Salin Artikel

Virus Corona Varian Delta hingga Kappa Muncul di Jakarta, Berikut Rincian dan Risiko Penularannya

JAKARTA, KOMPAS.com - Varian baru virus corona semakin banyak ditemukan di Jakarta.

Jika pada minggu lalu ditemukan 94 kasus positif akibat varian Delta, Aplha, dan Beta di Ibu Kota, pada minggu ini angka tersebut bertambah menjadi 128.

Satu di antara kasus baru tersebut merupakan varian baru bernama Kappa, sisanya masih didominasi varian Delta dengan 111 kasus, kemudian disusul varian Alpha 11 kasus dan Beta 5 kasus.

Informasi mengenai kasus-kasus varian baru di DKI Jakarta ini sempat diunggah ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Priono di akun Twitter pribadinya, @drpriono1.

Kepada Kompas.com Pandu mengaku bahwa informasi itu ia dapat dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Keempat varian itu, kata Pandu, menyerang semua umur. Tercatat usia 0-5 tahun 29 kasus, 6-18 tahun 26 kasus, 19-59 tahun 71 kasus, dan 60 tahun ke atas 2 kasus.

"Mutan-mutan Sars-Cov-2 terdistribusi pada semua umur. Waspada mutan tidak pernah memilih umur tertentu yang akan ditularkan, lebih didasarkan pada kontak aktivitas manusia, termasuk aktivitas keluarga," kata dia.

"Waspada terhadap peluang penularan bisa terjadi di mana saja dan siapa saja," lanjut Pandu.

Berikut rincian varian baru virus corona yang ditemukan di Jakarta serta risiko penularannya.

Mengutip CNBC.com, varian Delta, yang muncul pertama kali di India, menjadi varian dominan di seluruh dunia saat ini. Varian ini telah menyebar ke 92 negara.

Sebuah studi menunjukkan varian Delta 60 persen lebih menular daripada varian alpha dan varian asli yang pertama kali muncul di Wuhan, China. Varian ini juga menimbulkan gejala yang lebih serius.

Gejala paling umum yang ditunjukkan oleh pasien terinfeksi varian Delta adalah demam, pilek, sakit kepala hingga sakit tenggorokan.

Varian Delta menyebabkan banyak orang sakit parah dalam waktu tiga atau empat hari.

Untuk orang yang lebih muda, gejala varian Delta terasa seperti pilek.

Namun berbeda dengan pilek, mereka yang memiliki varian Delta bisa menularkan virus ke orang lain terutama yang belum divaksinasi sepenuhnya.

Varian Alpha

Varian ini pertama kali ditemukan di Inggris dan diperkirakan lebih menular daripada varain sebelumnya.

Namun, belum ada bukti jika virus corona varian Alpha ini memicu gejala yang berbeda daripada virus corona yang pertama kali ditemukan.

Umumnya, gejala yang ditimbulkan varian Alpha adalah batuk, sakit dada, sakit kepala, kehilangan indera perasa dan penciuman, kelelahan, nyeri otot, diare, dan ruam kulit.

Situs Halodoc.com mengatakan bahwa virus jenis ini sekitar 30-70 persen lebih mematikan dibandingkan yang lainnya.

Meski begitu, suatu penelitian menunjukkan jika vaksin AstraZeneca memiliki tingkat efektivitas sebesar 70,4 persen melawan gejala COVID-19 dari varian baru ini.

Untuk Pfizer, angkanya mencapai 89,5 persen yang terjadi paling tidak 14 hari setelah penerimaan dosis kedua.

Varian Beta

Varian ini pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan dianggap lebih mudah menginfeksi orang-orang berusia muda.

Mutasi dari virus corona jenis ini disebut mampu menghindari sistem kekebalan tubuh seseorang. Gejalanya mirip-mirip dengan gejala Covid-19 secara umum.

Kabar buruknya, varian ini disebut-sebut tidak bekerja dengan baik pada seseorang yang mendapatkan vaksin AstraZeneca, karena hanya memberikan perlindungan 10 persen terhadap gejala ringan hingga sedang.

Varian Kappa

Varian ini berasal dari strain yang sama dengan varain Delta, yakni B.1.617.

Studi awal modelling WHO ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) menduga bahwa varian Kappa bisa berkembang lebih banyak daripada varian lainnya yang muncul di India.

Varian Delta dan varian Kappa mulanya disebut "varian India" sebelum WHO mengubah namanya agar tidak terjadi diskriminasi terhadap suatu negara.

Varian Kappa dan Varian Delta terbukti resisten terhadap antibodi Bamlanivimab yang digunakan untuk pengobatan Covid-19.

Tidak seperti ketiga varian lainnya di atas yang menjadi variants of concern dari WHO, Kappa dikategorikan sebagai variant of interest.

Meski begitu, varian Kappa ini juga memiliki kemampuan yang menular dengan sangat cepat dan berpotensi mematikan.

Gejala yang dialami pasien terpapar varian Kappa adalah ruam di sekujur tubuh dan disertai demam tinggi, batuk, pilek, mata merah dan berair.

(Tribunnews.com, Adya Ninggar P/ Kompas.com, Ariska Puspita Anggraini, Wahyuni Sahara)

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/01/16582791/virus-corona-varian-delta-hingga-kappa-muncul-di-jakarta-berikut-rincian

Terkini Lainnya

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan 'Open BO'

Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan "Open BO"

Megapolitan
Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Megapolitan
Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke