Salin Artikel

Kekecewaan Pekerja Ibu Kota ke Heru Budi Soal WFH Saat Banjir Ibu Kota...

JAKARTA, KOMPAS.com - Imbauan agar pekerja bisa bekerja dari rumah (WFH) saat Ibu Kota diguyur hujan deras atau terendam banjir memberikan angin segar bagi pekerja yang berkantor di Jakarta.

Seperti diketahui, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengimbau perusahaan swasta menerapkan sistem bekerja dari rumah saat banjir melanda Ibu Kota.

Namun, imbauan itu tak serta merta membuat para pekerja merasa lega sepenuhnya, salah satunya Pras (30), pekerja di bilangan Jakarta Selatan. Pasalnya, Heru hanya menekankan hal itu hanya bersifat imbauan lisan.

Heru mengaku tidak akan memberikan surat edaran ataupun instruksi kepada perusahaan-perusahaan terkait penerapan WFH.

"Tentunya enggak yakin (imbauan itu berjalan). Ada surat edaran saat Covid-19 tinggi saja kantor-kantor banyak yang masih bandel. Bagaimana cuma imbauan yang enggak ada kewajiban resminya?" ujar Pras kepada Kompas.com, Jumat (28/10/2022).

Pras sendiri pernah merasakan tetap bekerja ke kantor saat Pemprov DKI menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akibat Covid-19. Ia pun menyakini imbauan WFH saat banjir hanya akan seperti "angin lalu" saja bagi korporasi swasta di Jakarta.

"Mungkin ini 'lip service' biar kesannya ada dukungan buat pekerja. Mungkin. Kalau memang serius, harusnya ada edaran resmi yang sifatnya wajib," ujar Pras.

Selain itu, Pras berujar perusahaan semakin berat menerapkan kebijakan bekerja dari rumah lantaran tidak ada perbedaan signifikan terhadap pengeluaran meski pekerja tak datang ke kantor.

"Selama ini, WFH enggak ada beda sama WFO dari segi tagihan listrik, internet, dan lainnya. Soalnya pasti menyala semua. Jadi mereka mikir, better WFO biar karyawan bisa dipantau," tutur Pras.

Hal senada, Yani (31) yang merupakan pekerja asal Gunung Sindur, Jawa Barat, sebetulnya setuju apabila perusahaan mengizinkan karyawannya kerja dari rumah setiap kali hujan deras di Jakarta. Ia mengakui kondisi Jakarta berubah menjadi mencekam setiap kali banjir.

"Kalau bisa diwajibkan WFH saat hujan lebat. Akibatnya, Jakarta banjir. Kalau banjir, karyawan datang telat. Malah menganggu produktivitas," kata Yani.

Dengan arahan WFH saat banjir hanya bersifat imbauan dari Pemprov DKI, Yani yakin tak akan banyak perusahaan yang mau menjalankan.

"Kalau imbauan mungkin kurang kuat ya. Karena cuma imbauan. Kalau diwajibkan biasanya ada konsekuensi bagi yang tidak menjalankan," tutur Yani.

Imbauan WFH Dinilai Hanya "Lip Service"

Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah melihat, imbauan ini tidak akan dijalankan oleh perusahaan swasta lantaran WFH tak mendesak saat banjir.

"Hal ini berbeda seperti saat ada wabah. Jadi, menurut saya ini seperti 'lip service' saja dari Heru. Saya melihat ini kebingungan dia menghadapi banjir," ujar Trubus.

Menurut Trubus, kebijakan WFH saat banjir ini bakal sulit diterapkan korporasi swasta karena sebagian besar perkantoran di Jakarta sudah mewajibkan bekerja dari kantor.

Selain itu, kata dia, korporasi masih berpandangan bahwa bekerja dari kantor masih lebih efektif ketimbang jarak jauh. Bagi korporasi, kata Trubus, imbauan itu tak efektif tanpa adanya landasan yang kuat.

"Apa lagi banjir itu sifatnya temporer. Bisa saja pagi tidak bisa (ke kantor) karena banjir, tetapi siang sudah surut. Jadi, orang tetap bekerja dari kantor," kata Trubus.

Heru Tegaskan Imbauan WFH Bukan Instruksi

Heru menekankan bahwa dia hanya mengimbau perusahaan swasta menerapkan sistem bekerja dari rumah atau (WFH) saat banjir melanda Ibu Kota, bukan mewajibkan.

Dia mengaku tak akan memberikan surat edaran ataupun instruksi kepada perusahaan-perusahaan terkait penerapan WFH.

"Iya, itu kan imbauan (untuk) WFH terkait dengan cuaca ekstrem. Itu diserahkan kepada masing-masing gedung (perusahaan)," kata Heru di Balairung Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (26/10/2022).

"Surat edaran (atau) instruksi (terkait penerapan WFH) itu enggak (ada)," sambung dia.

Karena hanya mengeluarkan imbauan, Heru pun mempersilakan tiap perusahaan membuat kebijakan masing-masing, apakah akan menerapkan WFH atau tidak saat banjir melanda Jakarta.

Heru menambahkan, berdasarkan informasi yang dia terima, ada perusahaan swasta yang telah menerapkan WFH setiap Jumat. Namun, penerapan WFH ini tak dipengaruhi oleh kondisi banjir atau tidak.

(Penulis: Muhammad Naufal, Larissa Huda | Editor: Nursita Sari)

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/10/28/14284141/kekecewaan-pekerja-ibu-kota-ke-heru-budi-soal-wfh-saat-banjir-ibu-kota

Terkini Lainnya

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke