Salin Artikel

Kisah Suami Istri Lansia Jalani Vaksinasi Covid-19 di Jakarta, Sempat Bingung Lokasi Suntik

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat kelompok lanjut usia (lansia) mendapatkan vaksinasi Covid-19 secara bertahap mulai pekan ini.

Sejumlah warga di Jabodetabek diketahui telah menerima vaksin yang didapat di berbagai fasilitas kesehatan (faskes) sekitar domisili mereka.

Pasangan suami istri, Shirwan Ananda Idris dan Endang SPL Poesoro Idris, pun telah disuntik vaksin Covid-19 Sinovac pada Rabu (24/2/2021).

Endang (69) mengatakan, ia dan suami menerima vaksin di Rumah Sakit Umum Daerah Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

"Kami disuntik sekitar pukul 08.00 WIB di RSUD Jati Padang. Kami datang jam 07.30 WIB, langsung dapat nomor urut 1," kata Endang saat dihubungi Kompas.com, Rabu pagi.

Warga Cinere, Depok, dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Jakarta itu menjelaskan, tidak ada antrean panjang selama pelaksanaan vaksinasi hari ini karena pihak rumah sakit membatasi jumlah calon penerima.

"Mereka (RSUD Jati Padang) hanya menerima 38 orang per hari," ujar Endang.

Endang mengaku sempat ada masalah terkait lokasi vaksinasi.

Pasalnya, ketika mendaftarkan diri dan suami pekan lalu, Endang dan suami mengetahui Rumah Sakit Mayapada di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sebagai salah satu faskes yang menyediakan vaksin.

Ia pun memilih rumah sakit tersebut pada awalnya.

"Kami sudah daftar sejak pengumuman ada. Saya tulis (lokasi faskes) sesuai daftar yang ada di situ. Ada RS Mayapada Jakarta Selatan. Tetapi (saat dihubungi) tidak ada respons," urai Endang.

Suami istri ini lantas pergi ke RSUD Jati Padang setelah mendapat informasi dari teman.

"Kami dengar dari teman bahwa RSUD Jati Padang buka dan bisa ditelepon. Jadi, saya langsung telepon hari Minggu (21/2/2021) kemarin," paparnya.

Setelah menghubungi pihak rumah sakit, Endang kemudian mendapat jadwal vaksinasi.

"Terus langsung dapat jadwal untuk datang hari Rabu, tanggal 24 Februari, jam 08.00 WIB," tambahnya.

Karena perbedaan lokasi vaksin, Endang mengaku sempat menghabiskan waktu cukup lama untuk verifikasi data menjelang disuntik.

"Sekitar jam 08.00 karena nomor urut satu, saya dipanggil ke counter untuk semacam pemeriksaan administrasi. Saya agak lama karena saya ditanya: 'Apa Ibu sudah mendaftar dan dapat tiket?'. Waktu mereka coba cek, mereka bilang RS Mayapada itu tidak terdaftar padahal (saat mendaftarkan diri) rumah sakit itu sudah terdaftar," ujar Endang.

"Mereka juga lama mengecek karena situs (pendaftaran vaksin) lama sekali (diakses). Sepertinya karena banyak orang yang coba mengakses situs yang sama. Sementara sepertinya (pihak RSUD Jaya Padang) harus mengklarifikasi bahwa si pasien yang sudah mendaftar di satu rumah sakit itu dialihkan ke rumah sakit lain," bebernya.

Setelah berhasil mendapat jadwal, Endang berbagi informasi itu kepada teman-temannya.

Akan tetapi, kata Endang, teman-temannya kesulitan menghubungi rumah sakit yang sama karena telepon selalu sibuk.

Ketika akhirnya terhubung, lanjutnya, pihak rumah sakit menekankan pendaftaran gelombang pertama untuk lansia telah ditutup.

"Begitu dapat (terhubung ke rumah sakit), langsung dibilang bahwa pendaftaran telah ditutup untuk fase pertama sampai 19 Maret," ucap Endang.

"Saya tadi pagi coba mendaftarkan besan saya, akhirnya dapat untuk tanggal 2 Maret siang. Kebetulan banget," katanya lagi.

Suami sempat ragu

Setelah melewati fase verifikasi yang memakan waktu, Endang menjelaskan bahwa ia dan suami juga diwawancarai seputar riwayat kesehatan.

"Waktu menunggu dan lain-lain seperti mengambil tensi, total tidak sampai 30 menit kok. Saat ambil tensi, saya sempat waswas karena katanya secara alam bawah sadar, tensi itu bisa naik. Alhamdulillah tadi tensi saya 110/70," katanya.

"Setelah diambil tensi, kami masuk ke ruangan yang ada dokter, siap untuk divaksin. Di situ, dokternya mewawancarai apakah kita menderita penyakit hipertensi atau lain-lain. Saya bilang saya (punya) asma, tapi dalam kurun lebih dari 3 bulan ini tidak ada anfal sama sekali. Kolesterol juga tidak ada masalah," lanjutnya.

Di sisi lain, Shirwan, diakui Endang, sempat ragu menerima vaksin Sinovac. Pasalnya, sang suami pernah menderita penyakit jantung.

"Terus terang, suami sempat ragu karena suami pernah jantung bypass tahun 2018. Dia ngomong ke saya: 'Saya tidak mau disuntik Sinovac. Saya maunya (vaksin) Pfizer'," cerita Endang.

Setelah berkonsultasi dengan kerabat, Shirwan pun bersedia disuntik Sinovac.

"Sedangkan menurut adik ipar kami yang dokter, memang Pfizer akan masuk. Tapi tidak ada yang bisa garansi kapan dan apakah dapat. Jadi, kalau sudah ada Sinovac di depan mata, ambillah Sinovac. Karena tanggal 5 Februari, sudah keluar (Sinovac) aman untuk lansia," jelasnya.

"Jadi, jangan ragu-ragu. Jangan menunggu (vaksin) yang masih belum diketahui (jika telah dapat giliran)," kata Endang.

Setelah disuntik, Endang mengaku tidak merasakan efek samping apapun.

"Biasa saja. Kami disuruh menunggu selama 30 menit (setelah vaksin) dan no problem. Saya punya pengalaman, Oktober 2020 lalu, saya disuntik pneunomia. Suntiknya di otot. Pengalamannya saya hanya pegal selama satu malam. Kemungkinan, kata dokter, terjadi hal yang sama," ujar Endang.

"Suami sekarang ok kok. Tadi tensinya juga tidak naik, bagus. Heran juga. Padahal adik iparnya yang enggak sakit, enggak punya riwayat jantung, tensinya naik sampai 20," paparnya.

Karena sudah mengalami sendiri, Endang pun mengajak masyarakat kelompok lansia untuk tidak ragu disuntik vaksin Covid-19.

Dia juga menyarankan agar penerima vaksin tidak perlu cemas yang dapat menyebabkan tekanan darah meningkat menjelang divaksin.

"Teman saya cerita, dia bisa mendapat vaksin karena ada empat calon penerima gagal disuntik gara-gara tensinya enggak turun-turun. Jadi, tenang saja," ujar Endang.

Jika dalam 7 hari mendapat perasaan tak enak seperti sesak, lanjut Endang, ia diminta dokter untuk menghubungi RSUD Jaya Padang.

Untuk vaksinasi tahap kedua, Endang dan suami dijadwalkan menerima pada 25 Maret atau 28 hari setelah disuntik tahap pertama.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/24/12124561/kisah-suami-istri-lansia-jalani-vaksinasi-covid-19-di-jakarta-sempat

Terkini Lainnya

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Megapolitan
PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

Megapolitan
Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Megapolitan
Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Megapolitan
Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Megapolitan
Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Megapolitan
Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Megapolitan
KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Megapolitan
Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Megapolitan
3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

Megapolitan
Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Megapolitan
Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras 'Limit Paylater' hingga Rp 10 Juta

Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras "Limit Paylater" hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke