Salin Artikel

45 Siswa SDN Pondok Kelapa 05 Pagi Jakarta Jalani Uji Coba Sekolah Tatap Muka

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 45 siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pondok Kelapa 05 Pagi tampak antusias mengikuti hari pertama uji coba sekolah tatap muka, Rabu (7/4/2021).

Seorang guru di sekolah tersebut mengatakan, semua 45 murid tersebut duduk di bangku kelas 5 SD.

Dalam pantauan Kompas.com, sekolah bertingkat 3 itu membuka tiga ruangan kelas untuk uji coba belajar tatap muka hari ini.

Masing-masing kelas berisi 15 siswa dan satu orang guru.

Protokol kesehatan diberlakukan bahkan sepanjang jam pelajaran yang dimulai pukul 07.00 hingga 10.00 WIB.

Selain duduk berjarak antarsiswa, para murid mengenakan masker sepanjang kegiatan belajar mengajar.

Ada pula yang menambahkan face shield untuk melapisi masker yang para siswa kenakan.

Para siswa dan guru juga menyediakan hand sanitizer masing-masing yang memang dibawa dari rumah.

Siswa dan orangtua senang

Salah satu siswa SDN Pondok Kelapa 05, Hana, merasa senang bisa kembali bersekolah tatap muka.

"Deg-degan tapi senang juga bisa bertemu teman-teman lagi. Enakan belajar tatap muka," ujar Hana.

"Semoga bisa terus seperti ini lagi (belajar tatap muka," lanjutnya.

Perasaan serupa dirasakan salah satu orangtua murid bernama Yuli yang memiliki putri bernama Keyla.

Meski mengaku waswas, Yuli tetap mendukung kegiatan belajar tatap muka. Terlebih, ia pribadi juga mempersiapkan putrinya.

"Agak deg-degan juga sih, cuma kita sudah antisipasi. Bawa dan pakai masker, bawa hand sanitizer. Lalu, makanan dan minuman bawa dari rumah," ucap Yuli.

Warga Pondok Kelapa, Jakarta Timur itu mengakui putrinya kesulitan saat belajar daring.

"Agak kesulitan (mengikuti pembelajaran), karena kalau di rumah anak kurang fokus belajarnya. (Belajar) pakai hp itu bikin anak buka yang lain-lain," beber Yuli.

Karena itu, dia menyambut positif uji coba sekolah tatap muka di Jakarta.

Adaptasi kebiasaan baru yang unik

Kepala Sekolah SDN Pondok Kelapa 05 Pagi, Samukin, Spd, MM mengatakan, para guru senantiasa mengingatkan siswanya untuk terus menjalankan prokes.

"Sejak awal, hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah kita lakukan atau mungkin jarang, kita jadikan budaya baru di sekolah ini," kata Samukin kepada Kompas.com, Rabu pagi.

"Ke pihak keluarga, kami melalui guru kelas selama PJJ (pembelajaran jarak jauh) pun mewanti-wanti bahwa walaupun di rumah, tetap protokol kesehatan. Biasakan pola hidup bersih, sehat," jelasnya.

Dipaparkan Samukin, pihak keluarga pun menyiapkan proteksi sendiri buat anak-anak masing-masing.

Walau demikian, Samukin menekankan bahwa sekolah juga menyediakan benda-benda yang dibutuhkan murid demi prokes tetap terjaga.

"Seperti (menyediakan) masker. Bukan tidak mungkin anak-anak maskernya jatuh, basah, dan sebagainya. Maka kami siapkan penggantinya," ujar Samukin.

"Di depan kelas juga kita sediakan tempat cuci tangan beserta sabun. Ada pula hand sanitizer. Intinya, mereka (murid) siap masing-masing, sekolah pun siap mem-back up," sambungnya.

Meski giat menjalankan prokes, Samukin mengakui segala kebiasaan baru di era pandemi jadi terasa unik.

Ia mencontohkan tentang bagaimana murid kini tak bisa lagi bersalaman atau memeluk gurunya sebagai bagian dari sapaan.

Selain itu, guru akan lebih dulu berada di ruangan ketimbang murid-muridnya sebelum kelas berlangsung.

"Agak unik juga. Bila dulu bel berbunyi, anak-anak masuk ke kelas. Sekarang saat bel masuk berbunyi, guru sudah di ruangan. Anak diawasi dan dikendalikan karena takutnya (murid) ketemu teman lama terus bercengkrama," urai Samukin.

Saat pulang sekolah, Samukin menambahkan, anak-anak juga diberi jeda waktu sehingga tidak menimbulkan kerumunan.

Nama siswa dipanggil satu persatu untuk kemudian diperbolehkan pulang.

"Kita tidak bisa pulang sama-sama, dijeda dulu sekian menit. Ini supaya tidak terjadi penumpukan dan kerumunan," pungkas Samukin.

Dalam pantauan Kompas.com, seorang guru melalui pengeras suara memanggil nama masing-masing anak.

Nama siswa yang dipanggil lah yang kemudian diperbolehkan meninggalkan ruang kelas.

Aktivitas memulangkan murid tersebut berlangsung selama sekitar 30 menit.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/07/12555461/45-siswa-sdn-pondok-kelapa-05-pagi-jakarta-jalani-uji-coba-sekolah-tatap

Terkini Lainnya

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke