Salin Artikel

Tragedi di Matraman, 10 Penghuni Kontrakan Tewas Terjebak Kebakaran

Sepuluh orang tewas dalam kebakaran di empat rumah petak yang dijadikan kontrakan di sebuah gang yang sempit dan buntu di daerah itu.

Suku Dinas (Sudin) Penanggulangan Penyelamatan dan Kebakaran (Gulkarmat) Jakarta Timur menerima laporan warga tentang kebakaran itu pada pukul 04.50 WIB. Sebanyak 14 unit mobil pemadam kebakaran kemudian dikerahkan. Api padam pukul 05.40 WIB.

Penyebab kebakaran masih diselidiki. Namun, dugaan sementara kebakaran disebabkan korsleting atau hubungan arus pendek.

"Penyebab kebakaran sementara dari pihak kepolisian arus pendek listrik. Jadi sedang dilakukan penyelidikan," kata Wali Kota Jakarta Timur M Anwar saat meninjau lokasi, Kamis.

Korban tewas anggota tiga keluarga

Sepuluh korban tewas dalam kebakaran itu merupakan penghuni dua rumah petak, yaitu rumah petak pertama dan ketiga.

Rumah petak pertama pertama dihuni dua keluarga yakni keluarga Sri Mulyani (50) sebagai kepala keluarga (KK) dengan anaknya Ria Ramadhani (17). Keluarga kedua adalah Hamdani Azwar (30) sebagai KK bersama istrinya Deby (28), dan anaknya Farras Nizan (1,5).

Rumah petak ketiga dihuni satu keluarga yaitu Beni Siswanto (42) sebagai KK bersama istrinya Nova (40) dan tiga anak mereka, yakni Fani (20), Baeva (15), dan Ni Imam Beno (9).

Para penghuni rumah petak kedua dan keempat, sebanyak lima orang, selamat dalam kebakaran itu.

"Yang selamat ada lima orang," ujar Lurah Pisangan Baru, Tuti Sugihastuti, kemarin.

Salah seorang warga yang selamat, Nanang Wahyudi (37), menuturkan bahwa kebakaran terjadi sekitar pukul 04.50 WIB. Lokasi kontrakan mereka diapit dua kontrakan lain yang dihuni tiga keluarga.

"Saya sama istri bangun dari tidur itu karena dengar teriakan-teriakan tetangga kanan-kiri. Mereka teriak minta tolong, tapi enggak teriak kebakaran," ujar Nanang, dilansir TribunJakarta.com.

Ketika Nanang membuka pintu kontrakannya, ia melihat bahwa dua unit sepeda motor yang terparkir di depan kontrakan mereka sudah dilahap si jago merah.

Api di dari sepeda motor itu langsung menyembur ke atas dan memperparah kebakaran.

Ia pun bergegas menyelamatkan diri ke luar gang sambil membawa serta istri dan anaknya.

"Pas saya buka pintu, api dari motor itu langsung nyembur ke atas. Langsung saya ungsikan istri sama anak ke luar. Hitungan detik pas saya balik lagi ke lokasi enggak bisa, api sudah makin besar," ujarnya.

Nanang dan warga lainnya akhirnya berupaya melakukan pemadaman mandiri sambil beteriak agar tetangga yang masih di dalam rumah bisa bergegas menyelamatkan diri.

Namun, upaya mereka gagal karena api lebih cepat merambat dan keberadaan lima motor di lokasi kejadian yang ikut terbakar membuat kobaran api makin besar. Para korban pun terjebak.

"Sebenarnya yang rumah paling pojok itu masih bisa keluar, tapi mungkin karena pas kejadian tidur jadi terlambat. Memang kejadiannya cepat banget, enggak sempat nyelametin barang juga," ujar Nanang.

Lokasi di gang buntu dan sempit

Akses masuk ke lokasi kebakaran harus melalui gang kecil selebar dua meter sepanjang 20 meter. Lokasi itu berada di gang buntu sehingga akses keluar-masuk sulit.

Tampak beberapa sepeda motor hangus terbakar di lokasi tersebut. Beberapa kabel juga tidak dalam posisi teratur. Pintu-pintu yang terbakar itu ambruk.

"Kebetulan orang yang di ujung (kontrakan) tidak bisa menyelamatkan diri, jadi mungkin sumber api berasal dari situ," kata M Anwar.

Anwar juga menyebutkan, kabel-kabel yang dipasang di kontrakan tersebut kurang memenuhi standar.

"Ini contoh bagi kita semua, kalau kita lihat kabel listrik standar ya, bukan kabel baja," kata Anwar.

"Berkali-kali saya ingatkan jajaran kelurahan, damkar, agar memperhatikan arus pendek atau sambungan arus listrik karena kebakaran-kebanyakan terjadi akibat arus pendek dan ketika mengisi daya baterai handphone," kata dia.

Bantuan pemerintah

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Jakarta Timur mengurus 10 jenazah korban kebakaran sampai ke pemakaman.

"Jenazah di RSCM (Jakarta Pusat), nanti kami akan urus untuk pemakaman," kata Anwar.

Secara terpisah, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, korban kebakaran akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon.

"Mereka semua akan dimakamkan di Pondok Ranggon. Kemudian lokasi kebakaran akan dilakukan penyelidikan oleh pihak kepolisian untuk mengetahui sebab-sebabnya," kata Anies di lokasi, Kamis.

Anies mengatakan, korban yang selamat kini berada di tempat penampungan sementara.

"Bantuan diberikan satu tempat tinggal, kebutuhan makan dan minum sampai 21 hari ke depan, seluruh surat-surat diberikan gantinya sambil mereka mencari tempat kontrakan yang baru," kata Anies.

"Karena yang menjadi korban bukan pemilik rumah, melainkan yang mengontrak," ujar dia.

Anies menyebutkan kebakaran itu sebagai musibah yang luar biasa.

"Peristiwa kebakaran ini adalah sebuah musibah yang amat berat. Kita kali ini menyaksikan ada empat petak rumah terbakar. Jumlahnya hanya empat petak tetapi yang meninggal 10 orang, sebuah musibah yang luar biasa," kata Anies.

Disebut luar biasa karena jumlah korban jiwa dalam kebakaran itu mungkin yang terbanyak akhir-akhir ini.

"Karena korban jiwanya mungkin yang terbanyak yang pernah kita rasakan akhir-akhir ini," kata Anies.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/26/09325621/tragedi-di-matraman-10-penghuni-kontrakan-tewas-terjebak-kebakaran

Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke