Salin Artikel

"Covid-19 seperti Sudah Tak Ada", Bagaimana Data di Jakarta?

Sebagian kalangan menjuluki keadaan saat ini "seperti sudah tidak ada Covid-19 lagi". Namun, benarkah anggapan tersebut?

Kasus Covid-19 di DKI Jakarta memang terus melandai dan terus menunjukkan tren menurun.

Hal itu diakui oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria yang mengaku bersyukur atas tren belakangan ini.

"Alhamdulillah kasus Covid-19 di DKI terus menurun, masyarakat juga semakin taat terhadap protokol kesehatan," kata Riza melalui keterangan tertulis kepada wartawan, Senin (1/11/2021).

Dalam data yang dihimpun Kompas.com, kasus aktif/jumlah pasien Covid-19 di DKI Jakarta tersisa hanya 0,1 persen dari semua kasus konfirmasi Covid-19 yang dilaporkan.

Bahkan, sejak 26 Oktober 2021, jumlah kasus aktif Covid-19 di Jakarta telah di bawah 1.000 pasien. Data terbaru per hari ini menyebutkan, jumlah kasus aktif di Ibu Kota tersisa 924 pasien.

Apakah karena jumlah tes menurun?

Sepekan terakhir, masih ada 80-150 pasien Covid-19 baru yang ditemukan di Jakarta. Jumlah itu terkesan banyak, tetapi terbilang sedikit jika dibandingkan dengan jumlah tes PCR di Ibu Kota yang jauh di atas target WHO, yaitu 15-16 kali lipatnya.

Sepekan terakhir, ada 166.312 orang (bukan spesimen) yang dites PCR di DKI Jakarta, meskipun WHO menargetkan hanya 10.645.

Dengan jumlah ini, DKI Jakarta juga konsisten menyumbang porsi mayoritas (35-50 persen) dalam keseluruhan tes PCR se-Indonesia setiap harinya.

Alhasil, meskipun ada 80-150 kasus baru Covid-19 setiap harinya di Jakarta, jumlah itu hanya sekitar 0,4 persen dari jumlah tes PCR yang dilakukan setiap hari.

Seandainya jumlah tes PCR di Jakarta dikurangi hingga selevel dengan target WHO 10.645 orang per pekan, berdasarkan hitungan kasar, hanya ada 5-6 kasus baru Covid-19 di Jakarta setiap harinya.

Tetap waspada gelombang ketiga

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, gelombang ketiga Covid-19 pasti melanda Indonesia.

Menurut berbagai studi terkait, Nadia mengatakan, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 memiliki sifat yang bisa menimbulkan gelombang epidemi berkali-kali sehingga lonjakan infeksinya tidak cukup dengan satu gelombang.

Hal ini berkaca dari gelombang ketiga Covid-19 yang terjadi di negara dengan cakupan vaksinasi tinggi, seperti di beberapa negara Eropa salah satunya Inggris, serta Amerika Serikat.

"Gelombang ketiga itu niscaya pasti terjadi karena banyak negara yang saat ini sudah mengalami gelombang ketiga, di mana mereka memiliki cakupan vaksinasi yang tinggi, juga memiliki tingkat prokes yang sudah baik," ungkap Nadia dalam webinar VivaTalk, Kamis dua pekan lalu.

Gelombang ketiga ini diprediksi terjadi setelah Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Sebab, pada peringatan tersebut, mobilitas masyarakat meningkat.

"Setiap ada peningkatan pergerakkan atau mobilitas, itu selalu terjadi peningkatan kasus Covid-19," kata dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/11/01/13152661/covid-19-seperti-sudah-tak-ada-bagaimana-data-di-jakarta

Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke