Salin Artikel

Tak Putus Harapan Keluarga Memburu Pembunuh Akseyna

JAKARTA, KOMPAS.com - Usai resmi dilantik sebagai Kapolres Depok, Kombes Ahmad Fuady berjanji akan berupaya mengusut tuntas misteri kematian Akseyna Ahad Dori (19).

"Nanti akan saya pelajari ya dengan seluruh pejabat utama, khususnya Kasat Reskrim. Insya Allah akan kami tuntaskan," kata Ahmad Fuady, Jumat (13/1/2022).

Akseyna merupakan mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat. Ia ditemukan meninggal di Danau Kenanga, UI pada 26 Maret 2015.

Polda Metro Jaya dan Polres Metro Depok pada Mei 2015, telah mengumumkan secara resmi bahwa akseyna meninggal karena dibunuh.

Namun sudah hampir delapan tahun berlalu sejak jasad Akseyna ditemukan, kepolisian masih belum mampu mengungkap pelaku dan motif pembunuhan Akseyna.

Tak putus harapan

Ayah Akseyna, Kolonel (Sus) Mardoto mengatakan, ia dan keluarganya sampai saat ini masih terus berharap akan ada titik terang pada kasus pembunuhan anaknya itu.

"Saya berharap Kapolres Depok yang baru, mampu membongkar kasus pembunuhan ini," ujar Mardoto kepada Kompas.com, Senin (15/1/2023).

Ia berharap Kapolres Depok yang baru dapat melanjutkan kasus ini dengan investigasi yang lebih mendalam.

Sepanjang yang Mardoto ketahui, saat ini sudah ada tim khusus untuk menangani kasus pembunuhan pemuda yang semasa hidupnya akrab disapa Ace.

"Pendekatan sciencetific benar-benar untuk investigasi kriminal yang sudah lama seperti ini," kata dia. "Tentu bersama atau kerja sama dengan tim khusus yang kabarnya sudah terbentuk," tambah Mardoto.

Kendati demikian, Mardoto meminta penanganan kasus pembunuhan anaknya dapat ditelusuri berdasarkan pada bukti-bukti awal sedetail mungkin.

Ia menilai bahwa selama ini banyak bukti-bukti yang belum diidentifikasi secara menyeluruh oleh pihak kepolisian.

Mardoto pun meminta pihak kepolisian menyelidiki satu orang yang sejak awal dicurigai terkait kasus pembunuhan anaknya.

Ia menjelaskan, orang yang dicurigai dan harus ditelusuri lebih lanjut adalah orang yang dengan mudah keluar masuk ke kamar kos Akseyna.

"Orang yang keluar masuk kamar kos Ace (panggilan Akseyna). Saat masih kategori belum Mr X, saat telah ditemukan (jenazah Ace), dan saat sudah teridentifikasi," jelas dia.

Kronologi penemuan Akseyna

Jasad Akseyna saat itu ditemukan oleh seorang mahasiswa UI bernama Roni dengan posisi mengambang di Danau Kenangan sekitar pukul 09.00 WIB.

Penemuan mayat Akseyna mengundang perhatian sejumlah orang. Warga kemudian berkumpul di tempat kejadian perkara.

Semula tak ada yang tahu bahwa sosok mayat itu adalah Akseyna karena tidak ada satu pun identitas yang tertera. Korban terlihat masih menggunakan ransel berisi sejumlah batu yang diduga untuk menenggelamkan jasad tersebut.

Jasad itu pun dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk diidentifikasi.

Kasat Reskrim Polresta Depok saat itu, Kompol Agus Salim, mengatakan, bersamaan penemuan jasad itu, orangtua Akseyna sedang mencari keberadaan putranya.

Saat itu, orangtua Akseyna menghubungi polisi lalu datang dari Yogyakarta ke Jakarta guna mengidentifikasi jenazah di Rumah Sakit Polri Kramatjati.

Keluarga memastikan bahwa jasad itu adalah Akseyna yang dikenali dari bentuk hidung, pakaian, dan sepatu korban.

Sempat diduga bunuh diri

Semula, korban diduga bunuh diri karena polisi yang tengah menyelidki kasus tersebut menemukan sepucuk surat wasiat tertempel di dindin kamar kos Akseyna.

Surat wasiat itu berisi tulisan tangan dalam bahasa Inggris yang menyiratkan pesan terakhir korban.

Pada surat itu tertulis, "Will not return for please don't search for existence, my apologies for everything enternally."

Surat itu kemudian ditelisik oleh Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor). Hasilnya menunjukkan bahwa tulisan itu identik dengan tulisan tangan Akseyna.

Penyidik juga memanggil saksi ahli grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation Deborah Dewi untuk memberikan keterangan terkait tulisan tangan pada surat itu.

Hasilnya, Debora menyatakan bahwa tulisan tangan pada surat itu bukan tulisan tangan Akseyna. Polisi kemudian berkeyakinan Akseyna adalah korban pembunuhan.

Hal lain yang memperkuat dugaan itu ialah hasil visum yang menyimpulkan Akseyna diduga tidak sadarkan diri sebelum dicemplungkan ke danau.

Pada paru-paru Akseyna juga terdapat air dan pasir. Hal itu tidak akan ditemukan apabila korban sudah tidak bisa bernapas.

Selain itu, adanya robekan di bagian tumit sepatu Akseyna memperkuat dugaan bahwa ada upaya penyeretan korban.

Mengapa sulit terungkap?

Meski telah yakin bahwa Akseyna merupakan korban pembunuhan, polisi kesulitan mengungkap kasus tersebut.

Polisi menyebutkan, pengungkapan kasus ini cukup sulit karena kondisi tempat kematian korban sudah rusak akibat dimasuki orang yang tidak berkepentingan.

Pada tahun 2016, Kasat Reskrim Polresta Depok yang dulu dijabat Komisaris Teguh Nugroho mengungkap sulitnya menetapkan tersangka dalam kasus itu.

Kala itu, Teguh yang saat kematian Akseyna pada Maret lalu belum menjabat sebagai Kasat Reskrim mengatakan, jeda waktu dalam pengungkapan identitas dan olah TKP menjadi kunci sulitnya mengungkap kejahatan itu.

"Ada jeda waktu empat hari dari penemuan mayat sampai ketahuan identitasnya. Itu memberi ruang bagi pelaku untuk menghilangkan barang bukti," kata Teguh (5/10/2016).

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/01/17/06104631/tak-putus-harapan-keluarga-memburu-pembunuh-akseyna

Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke