Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Kompas.com - 03/05/2024, 16:19 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pemulung bernama Jawawi ditemukan tak bernyawa di gubuk yang dibangunnya di Jalan Kramat, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2024).

Salah satu rekan korban bernama Edo mengungkapkan, almarhum meninggal dunia murni karena sakit.

“Tidak ada kekerasan atau apa pun, beliau meninggal dunia memang karena sakit,” ujar dia saat ditemui di lokasi.

Edo mengatakan, Jawawi menderita penyakit gatal-gatal. Penyakit itu sudah diderita korban selama beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

“Sudah lama penyakitnya, bertahun-tahun, tetapi saya enggak tahu namanya apa. Pokoknya gatal kalau kata dia dan akhirnya suka digaruk hingga kulitnya terkelupas,” tutur Edo.

Terkait penyebab penyakit yang diderita, Edo menduga, hal itu disebabkan karena lingkungan yang kurang bersih.

Terlebih, Jawawi setiap hari harus berkutat dengan barang rongsok maupun sampah.

“Kalau pemulung kan berkutat sama barang bekas dan sampah. Jadi mungkin karena ini. Soalnya saya gatal di bagian kaki dan kalau digaruk jadi koreng,” ungkap dia.

Di lain sisi, Edo mengungkapkan, mendiang baru saja memeriksakan dirinya ke puskesmas pekan lalu.

Baca juga: Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Ia memeriksakan diri ke dokter untuk mengobati rasa gatal yang dideritanya.

“Jadi obat-obatan yang ditemukan sama polisi itu punya korban. Obat itu dari puskesmas, beliau berobat pekan lalu kalau tidak salah,” tutup dia.

Sebagai informasi, Jawawi ditemukan tak bernyawa sekitar pukul 05.00 WIB.

Ia ditemukan tewas di dalam gubuk oleh tetangganya yang juga berprofesi sebagai pemulung.

Tetangga korban kemudian meminta pertolongan ke puskesmas terdekat untuk diperiksa.

Setelah diperiksa oleh tim dokter, Jawawi dinyatakan sudah meninggal dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com