"Bergerak dari 2007-2017 itu cenderung menurun, laju penurunannya menurun jadi tidak di atas 10 sentimeter per tahun," kata Yusmada dalam acara webinar, Kamis (2/9/2021).
Yusmada mengatakan, data tersebut didapat dari Laboratorium Geodesi ITB. Wilayah pesisir Jakarta cenderung mengalami penurunan di bawah 10 sentimeter per tahun seperti di wilayah Muara Baru Jakarta Utara.
Wilayah tersebut sempat mengalami penurunan muka tanah 20 sentimeter per tahun terhitung 1997-2011. Kemudian berkurang menjadi 12 sentimeter di tahun 2011-2018.
"Ini menunjukan penurunan tanah di Jakarta masih terjadi tapi laju kedalamannya atau tingkat penurunannya sudah berkurang," ujar Yusmada.
Yusmada mengklaim, berkurangnya penurunan muka tanah merupakan keberhasilan Pemprov DKI Jakarta membangun jaringan perpipaan untuk suplai air bersih di Jakarta.
"Ini tentu karena apa, karena salah satunya adalah dengan memastikan suplai air perpipaan, satu hal, kedua berupaya mengendalikan penggunaan air tanah," ujar dia.
Sedangkan untuk kedalaman pesisir Jakarta, Yusmada menyebut sudah ada delapan wilayah yang berada di bawah permukaan laut di tahun 2020.
Kamal muara misalnya, berada di minus 0,30 meter di bawah permukaan laut (MDPL); Tanjungan minus 0,30 MDPL; Pluit minus 1,35 MDPL; Muara Baru minus 1,00 MDPL; Gunung Sahari minus 0,50 MDPL; Ancol minus 0,20 MDPL; Marunda minus 0,10 MDPL, dan Cilincing minus 0,10 MDPL.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/09/02/16123511/pemprov-dki-klaim-penurunan-muka-tanah-di-jakarta-berkurang