Sebagian mendukung keputusan itu kerena menilai pembelajaran tatap muka di sekolah akan efektif untuk anak.
Namun, sebagian menolak pembelajaran tatap muka di tengah pandemi karena khawatir sang anak tertular virus corona Covid-19.
Sawitri (36), menjadi salah satu orangtua yang mendukung anaknya untuk sekolah tatap muka.
Sawitri memiliki seorang anak yang kini duduk di kelas 3 sekolah dasar di Tangerang Selatan.
Ia menilai anaknya akan lebih mudah menyerap pelajaran jika diajarkan langsung oleh gurunya di ruang kelas.
"Kalau di rumah dia bawaannya malas-malasan, mungkin karena sudah kelamaan juga belajar di rumah. Sudah bosan," kata Sawtri, Selasa (30/3/2021).
"Sekolah online malah sering tidak fokus. Tugasnya malah banyak yang tidak dikerjakan," sambung dia.
Soal risiko anak akan tertular Covid-19, Sawitri mengaku tak terlalu khawatir. Jika protokol kesehatan diterapkan dengan tepat, ia meyakini anaknya terhindar dari virus Sars-Cov-2.
"Sekarang juga kan anak saya karena bosan di rumah tetap main juga sama temannya di komplek. Tapi yang penting tetap pakai masker saja," ujarnya.
Nuri Permata (41), juga menyatakan dukungan terhadap rencana pembelajaran tatap muka.
Sebab, ia juga merasa anaknya yang duduk di kelas 8 Sekolah Menengah Pertama dan 6 Sekolah Dasar kesulitan menangkap materi pembelajaran secara daring.
Akhirnya, ia tetap harus mengajarkan ulang materi pembelajaran kepada kedua anaknya.
“Tapi masalahnya tidak semua pelajaran saya bisa mengerti. Pelajaran anak-anak sekarang lebih sulit dibanding dulu. Banyak pelajaran yang saya tidak mengerti,” kata dia.
Oleh karena itu, warga Depok ini menyambut baik jika pembelajaran tatap muka kembali diberlakukan.
Asalkan, peserta didik dalam satu kelas jumlahnya dibatasi dan pemberlakukan protokol kesehatan dilakukan secara ketat.
Sementara itu, Sutari (31) mengaku khawatir jika anaknya harus mengikuti pembelajaran tatap muka.
Warga Tangerang Selatan ini khawatir anaknya yang baru memasuki usia 5 tahun tak bisa menerapkan protokol kesehatan dengan baik sehingga rentan tertular Covid-19.
Sementara guru di taman kanak-kanak juga tak bisa memastikan semua muridnya menerapkan protokol kesehatan.
Akhirnya ia memutuskan tak mendaftarkan anaknya ke TK pada tahun ini.
"Ditunda dulu saja sampai pandemi benar-benar selesai. Sementara belajar di rumah saja dulu, kami orangtua yang ngajarin," kata Sutari.
Pemerintah mengumumkan bahwa institusi pendidikan dan sekolah bisa melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas pada tahun ajaran baru mendatang, yang dimulai Juli 2021.
Kebijakan ini berdasarkan Surat Keputusan Bersama Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
"Pada ajaran baru di bulan Juli 2021 diharapkan seluruh satuan pendidikan dapat menyediakan layanan pembelajaran tatap muka secara terbatas," ujar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam konferensi pers, Selasa (30/3/2021).
Muhadjir menjelaskan, aktivitas pembelajaran tatap muka secara terbatas ini akan dilakukan setelah pemerintah menyelesaikan vaksinasi terhadap pendidik dan tenaga pendidikan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/30/19052281/suara-orangtua-sikapi-rencana-sekolah-tatap-muka-mulai-juli