saat pemancangan tiang pertama Masjid Istiqlal 24 Agustus 1961 yang juga tertulis dalam buku "Masjid Istiqlal Sebuah Monumen Kemerdekaan" oleh Solichin Salam.

"Kira-kira dalam tahun 1944, jadi sudah 17 tahun yang lalu di zaman Jepang, di rumah kediaman saya pada waktu itu di Pegangsaan Timur 56," kata Soekarno.

Saat itu berkumpul beberapa ulama dan pimpinan organisasi dan tokoh-tokoh Islam yang mengajak Soekarno untuk mendirikan sebuah masjid agung.

Awalnya memang bukan bernama Istiqlal. Soekarno lebih sering menyebut dengan ide membuat Masjid Jami' atau sama artinya dengan masjid agung.

Ulama dan tokoh-tokoh Islam tersebut menginginkan dibangun sebuah masjid agung di kota Jakarta yang sudah lama diinginkan umat Islam.

"Kawan-kawan yang berkumpul di situ menghendaki agar supaya pekerjaan (membangun masjid agung) ini lekas dimulai," ucap Soekarno.

Namun ketika Soekarno menanyakan biaya yang sudah disiapkan untuk membangun Masjid Istiqlal, ulama dan tokoh-tokoh Islam tersebut mengatakan bisa menjamin pendanaan Rp 500.000.

"Saya berkata hoooh, itu uang lima ratus ribu rupiah, setengah juta, bukan apa-apa, tidak cukup, jauh tidak cukup," kata Soekarno.

Ucapan Soekarno bersambut, para ulama dan tokoh Islam saat itu meyakinkan Soekarno bahwa dana yang sudah disiapkan cukup, dan banyak Umat Islam juga siap untuk menyumbang kayu, bahan bangunan, kapur dan genteng.

Mendengar kata "kayu" dan "genteng", Soekarno semakin teguh untuk menunda pembangunan masjid agung.

"Marilah kita membuat masjid Jami' yang bisa tahan seribu tahun, dan marilah kita, agar supaya kita mendirikan masjid Jami' yang tahan seribu tahun itu, janganlah berpikir dalam istilah kayu dan istilah genteng, jangan kita membikin masjid yang... ya, seperti masjid manalah... masjid Cianjur atau masjid Cipanas atau masjid Sukabumi atau masjid kota-kota kecil. Ini masjid Jamil kota Jakarta. Jikalau kita membuatnya sekadar dengan genteng, sekadar dengan kayu, dalam tempo seratus-dua ratus tahun sudah lapuk, sudah rubuh," kata Soekarno.

Dia kemudian memberikan pertimbangan pada para ulama dan tokoh Islam saat itu agar membangun masjid Jami' yang bisa kokoh, tahan dimakan zaman.

Untuk itu, kata Soekarno, masjid Jami' yang kini bernama Masjid Istiqlal harus dibangun dari kerangka besi, dari beton, pintu dari perunggu, dan lantai dari batu pualam.

Pada akhirnya ucapan Soekarno yang sudah berlalu selama 17 tahun akhirnya benar-benar terwujud dalam pemancangan tiang Masjid Jami' Istiqlal pertama 24 Agustus 1961.

Saat itu Soekarno mengatakan, Masjid Istiqlal menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara dan mengalahkan masjid-masjid besar lainnya di negara-negara mayoritas muslim lainnya di Turki dan Mesir.

"Maka saudara-saudara, sebagai saudara-saudara baca di surat kabar, mungkin sekali masjid Jami' yang akan datang ini adalah masjid yang terbesar di seluruh dunia. Sudah nyata jikalau sudah jadi, masjid ini adalah masjid yang terbesar di seluruh Asia Tenggara, tetapi mungkin sekali dia adalah yang terbesar di seluruh dunia, lebih besar daripada masjid di Istanbul atau di Kairo saudara-saudara," ucap Soekarno.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/22/18150081/para-ulama-siapkan-dana-rp-500.000-untuk-bangun-istiqlal-soekarno--tidak

Terkini Lainnya

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Megapolitan
Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Megapolitan
15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke