Salin Artikel

Tanggapan Orangtua Siswa soal Rencana PTM di Kota Tangerang

Sebagaimana diketahui, Kota Tangerang yang tengah menerapkan PPKM level 3 itu telah diizinkan untuk menggelar PTM terbatas.

Titisari, seorang wali murid, mengaku tidak akan mengizinkan ketiga anaknya mengikuti PTM terbatas.

Tiga anak Titisari saat ini duduk di bangku kelas 2, 4, dan 6 di salah satu SD di Kota Tangerang.

"Semua satu sekolah. Kalau saya pribadi masih belum setuju. Satu, karena masih belum tahu asesmennya di sekolah udah siap apa belum," tuturnya saat dihubungi, Senin (30/8/2021).

"Lalu, masalah apa mereka bisa minjamin prokesnya, kita belum tahu dan bisa apa enggak diterapkan di sekolah," sambung dia.

Berdasarkan pengalaman Titisari yang kerap mengunjungi sekolah ketiga anaknya, pihak SD belum pernah menyemprot disinfektan di lingkungannya. Pihak sekolah hanya melakukan pembersihan biasa.

"Jadi masih belum yakin bener. Intinya saya nolak, masih enggak setuju," ucap dia.

Kemudian, Titisari juga tidak mengizinkan anaknya mengikuti PTM karena banyak murid kelas 6 di SD tersebut belum disuntik vaksin Covid-19.

Hanya ada dua murid kelas 6 di SD itu yang telah disuntik vaksin.

"Di sekolah itu yang divaksin baru gurunya doang. Muridnya baru dua yang divaksin kelas 6 SD. Lainnya belum ada yang 12 tahun," tuturnya.

Meski demikian, dia mengaku anak-anaknya memang menemui hambatan saat mengikuti pembelajaran via daring (online).

Kata Titisari, guru di SD itu jarang mengajar, hanya memberikan penugasan saja. Jika ada guru yang mengajar via daring pun, anak-anak Titisari kerap tidak memahami pembelajaran yang diberikan.

"Anak-anak butuh bantuan juga, tapi kan dibandingkan dengan kesehatan, lebih berharga mana? Kan enggak ada jaminan juga," tegas dia.

Untuk mengatasi hal tersebut, Titisari dan suaminya biasa memberikan pembelajaran ulang ke anak-anaknya.

Dia menambahkan, ketiga anaknya bakal diizinkan mengikuti PTM saat pihak sekolah dapat memastikan semua penunjang protokol kesehatannya.

Saat ini, imbuh Titisari, ketiga anaknya masih nyaman dengan pembelajaran skema via daring.

"Dua-duanya, PTM atau daring, anak-anak mau sih ya. Kalau ikut PTM kan bisa ketemu temen-temennya. Kalau online, anak-anak juga seneng. Abis belajar bisa main," ungkapnya.

Fajrin Raharjo, wali murid lain, justru mengizinkan kedua anaknya mengikuti PTM terbatas dengan catatan protokol kesehatan yang diterapkan secara ketat.

Kedua anaknya yang berumur 7 dan 9 tahun itu sekolah di satu SD yang sama di Kota Tangerang.

"Boleh, asal sesuai protokol kesehatan saja kalau kita ya," kata Fajrin saat dihubungi, Senin.

Dia mengatakan, guru-guru di SD itu telah divaksinasi Covid-19. Hal tersebut membuat Fajrin mengizinkan kedua anaknya mengikuti belajar di sekolah.

Sementara itu, berkait protokol kesehatan atau skema penerapan PTM di SD tersebut belum disosialisasikan ke para wali murid.

Menurut dia, pembelajaran via daring kurang efektif untuk diterapkan.

"Kalau anak-anak sekolahnya di rumah kurang efektif ya. Apalagi kalau bahas kuota, itu cepet banget habisnya," ujar Fajrin.

Menurut dia, kedua anaknya sudah tidak sabar untuk mengikuti skema PTM terutama anaknya yang berusia 7 tahun dan masih duduk di bangku kelas 1 SD.

"Dia mau banget. Dia sudah satu tahun belajar di rumah, belum pernah ke sekolah," tuturnya.

"Semoga realisasi PTM bisa segera terwujud," imbuh dia.

Wali murid lain, Muhamad Iqbal, juga setuju terkait penerapan PTM terbatas.

Menurutnya, penerapan skema itu dapat membantu perkembangan motorik anak.

Namun, dia menegaskan bahwa pihak sekolah harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Pihak sekolah juga harus menjamin bahwa putranya tidak bersentuhan dengan murid lain.

"Anak saya seharusnya lagi produktif-produktifnya main, tapi kena pandemi, kena pembelajaran online. Jadi motoriknya kurang ya. Kalau di belajar sekolah, motoriknya bisa lebih diasah," paparnya melalui sambungan telepon, Senin.

Kata Iqbal, anaknya yang baru berusia 10 tahun sudah tak sabar lagi menanti PTM.

Iqbal berharap bahwa Pemkot Tangerang dapat menggelar PTM terbatas dengan sangat berhati-hati.

Jika ada guru atau murid yang mulai menunjukkan gejala Covid-19 saat belajar di sekolah, pemerintah harus membatalkan skema tersebut.

"Pokoknya harus hati-hati banget. Kasian anak-anaknya kalau kena, gurunya juga. Begitu ada yang aneh-aneh pokoknya harus dibatalin," tegas Iqbal.

Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang memutuskan untuk tidak buru-buru menggelar PTM terbatas di sekolah di wilayah tersebut.

"Kita belum bikin target kapan PTM, karena kita masih hati-hati sekali," ungkap Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah saat ditemui di Pusat Pemerintahan Kota (Puspemkot) Tangerang, Kamis (26/8/2021).

Pemkot Tangerang juga sedang menyiapkan fasilitas untuk siswa yang belum diizinkan serta belum dapat mengikuti PTM di tiap-tiap sekolah.

Pasalnya, siswa yang diizinkan mengikuti skema belajar di sekolah adalah mereka yang telah divaksin Covid-19.

Bagi mereka yang belum divaksinasi, para siswa masih mengikuti skema belajar secara daring.

Arief menambahkan, pihaknya juga tidak buru-buru menggelar PTM karena menghindari munculnya klaster sekolah.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/30/16400541/tanggapan-orangtua-siswa-soal-rencana-ptm-di-kota-tangerang

Terkini Lainnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke