Salin Artikel

Patung Jenderal Sudirman, Dibangun Pakai Uang Urunan hingga Kontroversi Tangan Menghormat

Terletak di Jalan Protokol dan pusat perkantoran Ibu Kota, patung ini bisa dengan mudah dilihat oleh warga yang melintas.

Patung Jenderal Sudirman yang terbuat dari bahan perunggu memiliki tinggi keseluruhan 12 meter, terdiri atas tinggi patung 6,5 meter dan voetstuk atau penyangga 5,5 meter.

Ada kisah menarik di balik pembangunan patung megah tersebut.

Siapa sangka patung itu tak dibangun menggunakan uang negara sepeser pun. Seluruh biaya pembangunan berasal dari keluarga besar hingga masyarakat.

Cucu Jenderal Sudirman, Ganang Sudirman, menceritakan, awalnya pembangunan patung itu hendak menggunakan anggaran dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menginisiasi pembangunan patung itu pada 2001.

"Karena saya bersahabat dengan Gubernur Pak Sutiyoso, Pak Sutiyoso saat itu meminta kami untuk menyupervisi pembangunan patung itu," kata Ganang dalam wawancara khusus dengan Kompas.com, Kamis (12/8/2021).

Ganang mengatakan, saat itu pihak keluarga Jenderal Sudirman sangat menyambut baik inisiatif Bang Yos, sapaan akrab Sutiyoso.

Akhirnya Ganang mengusulkan agar pihak keluarga Jenderal Sudirman saja yang membangun patung tersebut.

"Ini sebagai persembahan kami kepada sang pahlawan," kata Ganang.

Sutiyoso setuju. Akhirnya, pembangunan patung diserahkan sepenuhnya kepada keluarga Jenderal Sudirman. Pemprov DKI hanya ikut terlibat menyupervisi.

Anggaran pembangunannya pun sepenuhnya berasal dari pihak keluarga Jenderal Sudirman serta sumbangan masyarakat.

"Banyak kawan-kawan yang ingin bersinergi dengan pemda, yang ingin mengenalkan pahlawannya lewat jalan di Ibu Kota," kata dia.

Singkat cerita, terkumpullah dana hingga Rp 2,7 miliar untuk pembangunan patung tersebut. Pembuatan patung dipercayakan kepada seniman asal Bandung Edi Sunaryo.

"Beliau pematung yang cukup teliti, handal, dan terkenal," kata Ganang.

Patung Jenderal Sudirman akhirnya selesai dibangun dan diresmikan pada 16 Agustus 2003.

Kontroversi desain menghormat

Desain patung Jenderal Sudirman dirancang oleh keluarga bersama para donatur dan Pemprov DKI.

Saat itu muncul tiga opsi desain, yakni saat Jenderal Sudirman menunggang kuda, menggunakan baju militer, dan menggunakan jubah gerilya.

"Akhirnya kami sepakati karena Jenderal Sudirman lebih terkenal dengan kesahajaannya, kami pakai jubah gerilya," kata Ganang.

Dalam desain yang akhirnya dipakai, tangan kanan Jenderal Sudirman dibuat menghormat, sedangkan tangan kirinya memegang tongkat komando.

Ganang mengakui desain tangan kanan yang menghormat itu menuai kontroversi.

Salah satu kritik cukup keras saat itu datang dari Pangkostrad Letjen TNI Hadi Waluyo. Hadi menegur langsung Ganang agar mengubah desain tangan menghormat itu.

"Pangkostrad ketika itu Pak Hadi Waluyo mengatakan, 'Jenderal Sudirman itu bukan hanya kakek Anda, bukan hanya ikon keluarga Anda, tapi ikon kami. Beliau tak pantas hormat pada siapa pun juga'," ujar Ganang.

Ganang kemudian memberi penjelasan bahwa posisi menghormat itu adalah tanda bahwa Jenderal Sudirman menghormati rakyatnya sebagai pemberi amanah.

Meskipun Jenderal Sudirman dalam karier militernya telah berhasil mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tetapi amanah yang diberikan rakyat itu dianggap belum tuntas.

Sebab, Jenderal Sudirman harus wafat pada usia muda. Ia wafat akibat penyakit tuberkulosis hanya berselang dua tahun setelah dilantik Presiden Soekarno sebagai Panglima Besar TNI.

"Filosofinya hormat itu beliau menghormati kepada pemberi amanah. Itu tangannya tak akan diturunkan kecuali amanahnya sudah tidak ada di pundaknya. Kebetulan beliau meninggal di usia 34 tahun, 29 Januari 1950, beliau amanahnya masih ada di pundaknya," kata Ganang.

Hal itu pula yang kerap ditekankan oleh istri Jenderal Sudirman, Alfiah.

"Nenek saya selalu mengatakan, 'Jenderal Sudirman ini memegang atau menerima amanah sebagai panglima. Amanah itu harus dipertanggungjawabkan kepada rakyatnya. Amanah itu dikembalikan kepada rakyat'," katanya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/13/09394561/patung-jenderal-sudirman-dibangun-pakai-uang-urunan-hingga-kontroversi

Terkini Lainnya

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Megapolitan
Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Megapolitan
Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke