Salin Artikel

Ragam Permasalahan Depok, dari Ketimpangan Pembangunan hingga Tingginya Angka Pengangguran

JAKARTA, KOMPAS.com - Baru-baru ini Depok kembali menjadi sorotan karena kesenjangan pembangunan yang terjadi.

Pemerintah Kota Depok berencana untuk merevitalisasi trotoar di Jalan Margonda Raya. Untuk kesekian kalinya, daerah Margonda menjadi fokus pembangunan.

Hal ini membuat warga Depok meradang. Mereka menuntuk pemerintah kota mulai memikirkan pembangunan infrastruktur di wilayah lain yang belum terjamah.

"Mau sampai kapan membangun Margonda doang? Sekalian saja diperpanjang (trotoarnya), jangan cuma dibagusin, tapi tempatnya di situ lagi, di situ lagi," ujar Tri, warga Kampung Parung Belimbing, Selasa (8/6/2021).

Paradigma pembangunan Margonda-sentris di Depok sudah sering bahan cemoohan dan kritik berbagai pihak. Namun, hal ini ternyata tidak terjadi begitu saja.

Pendapatan rendah berujung ketimpangan

Pakar kebijakan publik sekaligus pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Lisman Manurung, menyebutkan bahwa rendahnya pendapatan per kapita di Depok berkontribusi pada ketimpangan pembangunan di sana.

"Perbandingan antara APBD-nya, per kapita di Depok itu Rp 1 juta per orang, di DKI Rp 7 juta per orang, jadi jomplang," ujar Lisman, seperti disiarkan akun YouTube Harian Kompas.

"Artinya semua pembiayaan fasilitas publik itu jomplang 7 kali lipat. Jadi kalau di Jakarta dibangun 7 kilometer jalan, di Depok cuma kebagian sekian meter".

Lisman menambahkan, keterbatasan biaya untuk mengembangkan infrastruktur membuat kepadatan penduduk juga tidak merata.

Di Depok, kebanyakan orang bermukim di sepanjang jalan utama. Sementara, sejumlah wilayah di kota tersebut bahkan tidak memiliki akses jalan raya.


Tingkat pengangguran yang tinggi

Rendahnya APBD per kapita di Depok juga berdampak pada kesejahteraan warga. Banyak warga Depok tidak mendapatkan pendidikan memadai hingga akhirnya harus menganggur.

Data Badan Pusat Statistik Tahun 2019 menunjukkan, angka pengangguran di Depok ada di angka 6,11 persen, melebihi angka pengangguran nasional sebesar 5,28 persen.

Lisman mengatakan, cukup sulit untuk mengubah Depok menjadi kota industri untuk meningkatkan pendapatan, karena kota tersebut jauh dari pelabuhan dan tidak memiliki lapangan terbang.

"Dari segi kebijakan memang tidak diperuntukkan untuk jadi kota industri," ujarnya.

Sehingga Lisman mengusulkan agar Depok fokus pada pengembangan perguruan tinggi dan pusat-pusat pengembangan produktivitas berbasis sumber daya demi menaikkan pendapatan per kapitanya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/09/14424721/ragam-permasalahan-depok-dari-ketimpangan-pembangunan-hingga-tingginya

Terkini Lainnya

BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke