Ketua RT 007 RW 01 Ciganjur M Idris yang juga saksi menuturkan, insiden itu terjadi saat hujan deras disertai angin kencang melanda Ciganjur.
"Awalnya ada anak sekolah yang teriak di dekat rumah saya. Mereka teriak seperti ini, 'Itu, itu, itu ada yang mau jatuh,'" tutur Idris saat ditemui Kompas.com.
"Saya pikir yang mau jatuh itu pohon, soalnya pas hujan sekitar pukul 11.00 WIB itu anginnya kencang banget memang. Tapi, pas saya keluar rumah, ternyata penerjun payung yang jatuh," sambung dia.
Sebagai ketua RT, Idris lantas bergegas menuju rumah seorang dokter yang diduga menjadi lokasi sang penerjun mendarat.
Sesampainya di lokasi, Idris melihat prajurit TNI mendarat darurat di halaman depan rumah sang dokter.
"Pas di lokasi, sudah banyak orang yang menolong. Di sekitar rumah dokter itu kebetulan memang ada proyek. Jadi banyak pekerja bangunan yang membantu," ujar Idris.
"Untungnya posisi mendarat sang penerjun tidak meleset dan hanya (parasutnya) tersangkut di pohon, soalnya pekarangan rumah sang dokter cuma memiliki lebar tiga meter," lanjut dia.
Idris mengungkapkan bahwa sang penerjun tidak mengetahui ada perubahan cuaca yang begitu drastis.
Oleh karena itu, ketika melakukan penerjunan, prajurit TNI tersebut mengalami kesulitan untuk mengendalikan laju parasutnya.
"Dia sempat bilang bahwa mendaratnya itu seharusnya di Lapangan Terbang Pondok Cabe. Jadi start di sana dan finish juga di sana," ungkap Idris.
"Tapi pas terjun dari ketinggian 4.000 kaki, ada perubahan angin yang dahsyat, terutama saat menyentuh ketinggian 2.000 kaki. Akhirnya parasut sulit dikendalikan dan memutuskan untuk mendarat darurat," sambung Idris seraya mengikuti perkataan dari sang penerjun.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/02/09/18163011/kronologi-tni-penerjun-payung-mendarat-darurat-di-ciganjur-parasutnya