Salin Artikel

Ragam Komentar soal Kedai Kopi yang Dianggap Persempit Ruang Halte Harmoni

JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan kedai kopi yang belum lama berdiri di Halte Harmoni menuai berbagai respons dari masyarakat.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, Jumat (18/8/2022) petang, antrean pengguna transjakarta mengular hingga ke depan kedai kopi yang dianggap mempersempit ruang bagi penumpang.

Saat itu, terlihat ada pengguna bus transjakarta yang hendak membeli segelas kopi di kedai itu.

Pengguna transjakarta yang hendak membeli kopi tampak berdempetan dengan penumpang yang mengantre menunggu kedatangan bus. Penumpukan penumpang pun tak terelakkan.

Kepadatan juga terjadi saat penumpang turun di Halte Harmoni untuk transit dan berpindah naik bus di koridor lain.

Komentar pengguna transjakarta

Taufik, pengguna yang sedang antre menunggu kedatangan bus, merasakan Halte Harmoni menjadi lebih sempit sejak adanya kedai kopi itu.

Akibatnya, Halte Harmoni terasa semakin sesak.

"Dulu kan, sebelum ada kedai kopi, antrean bisa lebih luas, kan kalau sekarang terlihat lebih sumpek," kata Taufik di Halte Harmoni, Kamis.

Taufik mengungkapkan, keberadaan kedai kopi itu tak terlalu menarik perhatiannya. Ia justru mengeluhkan keadaan halte yang menjadi lebih padat.

"Enggak begitu (tertarik), karena kan kita kalau pulang buru-buru juga. Kalau mau beli kopi, jadi ya buat apa?" ungkapnya.

Diwawancarai terpisah, penumpang bernama Nur berharap PT Transportasi Jakarta segera mengembalikan Halte Harmoni seperti sebelum ada kedai kopi.

"Jelas (bikin antrean), apalagi sore-sore begini, banyak orang pulang mau buru-buru. Ditutup saja mungkin (kedai kopinya)," kata Nur.

Nur menyarankan PT Transportasi Jakarta menempatkan vending machine di Halte Harmoni dibandingkan kedai kopi.

"Lebih baik diganti vending machine," tutur Nur.

Tanggapan Wakil Gubernur DKI Jakarta dan PT Transportasi Jakarta

Setelah menuai berbagai respons dari masyarakat setelah adanya kedai kopi di Halte Harmoni, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengeluarkan tanggapannya.

Riza mengatakan, awalnya kedai kopi di Halte Harmoni dibangun untuk membuat penumpang merasa nyaman saat menunggu kedatangan bus transjakarta.

"Semula hadirnya kedai di halte untuk membantu memberikan pelayanan kepada warga, sambil menunggu (kedatangan bus) mungkin bisa sambil ngopi, bisa ada internet," kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta.

Namun, sebaliknya, keberadaan kedai kopi di Halte Harmoni justru dikeluhkan para penumpang karena dinilai mempersempit ruang dan membuat halte semakin sesak.

Oleh karena itu, Riza menyatakan akan meminta PT Transportasi Jakarta mengevaluasi keberadaan kedai kopi itu.

"Sekarang kalau dirasa justru mempersempit ruang, mengganggu, akan kami tindak lanjuti, akan kami evaluasi," ujar dia.

Pada kesempatan terpisah, Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT Transportasi Jakarta Anang Rizkani Noor mengatakan pihaknya kini tengah mengevaluasi keberadaan kedai kopi di Halte Harmoni.

Ia mengatakan, manajemen PT Transportasi Jakarta telah mendengar keluhan masyarakat mengenai keberadaan kedai kopi itu.

"Kami sudah mendengar hal itu, dan sekarang sedang mendiskusikannya," kata Anang dikutip dari Tribunjakarta.com, Kamis.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/08/19/08591081/ragam-komentar-soal-kedai-kopi-yang-dianggap-persempit-ruang-halte

Terkini Lainnya

Cara Lihat Live Tracking Bus Transjakarta di Google Maps

Cara Lihat Live Tracking Bus Transjakarta di Google Maps

Megapolitan
Larangan 'Study Tour' ke Luar Kota Berisiko Tinggi, Tuai Pro Kontra Orangtua Murid

Larangan "Study Tour" ke Luar Kota Berisiko Tinggi, Tuai Pro Kontra Orangtua Murid

Megapolitan
Dalam 5 Bulan, Polisi Sita 49,8 Kg Sabu dari 12 Tersangka

Dalam 5 Bulan, Polisi Sita 49,8 Kg Sabu dari 12 Tersangka

Megapolitan
Casis Bintara Jadi Korban Begal di Kebon Jeruk, Jari Kelingkingnya Nyaris Putus

Casis Bintara Jadi Korban Begal di Kebon Jeruk, Jari Kelingkingnya Nyaris Putus

Megapolitan
Keluarga Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Berencana Bawa Kasus Donasi Palsu ke Polisi

Keluarga Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Berencana Bawa Kasus Donasi Palsu ke Polisi

Megapolitan
Gagal Tes dan Terluka karena Begal, Casis Bintara Ini Tes Ulang Tahun Depan

Gagal Tes dan Terluka karena Begal, Casis Bintara Ini Tes Ulang Tahun Depan

Megapolitan
Indra Mau Tak Mau Jadi Jukir Liar, Tak Tamat SMP dan Pernah Tertipu Lowongan Kerja

Indra Mau Tak Mau Jadi Jukir Liar, Tak Tamat SMP dan Pernah Tertipu Lowongan Kerja

Megapolitan
Casis Bintara Dibegal Saat Berangkat Psikotes, Sempat Duel hingga Dibacok di Tangan dan Kaki

Casis Bintara Dibegal Saat Berangkat Psikotes, Sempat Duel hingga Dibacok di Tangan dan Kaki

Megapolitan
Potensi Konflik Horizontal di Pilkada Bogor, Bawaslu: Kerawanan Lebih Tinggi dari Pemilu

Potensi Konflik Horizontal di Pilkada Bogor, Bawaslu: Kerawanan Lebih Tinggi dari Pemilu

Megapolitan
Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Megapolitan
Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati 'Pak Ogah' hingga Oknum Polisi

Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati "Pak Ogah" hingga Oknum Polisi

Megapolitan
Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Megapolitan
Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang 'Random'

Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang "Random"

Megapolitan
Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub

Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub

Megapolitan
Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen

Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke