Perumahan tersebut terendam banjir sejak Sabtu (10/9/2022) malam dan belum surut hingga Minggu (11/9/2022) siang.
Ketinggian air banjir di kawasan tersebut berkisar antara 60-100 sentimeter.
Wahyu menceritakan, banjir yang terjadi jelas telah berdampak pada dirinya dan warga setempat.
Ia yang sehari-hari berdagang bakpao terpaksa harus berdiam di rumah atau lokasi pengungsian karena terdampak banjir.
Wahyu menuturkan, ia dan warga lainnya resah setiap kali banjir melanda permukiman mereka. Apalagi, banjir sudah sering terjadi di Perumahan Pinang Griya Permai.
Setiap kali banjir, Wahyu tak bisa berdagang. Ia bersama warga lainnya mengungsi ke tempat saudara atau pengungsian yang telah disiapkan.
Menurut Wahyu, ia bisa sampai 2-3 hari tak berjualan setiap kali banjir melanda permukimannya. Sebab, ia menunggu banjir benar-benar surut dan tak mengotori rumahnya lagi.
"Enggak jadi jualan, enggak bisa produksi (bakpao)," kata Wahyu saat dijumpai di Perumahan Pinang Griya Permai pada Minggu.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, saat air mulai surut, Wahyu berjalan menyusuri kawasan kediamannya untuk mengecek situasi terkini di sekitar tempat tinggalnya.
Wajahnya tampak lesu. Ia tak bisa memastikan berapa kerugian yang dialami saat tidak bisa berdagang seperti saat ini.
"Enggak tentu. Syukuri aja. Kalau rugi ya tetap rugi," kata Wahyu.
"Enggak bisa nentuin. Kita jualan enggak bisa nentuin. Kalau ibaratnya kerja, baru bisa nentuin," tambah dia.
Wahyu berharap banjir di kawasan tempatnya tinggal cepat surut dan tidak lagi terulang.
"Pengen enggak kebanjiran biar usahanya lancar," harap dia.
Untuk diketahui, banjir merendam sekitar 20 RT di dua RW di perumahan tersebut. Banjir disebabkan tanggul jebol.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/09/11/15404261/lesunya-wahyu-tak-bisa-produksi-dan-jualan-bakpao-karena-rumahnya