Salin Artikel

Saat Anies Tolak Jawab Pertanyaan Wartawan soal Banjir Jakarta...

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menolak berkomentar saat ditanya mengenai banjir di Jakarta.

Hal itu terjadi pada pada Sabtu (16/7/2022) malam, saat sejumlah wilayah di ibu kota masih tergenang banjir. 

Anies awalnya meladeni wawancara dengan media saat menghadiri acara Jakarta Menyapa yang dihadiri ribuan kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PPK) di Jakarta International Stadium (JIS). 

Sebelum sesi tanya jawab itu berakhir, Anies bertanya kepada awak media apakah ada lagi pertanyaan yang ingin ditanyakan. 

Seorang wartawan lalu bertanya terkait banjir yang saat itu masih merendam sejumlah wilayah di Jakarta. 

Namun Anies menolak menjawab pertanyaan itu.

Ia meminta awak media untuk fokus pada pertanyaan seputar acara yang berlangsung, yakni Jakarta Menyapa yang dihadiri ribuan kader PKK.

"Eh, ini dulu, PKK," kata Anies. 

83 RT Terendam Banjir

Padahal, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mencatat ada 83 RT di ibu kota yang masih dikepung banjir dan diketahui baru surut pada Minggu (17/7/2022) siang.

Ketinggian banjir di sejumlah titik bahkan mencapai 2 meter. 

Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria beralasan banjir yang terjadi akhir pekan lalu itu akibat faktor cuaca.

Ia pun mengklaim program penanganan banjir di Jakarta cukup berhasil karena meski turun hujan besar, namun tidak terjadi banjir yang signifikan.

"Hanya ada beberapa genangan, dan berhasil program-program banjir itu cukup berhasil ya," kata Riza, Sabtu lalu. 

Riza mengatakan program yang dibuat antara lain peninggian tanggul di kawasan pesisir berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya, seperti di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa.

Selanjutnya, kata Riza, Pemprov DKI juga telah melakukan pengerukan lumpur dari dasar kali, dan lainnya.

Cara Ngeles

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin pun menilai, cara Anies menolak menjawab pertanyaan seputar banjir itu merupakan sebuah cara untuk menghindar dari permasalahan alias "ngeles".

"Tentu politisi itu kan selalu punya cara untuk fokus dan katakanlah bisa mengeles," kata Ujang. 

"Karena memang kalau pertanyaan banjir ditanggapi itu bisa menjadi blunder dari persoalan karena sekarang faktanya saat ini banyak daerah yang banjir," sambungnya. 

Ujang pun turut menyoroti langkah Anies yang pada hari itu melakukan inspeksi mendadak (sidak) terkait ramainya remaja yang nongkrong di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat.

Ujang menilai, jelang akhir jabatannya ini, Anies terkesan menghindar dari permasalahan dan hanya hendak memamerkan prestasinya dalam membangun Jakarta. 

Cara itu dilakukan dengan menggelar acara di JIS hingga meninjau kawasan dukuh atas yang kini menjadi ruang publik idaman bagi warga. 

"Jadi ya politisi itu perlu hal-hal yang membuat dia nyaman dan pemberitaan baik. Kalau terkait banjir itu kan biasanya kesannya kan mohon maaf menyudutkan dan merugikan Anies," lanjutnya.

"Kalau Dukuh Atas kan bisa menaikkan popularitas dan elektabilitas dan juga banyak dukungan di situ. Katakanlah anak-anak muda yang sedang berkreativitas nongkrong berbagai macam warna pakaian dan sebagainya," kata dia.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul "Anies Ogah Jawab Soal Banjir di Jakarta Tapi Sidak Fenomena SCBD, Pengamat: SCBD Naikkan Popularitas"

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/07/18/14534611/saat-anies-tolak-jawab-pertanyaan-wartawan-soal-banjir-jakarta

Terkini Lainnya

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke