Salin Artikel

PPKM di Jabodetabek Turun Level, Epidemiolog: Pelonggaran Aktivitas Harus Bertahap

JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemolog dari Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko menjelaskan bahwa pelonggaran aktivitas di saat level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jabodetabek diturunkan harus dilakukan secara perlahan.

"Seharusnya kalau (diturunkan) level 2, pelan-pelan bergeraknya. Misalnya sekolah, kalau diperbolehkan (tatap muka) 75 persen, maka harusnya dimulai dari 50 persen dulu," kata Tri Yunis saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/3/2022).

Tri menjelaskan, tidak hanya sekolah, berbagai fasilitas publik juga harus diperhatikan secara perlahan terlebih dahulu.

Pemerintah pun diminta mengawasi, jika saat diturunkan secara perlahan dan kemudian tren kasus positif terus menurun, maka pelonggaran aktivitas baru diperbolehkan.

Ia memperingatkan, jika pemerintah salah membaca data penurunan kasus covid-19, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kasus akan kembali mengalami kenaikan.

"Kalau pemerintah salah melaporkan atau salah membaca data, ya itu akan naik lagi. Yang kedua, kalau protokol kesehatan (Prokes) ditinggalkan oleh masyarakat, walaupun sudah ke level 2, bisa naik lagi," jelas Tri.

Selain itu, pemerintah juga harus mempunyai dasar berpikir yang jelas dalam menurunkan level PPKM di Jabodetabek menjadi level 2 dan tidak sekadar meniru apa yang sudah banyak dilakukan oleh negara asing.

"Harus ada dasar berpikir yang jelas. Kalau kemudian kaya Arab yang membebaskan pemeriksaan Antigen dan PCR, itu harus ada dasarnya. Kita harus mesti hati-hati. Kalau buktinya sudah ada, tidak ada penambahan kasus lagi, boleh begitu," tambah dia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, wilayah aglomerasi Jabodetabek dan Surabaya Raya kembali masuk ke Level 2 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) selama sepekan mendatang.

"Seiring dengan perbaikan situasi yang semakin hari semakin baik, maka sejumlah kabupaten/kota yang berstatus Level 2 kembali meningkat cukup signifikan," ujar Luhut dalam konferensi pers evaluasi PPKM yang disiarkan daring pada Senin (7/3/2022).

Luhut juga mengungkapkan, kasus kematian di DKI, Bali dan Banten mengalami penurunan.

Dia pun memprediksi angka kasus kematian di ketiga provinsi akan semakin menurun dalam waktu dekat.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/03/08/11150031/ppkm-di-jabodetabek-turun-level-epidemiolog-pelonggaran-aktivitas-harus

Terkini Lainnya

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke