Salin Artikel

Ramainya Peziarah Kubur Saat Lebaran di Bekasi, Warga Mengaku Tak Bisa Begitu Saja Hentikan Tradisi

Mereka yang duduk di dalam mobil seakan bernasib lebih mujur karena terlindung dari terpaan terik matahari Bekasi. Namun mereka hanya bisa berpasrah menanti kendaraan di depannya melaju sedikit demi sedikit.

Kemacetan panjang itulah pemandangan yang membentang dari Jalan Raya Jatimulya hingga Jalan Kampung Jati 2 di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, pada Hari Idul Fitri, Kamis (13/5/2021) siang.

Jalan Kampung Jati 2 yang hanya cukup untuk dua mobil merupakan satu-satunya akses menuju kuburan Jati Nusa Indah di Jalan Kampung Jati 2.

Siang tadi, arus peziarah yang datang dan pulang dari perkuburan itu seakan tak berhenti. Tak pelak, kemacetan mengular panjang hingga hampir dua kilometer.

"Rutinitas memang tidak bisa kami tinggalkan. Kalau bahasa saya, kudu dilestarikan," ujar Bandi (43), warga Pengasinan, Kota Bekasi, yang siang ini berziarah ke makam orangtua dan kakek-neneknya.

Tradisi tak bisa begitu saja dihentikan

Seperti kata Bandi, ziarah kubur memang bagian tak terpisahkan dari rangkaian perayaan Idul Fitri di Indonesia. Sebuah fenomena kultural yang telah diwariskan dari masa ke masa, dari generasi ke generasi.

Pemerintah melarang mudik Lebaran 2021 untuk mencegah penularan Covid-19, termasuk mudik lokal yang kerap diiringi dengan ziarah kubur.

Masalahnya, tak mudah mengidentifikasi orang-orang yang melakukan mudik, apalagi mudik lokal. Ditambah lagi, pemerintah tak punya dasar hukum melarang mudik lokal.

"Dari Pengasinan (Kota Bekasi) ke Jatimulya (Kabupaten Bekasi) ini saya. Saya pulang kampung. Benar nggak? Kan beda kan, kabupaten sama kota. Dibolehin kan sama pemerintah ya?" ungkap Bandi.

Salah satu pengelola kuburan Jati Nusa Indah, Sukron Al Hakim (32), menyebutkan bahwa keadaan hari ini menyerupai situasi sebelum pandemi Covid-19 melanda.

"Makam Jati Nusa Indah memang di hari H sampai hari keempat itu biasanya ramai, apalagi hari libur seperti itu. Seperti yang Anda lihat di sini, alhamdulillah banyak seperti ini," kata Sukron, Kamis.

"Kemacetan terjadi karena memang banyaknya peziarah yang datang, seperti itu," tambah dia.

Di dalam area pemakaman, hanya sebagian kecil peziarah yang memakai masker. Begitu pun dengan para pedagang, baik pedagang mainan, bunga, hingga penjual makanan dan minuman.

Itu pun, sebagian di antaranya meletakkan maskernya di dagu, bukan menutupi mulut dan hidung.

Di luar itu, lebih banyak lagi orang yang tidak mengenakan masker di area pemakaman.

"Tetap kami mengimbau (memakai masker), tapi kembali kepada peziarah masing-masing ya," kata Sukron.

"Dari tahun lalu ketika pemerintah menerapkan untuk menggunakan 3M, kami mematuhinya, tapi kembali ke pribadi masing-masing," imbuhnya.

Sukron mengakui, bukan perkara gampang menghalau peziarah kubur di hari Lebaran, sebuah kebiasaan yang telah ada sejak dulu, dari Idul Fitri ke Idul Fitri berikutnya. Menyetop arus peziarah kubur sama sekali tak semudah pernyataan para pejabat di media massa.

"Saya mendengar seperti itu (ziarah kubur dilarang). Cuma, bagi kami, tradisi di sini enggak bisa seperti itu saja dihentikan. Kami di sini antisipasi masing-masing saja, menggunakan masker dan menjaga jarak," lanjutnya

"Banyaknya peziarah juga memang karena antusiasme habis Ramadhan. Itu biasa. Apalagi sekarang memang dengan adanya Covid-19 ini, banyak yang tidak pulang kampung," tutur Sukron.

Bandi datang melihat makam orangtuanya di lokasi itu. Saat ditanya pendapatnya mengenai larangan ziarah kubur oleh pemerintah, Bandi menutup mata sambil menggeleng pelan.

"Tidak, dengan berziarah, kita mendekatkan. Gua bakalan seperti ini lho. Kurang baguslah kalau katanya ziarah dilarang," jawab Bandi.

"Mohon maaf. Kita di masa pandemi begini kan tetap menerapkan protokol kesehatan, kita bermasker, itu perlu. Jangan dah, jangan sampai ada, bahasa pribadi saya, (ziarah kubur) dilarang," imbuhnya.

Setelah usai ziarah kubur, Bandi mengaku tak berencana untuk kumpul-kumpul keluarga besar, meskipun keluarga besar tinggal pula di kawasan Jatimulya. Kebiasaan itu, akunya, sudah dilakukan setiap kali Lebaran tiba. Tak seperti kebanyakan orang, agenda kumpul-kumpul sanak famili tak pernah jadi prioritas Bandi dan keluarga.

"Tujuannya kita Lebaran kan (berjumpa) sama orangtua doang," ucapnya.

"Ibaratnya, saya kunjungi makam cuma setahun sekali. Saya kan juga kangen sama ibu saya, mau minta maaf meski sudah enggak ada. Tujuannya Lebaran kan minta maaf ke orang tua," ujar Bandi.

Bandi menuturkan sejumlah nilai yang ia yakini seputar hidup, mati, dan pentingnya keluarga menziarahi makam anggota keluarga lain yang telah berpulang. Baginya, rutinitas harian tak ubahnya tugas.

Tugas itu jangan sampai mengaburkan hal-hal lain yang lebih penting soal kehidupan, termasuk salah satunya, menghormati jasa orangtua, berterima kasih atas segala yang sudah diberikan.

Rasa syukur dan sayang itu memang dapat dipanjatkan setiap hari, terlepas dari ruang dan waktu. Namun mengunjungi makam orangtua secara fisik di hari raya yang dulu pernah dirayakan bersama-sama, jelas membangkitkan suasana yang berbeda di dalam kalbu. Dan itu hanya terjadi sekali dalam setahun.

"Nanti, ente juga ngerasain," ujar Bandi.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/05/13/14595681/ramainya-peziarah-kubur-saat-lebaran-di-bekasi-warga-mengaku-tak-bisa

Terkini Lainnya

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Pelaku Tak Senang Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Pelaku Tak Senang Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Megapolitan
Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Megapolitan
Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke