Salin Artikel

Pudarnya Kejayaan Pasar Taman Puring Dihantam Pandemi, Dulu "Surga" bagi Pemburu Sepatu Murah...

Di sana, sepatu berbagai merek dengan kualitas satu tingkat di bawah original dijual rata-rata Rp 300.000-an. Ada pula sepatu dengan harga satu jutaan rupiah.

Kini, kejayaan Pasar Taman Puring perlahan memudar. Penyebabnya tak lain karena aktivitas jual beli online yang makin merajalela sejak pandemi Covid-19.

Sepi pengunjung sejak pandemi

Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020, sebagian pedagang di Pasar Taman Puring memilih untuk tidak berjualan.

Sementara itu, pedagang yang memutuskan tetap berjualan pun kehilangan banyak pembeli.

Salah satu pedagang bernama Rafli (29) mengatakan, pemasukannya turun sejak pandemi Covid-19.

"Ya, turun, pas Covid-19 dan sesudah itu tahun 2021 (masih turun). 2022 ada kenaikan, tapi dikit doang," kata Rafli saat ditemui di lokasi, Rabu (1/3/2023).

Rafli menjual sepatu kulit dengan harga dan kualitas beragam. Harga sepatu yang dijual olehnya berkisar antara Rp 200.000 hingga Rp 1 juta.

Selain jumlah pembeli menurun, kebanyakan pembeli pun menawar dengan harga yang jauh dari harapan.

"Sekarang sekalinya ada pembeli, susah aduh, orang tawar terus. Dari Rp 250.000 nawarnya Rp 150.000," tutur dia.

Kondisi pasar saat ini berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19 yang masih ramai.

"Iya, rata-rata pada buka sekitar jam 11.00 deh sekarang," ujar penjual sepatu kets bernama Azwar (26).

Menurut Azwar, pengunjung Pasar Taman Puring saat ini hanya ramai pada akhir pekan.

"Sabtu-Minggu paling ramai itu," tambah dia.

Azwar menambahkan, karena sepi, pedagang kini menutup tokonya tidak lebih dari pukul 17.00 WIB.

"Tutup kami semua jam 17.00 WIB, clear ya sebelum maghriblah, tergantung masing-masing toko bukanya jam berapa, tapi tutup sama," imbuh Azwar.

Azwar menduga, kebanyakan pembeli saat lebih suka membeli barang dari toko online, dibandingkan harus datang ke Pasar Taman Puring.

"Habis Covid-19 ya orang jadi suka beli online, malas ke pasar. Sama masih sepi banget pokoknya, pas Covid-19 lagi, orang-orang malas keluar, takut, makanya pada di rumah aja," terang Azwar.

Saking sepinya, kata Azwar, banyak karyawan toko yang di-PHK karena pemasukan yang sedikit.

"Banyak juga yang di-PHK karyawan, karena enggak ada duit kan," kata Azwar.

Sering dicemooh masyarakat

Selain itu, pedagang di sana rupanya sering dicemooh pembeli karena menjual barang tiruan atau 'KW'.

Azwar bercerita, dia menawarkan banyak pilihan sepatu bermerek Adidas dan Nike. Namun, barang yang ia jual kualitasnya satu tingkat di bawah kualitas original atau yang disebutnya premium.

Azwar mengaku seringkali menerima cemoohan dari pengunjung yang datang ke tokonya. Tak ayal, Azwar pernah merasa sakit hati.

"Kadang-kadang juga harus sabar sih (menangani pembeli), ada ibaratnya kan pembeli itu ibarat raja, jadi ya seenaknya dialah suka banding-bandingin (produk original dengan KW)," kata Azwar.

"Saya jawab, 'Ya namanya harga segitu, ya wajar, kalau mau original harga Rp 2 jutaan'," tambah dia.

Azwar menuturkan, sebagian pembeli mencemooh kualitas barang yang ia jual hanya untuk menawar harga.

Setelah mencemooh, beberapa orang yang datang ke tokonya pun akhirnya tak membeli dagangannya.

"Ada yang sebagian beli buat nawar harga dulu loh, 'Sepatu kayak gini KW nih masa harga segini', gitu, agak sakit hati saya. Tapi lama-lama dibeli juga. Ada juga yang enggak jadi beli, ada yang baik juga," tutur Azwar.

Menurut Azwar, banyak pembeli yang tidak mengetahui kualitas barang yang ia jual.

"Ada yang sebagian beli, ada yang sebagian enggak, kadang orang yang barang sepatu premium kayak gini suka ngeremehin, 'Barang KW ini', tapi dia enggak tahu kualitasnya, padahal bagus juga sih, namanya barang impor kan, jadi lumayanlah," papar Azwar.

Kata Azwar, ia menjual barang barang tiruan agar semua kalangan bisa memakai barang seperti yang asli.

"Ya kalau barang ori kan Rp 2 juta lebih ya, dibanding harga Rp 400.000 ya udah lumayan, semua kalangan bisa pakai istilahnya harga segini kan," kata Azwar.

"Misalnya kalangan masyarakat menengah mikir-mikir untuk beli sepatu original, daripada beli yang original pasti beli yang lain kan. Kalau kayak gini, semua kalangan bisa pakai, gajian masih bisa sisihin buat beli sepatu ini. Yang penting bisa pakai aja model sama," imbuh dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/02/10453951/pudarnya-kejayaan-pasar-taman-puring-dihantam-pandemi-dulu-surga-bagi

Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta 'Napak Reformasi' Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta "Napak Reformasi" Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Megapolitan
Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Megapolitan
Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke