Salin Artikel

Warga Sayangkan Mural Kebudayaan Jakarta di Stasiun Jatinegara Kini Kusam dan Mengelupas

Dinding tersebut memiliki panjang kira-kira 1 kilometer. Di sana, ada berbagai macam gambar yang dilengkapi dengan informasi tentang kebudayaan Betawi dan transportasi di Ibu Kota.

Kompas.com mengunjungi kawasan Stasiun jatinegara pada Senin (16/1/2023). Di sana, terlihat beberapa mural memiliki tampilan kotor, kusam, dihiasi beberapa coretan, bahkan catnya mengelupas.

Seorang warga Jakarta bernama Yusuf (59) menyayangkan kondisi tersebut.

Pasalnya, Yusuf memanfaatkan mural sebagai sarana pembelajaran tambahan bagi cucunya untuk mengenal kebudayaan Jakarta.

"Yang saya sayangkan cuma beberapa tembok yang catnya mengelupas," ungkapnya di lokasi.

Adapun kondisi tersebut tampak di salah satu mural yang memberikan informasi seputar gabus pucung, makanan khas Betawi yang mulai langka.

Yusuf mengungkapkan, gabus pucung adalah salah satu makanan favoritnya.

Oleh karena itu, ia selalu menunjukkan mural tersebut kepada cucunya, dengan harapan sang cucu mengetahui makanan kesuksesan kakeknya.

"Kalau lewat situ, saya suka sambil nunjuk biar cucu saya tau makanan kesukaan kakeknya. Siapa tahu pas (cucu) sudah gede dimasakin gabus pucung," ujar Yusuf.

"Gambar gabus pucung yang saya ceritain itu, bagian bawahnya sudah mengelupas catnya. Kalau bisa ya dicat ulang," imbuh dia.

Yusuf menjelaskan, tampilan mural yang kotor sebenarnya bukan lah masalah berarti selama tidak menutupi informasi yang ditampilkan.

Sebab, menurut dia, tujuan dihadirkannya mural ini adalah untuk membagikan informasi seputar kebudayaan Jakarta kepada masyarakat.

"Kalau kotornya cuma di bawah tembok ya wajar karena dekat tanah. Ada coretan dikit enggak apa-apa lah selama bukan gambar atau kalimat kotor yang bisa dilihat anak-anak," tuturnya.

Meski demikian, Yusuf tetap berharap agar mural dibersihkan atau diperbarui.

Ia tidak menampik bahwa anggaran yang dibutuhkan mungkin besar.

"Tapi pendapatan pemerintah setempat saya rasa masih cukup untuk sekadar pemugaran gambar di dinding. Niat awalnya kan supaya gambar informatif itu bisa mengedukasi orang-orang yang lewat jalanan ini," ujar Yusuf .

Jadwal pembersihan rutin

Neni (32) yang juga warga Jakarta mengatakan bahwa mural menjadi kotor dan kusam adalah hal wajar.

Letaknya yang berada di pinggir jalan membuat mural mudah terpapar debu dari kendaraan.

Perempuan yang sering melewati area bermural di Stasiun Jatinegara ini menambahkan, dinding informatif itu pun bisa kotor karena tangan orang-orang iseng.

"Menurut saya alangkah baiknya pemerintah bikin jadwal rutin untuk pembersihan. Sayang aja tembok informatif begini dibiarin kotor, informasinya nanti ketutup dong," kata Neni.

"Bisa dibersihin dua minggu sekali, kayak digosok aja yang kotor atau dicat ulang biar warnanya enggak pudar," sambungnya.

Harus rutin dibersihkan

Warga Jakarta bernama Gia (28) mengatakan bahwa mural di kawasan Stasiun Jatinegara informatif.

Sebab, mural tidak sekadar menampilkan karya seni lukis, tetapi juga dilengkapi informasi seputar gambar tersebut.

"Jadi yang lihat mural enggak cuma dimanjain matanya sama visual yang warna-warni, (tapi) sekalian belajar," katanya di lokasi.

Namun, beberapa mural yang tampilannya kotor dirasa sangat mengganggu.

Gia mengungkapkan, ada beberapa mural yang dicoret-coret, dan memiliki cat yang terkelupas.

"Buat yang cat tembok putih, sudah kotor itu gambarnya. Kalau menurut saya saja nih, kayaknya harus rutin dibersihin kalau dicat ulang belum bisa," ujar Gia di lokasi.

"Sayang banget sudah capek-capek nyari informasi, ngegambar, tapi hasil akhirnya kotor. Informasinya jadi kurang enak dilihat," imbuh dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/01/17/13095211/warga-sayangkan-mural-kebudayaan-jakarta-di-stasiun-jatinegara-kini-kusam

Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke