JAKARTA, KOMPAS.com - Eny dan anaknya Tiko yang tinggal di rumah mewah terbengkalai di Cakung, Jakarta Timur, kerap menolak bantuan dari warga maupun pemerintah.
Lurah Jatinegara Slamet Sihabudin menjelaskan bahwa Eny dan keluarga menolak diberikan bantuan sosial karena merasa mampu membiayai kebutuhan sehari-hari.
Slamet menduga bahwa Eny malu menerima bantuan, dan memilih hidup di rumah tanpa aliran listrik maupun air selama bertahun-tahun.
Sebab, Eny sebelumnya termasuk keluarga dengan kondisi ekonomi mampu dan berpendidikan.
"Iya begitu. karena kan dia itu kan awalnya orang berada. Jadi enggak mau dibantu," ujar Slamet kepada wartawan, Kamis (5/1/2023).
Selama ini, kata Slamet, warga bersama pengurus lingkungan kerap memberikan bantuan sosial kepada Eny yang mengalami kesulitan ekonomi.
Namun, bantuan tersebut selalu ditolak mentah-mentah oleh Eny sehingga tidak tersalurkan.
Tiko bahkan diminta Eny agar tidak menerima pemberian apapun dari orang lain, meski dalam kondisi ekonomi sulit.
"Tiko adalah anak yang penurut dengan ibu. apa apa harus izin ke ibunya. Dia tinggal di sini, dari lingkungan si Ibu Eny kalau dikasih bantuan sosial enggak mau," ungkap Slamet.
Melihat kondisi itu, warga dan pengurus lingkungan mulai melakukan pendekatan persuasif terhadap Tiko.
Mereka meminta Tiko agar bersedia diberikan bantuan sosial tanpa memberitahu ibundanya.
Bersamaan dengan itu, Tiko juga dibiayai sekolah paket C dan diberdayakan sebagai petugas keamanan lingkungan, sehingga memiliki penghasilan untuk membiayai kebutuhannya.
"Namanya lingkungan supaya bantuan bisa nyampe ke Ibu Eny gimana, yaitu si Tiko kan diberdayakan sebagai petugas keamanan lingkungan," kata Slamet.
"Jadi si Tiko yang suruh ambil, dibawa. Jadi dia yang masukin ke dalam (memberikan ke Ibu-nya) . Kalau yang anter ibu-ibu kader PKK, RT, RW, pengurus lingkungan enggak akan mau," pungkasnya.
Sebagai informasi, rumah mewah di kawasan Cakung, Jakarta Timur belakangan menjadi perbincangan hangat.
Pasalnya, rumah tersebut dibiarkan terbengkalai hingga temboknya ditumbuhi pohon dan semak belukar.
Belakangan diketahui bahwa rumah tersebut masih dihuni oleh dua orang, yakni Ibu Eny dan seorang anaknya yang bernama Tiko.
Di rumah tersebut, Tiko merawat sang ibu yang diduga mengalami depresi selama 12 tahun terakhir.
Eny diduga depresi sejak ditinggal oleh suaminya pada 2010 lalu.
Kehidupan Eny dan Tiko yang tinggal di rumah mewah tanpa listrik dan air selama puluhan tahun pun kini menjadi sorotan sejumlah pihak.
Pemerintah daerah pun akhirnya turun tangan membantu dua penghuni rumah terbengkalai itu.
Ibu Eny yang diduga depresi dievakuasi untuk mendapatkan penanganan medis.
Sementara rumah mewah yang terbengkalai dibersihkan oleh petugas gabungan dari Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/01/05/14295571/penghuni-rumah-mewah-terbengkalai-di-cakung-kerap-tolak-bansos-lurah