Salin Artikel

Warga Tangerang Meninggal Usai Divaksinasi Covid-19, IDI Minta Keluarganya Laporkan Kronologi Lengkap

Menanggapi hal itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyarankan kerabat korban melaporkan kronologi meninggalnya korban kepada Kelompok Kerja Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Pokja KIPI).

"Memang harus cepat dilaporkan. Kronologinya seperti apa, kejadiannya bagaimana, supaya cepat diinvestigasi. Itu biasanya KIPI yang melakukan," kata Ketua Umum Pengurus Besar IDI Daeng Muhammad Faqih kepada Kompas.com, Jumat (25/6/2021).

Dia berujar, kerabat korban harus menyampaikan kondisi korban, mulai dari proses skrining kesehatan yang dilakukan sebelum vaksinasi hingga gejala yang timbul setelah disuntik vaksin.

Menurut Daeng, Pokja KIPI juga harus mewawancarai kerabat korban soal beberapa hal tersebut.

"Harus (ditanyakan). Kan setelah disuntik, timbul begini, timbul begitu, kan ditanyain itu. Bahwa si pasien pernah sakit apa sebelumnya, kan ditanyain semua sama Pokja KIPI," ujar dia.

Saat ditanya soal apakah korban boleh disuntik vaksin meski tensinya disebut mencapai 160 sebelum divaksinasi, Daeng berkata, yang berhak menjelaskan adalah Pokja KIPI.

"Yang menjelaskan lebih detail itu nanti KIPI. Kronologinya banyak itu pasti. Ndak tunggal karena alasan tensi," tutur dia.

"Enggak bisa kita sepotong-sepotong gitu. Kalo sepotong-sepotong, khawatir ada yang tertinggal nanti. Ada yang terlupa, tidak dinilai," sambungnya.

Daeng mengatakan, Pokja KIPI tak punya wewenang melakukan visum untuk menyelidiki penyebab korban meninggal setelah disuntik vaksin.

Pokja tersebut, imbuh Daeng, hanya menilai data yang dihimpun dari keterangan kerabat korban dan data dari hasil skrining tes kesehatan korban.

"KIPI tidak punya kewenangan untuk visum. Jadi dia menilai kondisi pasien dan prosedur yang dilakukan," ungkapnya.

"Proses mulai pemeriksaan sampai penyuntikan, kondisi pasien, sampai mengalami gejala apa saja," lanjut dia.

Kronologi Joko meninggal

Istri Joko, Putri Rahmawati (31), mengungkapkan kronologi suaminya yang meninggal usai menerima vaksin Covid-19.

Keduanya divaksinasi di Pinang pada Selasa (15/6/2021), setelah pasangan suami istri itu tidak mendapatkan jadwal vaksinasi di Pusat Pemerintahan Kota (Puspemkot) Tangerang.

Joko dan Putri lantas diskrining kesehatannya oleh pihak Puskesmas Kunciran Baru yang menjadi pelaksana vaksinasi di lokasi itu.

Saat skrining, tensi darah Joko mencapai 160, sedangkan tensi darah Putri sekitar 140.

"Itu ditensi darah 160 suami saya. Ya sudah saya enggak bicara A, B, atau C ya. Yang berhak tahu itu kan mereka, petugas kesehatan mengizinkan atau tidaknya," papar Putri.

"Akhirnya di situ disuntik vaksin suami saya. Saya juga disuntik vaksin," imbuhnya.

Keesokan harinya, menurut Putri, Joko mengalami demam tinggi dan batuk-batuk. Putri lantas membawa Joko ke klinik untuk berobat.

Karena kondisi Joko yang tak kunjung sembuh, Putri membawa suaminya ke puskesmas terdekat.

Di tempat itu, pihak puskesmas berujar bahwa Joko tak perlu mendapatkan perawatan.

Kata Putri, pihak puskesmas juga tidak menyarankan Joko dirawat di rumah sakit karena pasti penuh.

Sejak saat itu, Joko tak kunjung sembuh dari demam tinggi dan batuknya.

Hingga pada Rabu lalu, lanjut Putri, korban merasa semakin lemas.

Dia membawa suaminya ke rumah sakit di Pinang sekitar pukul 16.00 WIB. Namun, Joko akhirnya meninggal dunia di RS tersebut.

Menurut Putri, Joko tidak menderita penyakit apa pun selama ini.

Yang dia pertanyakan adalah mengapa pihak puskesmas menyuntikkan vaksin Covid-19, meski tensi darah suaminya tergolong tinggi tepat sebelum disuntik.

"Yang saya sesalin, dari pihak sana kenapa tensi 160 itu divaksin. Harusnya kan kondisi seseorang itu mereka harusnya tahu ya. Petugas kesehatan tahu boleh atau enggak (disuntik vaksin)," kata Putri.

Diinvestigasi Dinkes

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Liza Puspadewi berujar, pihaknya akan menyelidiki kasus Joko yang meninggal usai divaksinasi.

Kata Liza, penyelidikan akan dilakukan bersama dengan Pokja KIPI.

Jajarannya akan mengumpulkan dan mengolah data-data terkait kondisi kesehatan Joko.

Data terkait kondisi kesehatan korban merupakan hasil skrining yang korban lakukan sebelum disuntik vaksin.

Setelah itu, baru dapat dipastikan apakah korban meninggal karena vaksinasi Covid-19 atau bukan.

"Kami inventaris dulu data-data. Setelah itu kami bahas sama tim Pokja KIPI. Nanti tim KIPI baru keluar (hasilnya), ini apakah benar-benar pure karena vaksin atau dia coincidence (kebetulan)," urai Liza.

Ia memperkirakan, hasil kajian soal penyebab kematian Joko bakal dirilis hari Sabtu (26/6/2021).

Dinkes tak lakukan visum

Liza mengatakan, jajarannya tidak berencana melakukan visum untuk pemeriksaan lebih lanjut terhadap Joko.

Dia menyebutkan, pihaknya hanya akan mengumpulkan dan mengolah data-data terkait kondisi kesehatan Joko.

Liza menambahkan, stok vaksin di Kota Tangerang tidak ada satu pun yang sudah kedaluwarsa.

Menurutnya, Dinkes Kota Tangerang selalu menghabiskan vaksin begitu pihaknya menerima stok.

"Dari semua wilayah di Provisi Banten, yang paling cepat ngevaksin itu di Kota Tangerang. Jadi enggak sempat kedaluwarsa," papar dia.

Liza juga menambahkan, peserta vaksinasi harus jujur saat kesehatannya diperiksa oleh tenaga kesehatan.

Hal tersebut guna mengetahui apakah target vaksin berhak menerima suntikan vaksin atau tidak.

Perihal Joko yang disebut disuntik vaksin meski tensinya tinggi, Liza menyatakan akan memeriksa terlebih dahulu hasil skrining tes kesehatan korban.

Skrining tes itu dapat diakses olehnya melalui aplikasi Primary Care (P-Care).

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/25/17565231/warga-tangerang-meninggal-usai-divaksinasi-covid-19-idi-minta-keluarganya

Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke