Salin Artikel

Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak Terus Bertambah, Waspadai Gejala Usai Minum Obat Sirup

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus gagal ginjal akut atau gagal ginjal misterius pada anak di Jakarta tercatat terus bertambah.

Bahkan, jumlah ini bertambah secara signifikan belakangan ini, yakni sebanyak 15 kasus dilaporkan terjadi dalam waktu hanya tinga hari, sejak 19 Oktober 2022 hingga 22 Oktober 2022.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, sebanyak 71 kasus gagal ginjal akut terjadi sejak awal Januari hingga 19 Oktober 2022. Lalu dalam tiga hari, kasus bertambah menjadi 86.

"Sampai dengan pagi ini sudah ada 86 kasus terkait dengan gagal ginjal akut, ini adalah data kumulatif dari Januari 2022 sampai sekarang," ujar Ngabila dalam webinar, Sabtu (22/10/2022).

Ngabila menambahkan, kasus gagal ginjal akut ini bertambah secara signifikan sejak Agustus 2022. Awalnya, hanya ada satu hingga dua kasus dalam satu bulan, lalu tiba-tiba melonjak hingga 12 kasus.

Ini yang membuat kami jadi lebih agresif lagi dalam melakukan penyelidikan," kata Ngabila.

Penyebab pasti dari penyakit yang bisa merenggut nyawa korbannya ini sejatinya masih misterius.

Berdasarkan hipotesis awal, Dinkes DKI mengatakan gagal ginjal akut ini ada hubungannya dengan faktor sosio-ekonomi, konsumsi obat, dan riawat penyakit pada diri korban.

Mayoritas pasien yang mengidap kasus ini adalah bayi di bawah lima tahun (balita), dan sisanya anak usia di bawah 16 tahun. Setidaknya 40 pasien di Jakarta tewas diduga karena gagal ginjal akut.

Gejala yang patut diwaspadai

Meneurut Ngabila, gejala awal dari penyakit ini adalah demam hingga intensitas buang air kecil yang berkurang.

Gejala gagal ginjal akut yang paling banyak dikeluhkan ada;ah demam, lemas, muntah, dan penurunan kesadaran.

Gejala lain seperti kehilangan nafsu makan, diare, warna urine seperti teh, dan terdapat bengkak di tubuh.

Ngabila meminta para orangtua mengawasi kondisi anak apabila dalam 10 hari terakhir mengonsumsi obat sirup.

Sebab, obat jenis ini diduga menjadi pemicu penyakit yang masih belum diketahui penyebabnya itu.

"Artinya ketika anak kita ada yang sudah meminum sirup obat, perlu kita melakukan pemantauan sampai 10 hari sesudah terakhir kali minum sirup obat tersebut," ungkap Ngabila.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun telah menginstruksikan untuk menyetop pemberian resep atau menjual obat dalam bentuk sirup.

Tak hanya itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga merilis daftar lima sirup obat yang diduga mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG), yang diduga memicu gagal ginjal akut misterius.

Senyawa yang ada di dalamnya dinilai melebih ambang batas yang telah ditetapkan BPOM.

"Hingga kemarin adanya larangan dari Kementerian Kesehatan untuk seluruh apotek, dan fasilitas kesehatan memberikan resep atau menjual obat dalam bentuk sirup, tidak hanya obat, tapi juga vitamin," kata Ngabila.

(Penulis : Zintan Prihatini/ Editor : Nursita Sari)

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/10/24/14512741/kasus-gagal-ginjal-akut-pada-anak-terus-bertambah-waspadai-gejala-usai

Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke