Salin Artikel

PTM di Jakarta yang Dibayangi Kemunculan Hepatitis Akut...

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah sekolah di Jakarta kembali menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen setelah libur Lebaran. Namun, pelaksanaan PTM kali ini menjadi sorotan karena berlangsung di tengah penularan hepatitis akut. 

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, kasus dugaan hepatitis akut misterius di Jakarta mencapai angka 21 hingga Rabu (11/5/2022). Riza mengatakan, dari 21 dugaan kasus yang ditemukan, tiga di antaranya meninggal dunia.

"Data sementara ada 21 kasus yang diduga terkait hepatitis akut, meski demikian ini masih dalam proses penyelidikan epidemiolog," kata Riza saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (11/5/2022). 

Kendati demikian, Riza tidak merinci kasus hepatitis akut tersebut tersebar di daerah mana saja.

"Nanti dicek datanya ke Dinkes," imbuh dia.

Yang tertular mayoritas berusia di bawah 16 tahun

Ia mengatakan, dari 21 dugaan kasus hepatitis akut yang ditemukan di Jakarta, mayoritas berusia di bawah 16 tahun.

"Dari 21 kasus, 14 orang termasuk tiga yang meninggal berusia kurang dari 16 tahun," ujar Riza.

Sedangkan tujuh orang lainnya, kata Riza, berusia di atas 16 tahun lebih. Riza menjelaskan 14 orang yang berusia kurang dari 16 yahun tersebut masih dalam proses penyelesaian pemeriksaan hepatitis.

"Belum semua lengkap jenis pemeriksaan Hepatitis A-E sehingga semua masih berstatus pending clasification," tutur Riza.

Sedangkan tujuh orang lain berusia 16 tahun lebih, sehingga tidak masuk kriteria WHO sebagai kewaspadaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya.

Untuk mengantisipasi kasus tersebut terus meluas, Pemprov DKI Jakarta memerintahkan seluruh jajaran tenaga kesehatan di tingkat rumah sakit dan puskesmas untuk melaporkan perkembangan penyakit hepatitis yang terdata. Begitu juga dengan jajaran administrasi Pemprov DKI Jakarta di tingkat adminstriasi kota/kabupaten.

Politikus partai Gerindra ini meminta agar seluruh jajaran Pemprov DKI tidak menganggap enteng penyebaran kasus hepatitis tersebut.

"Semua penyakit harus kita lawan, kita hadapi dengan terus memberikan pelayanan terbaik kita," ujar dia.

Riza juga meminta agar seluruh masyarakat bisa memberikan perhatian atas kasus tersebut. Karena saat ini, kata Riza, dugaan kasus hepatitis akut misterius tidak hanya menjangkit anak-anak, melainkan juga orang dewasa.

"Yang harus diketahui ternyata hepatitis akut ini tidak hanya untuk anak-anak bahkan juga orang dewasa. Jadi kita semua ini harus hati-hati," kata Riza

Riza mengatakan, belajar jarak jauh atau online pun berpotensi kembali diterapkan untuk mewaspadai penyebaran hepatitis akut misterius di sekolah. Namun, Riza menyebutkan, kebijakan ini masih dipelajari seiring dengan temuan dugaan hepatitis akut di Jakarta yang kini mencapai 21 kasus.

"Termasuk PTM (pembelajaran tatap muka) ini masih kami pelajari apakah akan kembali online (belajar jarak jauh), kami lihat," ujar dia.

Riza mengatakan, kewaspadaan perlu dibangun mengingat organisasi kesehatan dunia (WHO) sudah menetapkan kasus hepatitis akut sebagai kejadian luar biasa.

"Memang kasus ini menurut WHO sudah menjadi KLB, kejadian luar biasa. Itu sudah dari WHO sendiri, nanti Indonesia (khususnya) Jakarta menunggu kebijakan pemerintah pusat," ujar dia.

Masyarakat harus waspada

Menyikapi penularan hepatitis akut di ibu kota yang didominasi anak-anak, epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, meminta semua pihak waspada.

Ia pun mengatakan, di tengah kemunculan penyakit menular seperti hepatitis yang sudah masuk dalam kategori kejadian luar biasa, metode pembelajaran gabungan antara daring dan luring harus dipersiapkan.

Dicky mengatakan saat ini sekolah masih bisa menggelar PTM 100 persen. Namun jika keadaan bertambah parah, sekolah dan pemerintah daerah juga harus menyiapkan metode pembelajaran daring sebagaimana di masa awal pandemi Covid-19.

Jika penularan hepatitis akut bisa terkendali kembali, sekolah dan pemerintah daerah dipersilakan untuk menggelar PTM 100 persen.

"Artinya mekanisme hybrid antara offline dan online dimungkinkan. PTM bisa berjalan dengan pengetatan," kata Dicky.

Dicky pun meminta sekolah menjaga kebersihan tempat yang digunakan secara bersama seperti toilet. Sebabnya, penularan virus hepatitis kerap terjadi di tempat yang digunakan secara bersamaan seperti toilet.

Ia juga mengingatkan agar siswa dan siswi tak saling berbagi makanan dan minuman, sebab hal itu bisa menjadi medium penularan hepatitis.

"Yang sharing  (berbagi) makanan dan minuman itu harus dihindari. Kalau bisa bawa bekal ke sekolah juga lebh baik. Jadi makanan minuman dibawa dari rumah supaya dia tidak jajan. Karena paparan hepatitis juga dari jajanan yang tidak bersih," papar Dicky.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/05/12/11425941/ptm-di-jakarta-yang-dibayangi-kemunculan-hepatitis-akut

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke