Warga setempat sekaligus pengemudi ojek, Maki Barata (46), mengatakan bahwa kawasan bisnis ponsel dan mobil itu mulai sepi saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
"Mulai sepi itu pas corona, tiga tahun lalu ya. Mulai sepi pas ketiban corona tuh, langsung sepi. Akhirnya ditutup tahun lalu pas mau puasa," kata Maki, Senin (12/12/2022).
Sebelum pandemi melanda, Maki menyebutkan, tempatnya mencari penghasilan itu selalu ramai dikunjungi pembeli onderdil mobil dan ponsel.
"(Dulu) ramainya bukan main. Mobil keluar masuk ramai. Di sini tuh ada saja konsumennya, khususnya mobil, ramai pada ke basement. Pengunjungnya lebih penuh (di kios) mobil daripada handphone," kenang dia.
Maki pun menyayangkan tutupnya kawasan bisnis itu. Sebab, seingatnya, Puri Agung Cengkareng cukup tangguh menghadapi krisis moneter dan pasca-kerusuhan pada Mei 1998.
"Mal ini dibangun kalau enggak salah 1998, terus enggak lama kerusuhan. Bertahan tuh dia. Setelahnya masih ramai sampai sebelum pandemi sekitar 2019," ungkap dia.
Tutupnya Puri Agung Cengkareng nyatanya juga berdampak langsung bagi tukang ojek seperti Maki. Pendapatannya turun drastis.
Maki kini hanya bisa mengambil penumpang dari Pasar Cengkareng yang lokasinya tepat di sisi selatan kawasan Puri Agung yang telah dipagari itu.
"Sebelum pandemi itu bisa Rp 200.000 sampai Rp 300.000 sehari, makmur. Sekarang dapat Rp 70.000 sudah syukur," sebut Maki.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/12/12/22541851/bertahan-pasca-kerusuhan-1998-mal-puri-agung-cengkareng-kalah-dihantam
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.