JAKARTA, KOMPAS.com - Moda transportasi digunakan untuk berpindah tempat, mempermudah manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Dalam buku Pengantar Transportasi yang ditulis Siti Fatimah (2019), alat transportasi memiliki beberapa manfaat.
Di antaranya memperpendek waktu tempuh, membantu perpindahan manusia dan atau barang, membuka lapangan pekerjaan, serta memperlancar angkutan kebutuhan.
Di berbagai daerah, jenis moda transportasi bermacam-macam. Seperti halnya warga Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, yang memiliki moda transportasi khas. Namanya odong-odong.
Pada siang hari nan terik di Jalan Jatinegara, moda transportasi berbahan bakar bensin itu sering dijumpai. Mondar-mandir mengantarkan ibu-ibu hingga anak kecil.
Odong-odong muncul tak lama setelah beberapa warga Kampung Pulo direlokasi ke rumah susun (rusun) Jatinegara Barat. Itu terjadi pada 2015.
Husin, yang merupakan warga asli Kampung Pulo, menuturkan bahwa hadirnya odong-odong merupakan inisiatif warga Kampung Pulo.
Odong-odong menghubungkan Kampung Pulo dengan rusun Jatinegara Barat, begitu pula sebaliknya.
"Itu (odong-odong) punya orang Kampung Pulo. Inisiatif warga," kata Husin kepada Kompas.com.
Rutenya berputar, yakni melalui Jalan Inspeksi Kali Ciliwung, Jalan Kampung Melayu Besar, dan kembali ke Jalan Jatinegara Barat.
Odong-odong sarana penghubung antara warga Kampung Pulo dan rusun agar silaturahmi tetap terjalin.
Karena bagaimanapun, beberapa warga rusun masih memiliki sanak saudara di Kampung Pulo.
"(Naik odong-odong) kalau ada acara seperti pengajian, kemudian ketemu orang-orang Kampung Pulo (lagi)," kata Husin yang turut direlokasi ke rusun pada 2015 itu.
Odong-odong juga menjadi alat transportasi Husin untuk bekerja.
Setiap hari, bapak satu anak itu naik odong-odong dari rusun menuju perpotongan jalan Jalan Inspeksi Kali Ciliwung dan Jalan Jatinegara Barat. Ia bekerja sebagai juru parkir di sana.
Selain sebagai sarana silaturahmi, odong-odong juga menekan ongkos. Sekali putaran hanya dipatok Rp 3.000.
Ongkos itu tentu jauh lebih murah dari naik ojek motor.
Ibu-ibu rusun yang hendak ke Pasar Bali Mester Jatinegara, menjadikan odong-odong sebagai moda transportasi andalan pada hari-hari biasa.
"Biasanya, pada hari Minggu, kami juga bisa ke Bukit Duri, muter gitu, jalan-jalan," kata Sri, istri Husin.
Jam beroperasi
Mirman, sopir odong-odong sejak 2015, mengatakan bahwa odong-odong awalnya adalah mobil Kijang yang dimofifikasi sedemikian rupa.
Odong-odong tidak beroperasi pada malam hari.
"Jam-jam tertentu saja. Mulai dari pukul 10.00 sampai 15.00 WIB, kemudian istirahat," kata Mirman.
Setelah itu, lanjut lagi pada pukul 16.30 sampai 18.00 WIB.
"Jadi malam sudah tidak beroperasi," lanjut Mirman.
Mirman mengatakan, ada sekitar 20 odong-odong di Kampung Pulo. Namun, tak semuanya beroperasi.
"Sebenarnya ada 20, tapi beberapa mobil pada rusak," kata dia.
Odong-odong, bagi Mirman adalah kehidupan itu sendiri. Sementara bagi Husin dan Sri, odong-odong mempermudah aktivitas mereka sehari-hari.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/18/21164381/odong-odong-moda-transportasi-penghubung-kampung-pulo-dengan-rusun