Salin Artikel

Mengenal Kelenteng Sin Tek Bio, Dibangun Etnis Tionghoa yang Tinggal di Bantaran Kali Ciliwung

Kelenteng-kelenteng dihias sedemikian rupa. Begitu juga dengan kelenteng bersejarah di Pasar Baru Jakarta Pusat, Kelenteng Sin Tek Bio atau Vihara Dharma Jaya.

Kelenteng Sin Tek Bio terletak di jalan Pasar Baru Dalam Pasar Nomor 14 ini merupakan salah satu jejak budaya yang saat ini masih tersisa.

Pengurus Kelenteng Sin Tek Bio Santoso Wiyoto mengatakan, kelenteng ini didirikan sejak abad ke-17 silam.

"Berdirinya tahun 1698, lebih dulu kelenteng dibanding dengan Pasar Baru. Pasar Baru dibangunnya tahun 1820-an," ujar Santoso saat ditemui di lokasi, Minggu (30/1/2022).

Santoso menjelaskan Kelenteng Sin Tek Bio awalnya dibangun oleh para petani etnis Tionghoa yang saat itu bermukim di bantaran kali Ciliwung lantaran dianggap kelompok tidak mampu.

"Saat itu yang boleh tinggal di dalam kota hanya orang Tionghoa yang mampu, kalau yang tidak mampu dia tinggal di luar tembok sama warga pribumi," tuturnya.

Akibat banyaknya perantau bersuku Tionghoa saat itu, budaya dan agama turut dibawa ke tempat mereka bermukim. Akhirnya dibangun juga Kelenteng Sin Tek Bio bagi penganut Konghucu yang jumlahnya tidak sedikit saat itu.

Kelenteng Sin Tek Bio sendiri memiliki dua gedung yang dibedakan berdasarkan Dewa atau tuan rumahnya.

Pertama, gedung yang paling besar ditempati oleh Hok-tek Ceng-sin atau Dewa Bumi dan Rejeki.

Sementara gedung lain tempati Dewi Kuan On yang dipercaya sebagai Dewi penolong saat manusia yang merasa sulit.

"Setiap pasar kebanyakan memiliki Vihara Dewa Dagang, di mana warga berdoa meminta keberkahan dan keselamatan," ucapnya.

Pembangunan yang semakin maju membuat Kelenteng Sin Tek Bio saat ini juga terhimpit di tengah sesaknya Pasar Baru.

Kelenteng ini sudah tiga kali dipugar. Namun, pemugaran yang dilakukan tidak merubah tampilan bentuk asli seperti pertama kali dibangun.

"Pertama tahun 1957, terus 1969 ada perbaikan bangunan dan yang ketiga tahun 1998. Bangunan tidak ada yang berubah, cuma tahun 1982 altar utama kelenteng yang ada lukisan Hok-teng Cing-sin yang ada di sini ratusan tahun itu dibakar," tutur Santoso.

Pada tahun yang sama pembakaran lukisan Hok-Teng Cing-sin, nama Sin Tek Bio berganti nama menjadi Vihara Dharma Jaya sesuai dengan peraturan pemerintah saat itu.

Mengenai perayaan Imlek tahun ini, Santoso menuturkan tidak ada persiapan yang khusus.

Seperti biasanya diadakan perayaan namun tetap mentaati protokol kesehatan yang telah dilaksanakan.

"Hanya sebagian saja yang ikut di sini, dan tidak dirayakan ramai-ramai juga. Kita ikut anjuran pemerintah buat tetap disiplin prokes," jelas Santoso.

Hingga saat ini Kelenteng Sin Tek Bio masih digunakan oleh umat Konghucu untuk melakukan sembahyang dan merayakan hari besar seperti tahun baru Imlek.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/01/30/16104881/mengenal-kelenteng-sin-tek-bio-dibangun-etnis-tionghoa-yang-tinggal-di

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke