JAKARTA, KOMPAS.com- Bu Nyai (67) menangis melihat rumahnya yang ikut terbakar dalam insiden kebakaran di permukiman padat penduduk RT 008 RW 010 Pademangan Timur, Pademangan, Jakarta Utara, Sabtu (22/10/2022) malam.
Kebakaran terjadi sekitar pukul 17.45 WIB, menjelang azan magrib berkumandang.
Petang menjelang malam itu, Bu Nyai baru pulang dari rumah kakaknya yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumah.
Ia kemudian duduk-duduk bersama dengan anaknya membersihkan pakaian yang mereka cuci saat siang di depan gang rumah mereka.
Cucunya baru saja mengambil ayam goreng dari rumah kakak Bu Nyai dan membawanya ke rumah mereka untuk makan.
Tak lama kemudian, Bu Nyai mendengar teriakan cucunya di lantai atas rumah mereka yang dua tingkat itu.
"Eh enggak lama cucu teriak-teriak di sana (di rumah mereka), kebakaran -kebakaran," cerita Bu Nyai kepada Kompas.com, Minggu (23/10/2022).
Cucu Bu Nyai pun berlari dan menginjak nasi yang baru saja akan dimakannya itu.
Ia kemudian duduk di dekat neneknya. Mereka menjauh dari lokasi untuk mengamankan diri.
Mereka duduk di pinggir jalan kereta api, meratapi nasib sambil melihat orang-orang yang berlalu-lalang menyelamatkan diri dengan penuh kepanikan dan kegelisahan.
"Lampu pada mati. Saya berdua sama cucu nangis aja," ceritanya.
Saat kejadian, dia mengaku gelisah karena petugas pemadam kebakaran tidak kunjung datang.
"Pak yang bener, lama amat sih pak. Rumah saya udah abis," cerita nenek yang sehari-harinya berjualan nasi dan lauk-pauk ini menirukan kondisinya pada malam itu.
Anaknya sendiri tidak sempat membawa benda berharga apapun dari rumah mereka, hanya kasur lipat untuk digunakan tidur.
"Si dedek (anaknya) cuma bawa kasur. Ini aja mak, bakal tidur Mak," ujarnya sambil sesekali menyeka air mata.
Bu Nyai juga menceritakan dirinya menangis karena sedih untuk kedua kalinya harus mengalami tragedi kebakaran di area ini.
Dahulu pada tahun 2011, kawasan tersebut pernah terbakar dengan jumlah rumah yang terbakar lebih banyak, tetapi tidak ada korban jiwa saat seperti saat ini.
Pada saat itu, warga setempat mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk merehabilitasi rumahnya.
Namun, Bu Nyai kembali merenovasi rumahnya dengan biaya santunan yang diterima saat suaminya meninggal dunia.
"Baru dibangun begitu udah mulai lagi (terbakar)," ucap Bu Nyai dengan kornea berlinang airmata.
Usai kebakaran, warga setempat kemudian beristirahat di taman RPTRA Patimura dan posko kebakaran yang didirikan sementara.
"Gak tidur saya semalam, di RPTRA Patimura, kasihan juga ingat korban," ujarnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/10/23/17502521/air-mata-bu-nyai-ceritakan-tragedi-kebakaran-di-pademangan-orang-orang