JAKARTA, KOMPAS.com - Takjil buka puasa di Masjid Istiqlal sering kali tidak dapat dibagikan kepada semua jemaah yang datang.
Kepala Bidang Penyelenggara Peribadatan sekaligus Ketua Panitia Amaliyah Ramadhan 1444H Masjid Istiqlal Jakarta Pusat Bukhori SA mengatakan, hal ini karena jumlah takjil yang disiapkan tidak sebanding dengan jumlah jemaah.
Bukhori mengatakan, jemaah Masjid Istiqlal pada bulan Ramadhan ini begitu banyak.
“Tahun lalu kan pandemi, jadi yang datang sedikit hanya sekitar 2.000 orang. Saya agak kaget juga. Lha, sampai 7.000 orang di hari pertama malam tarawih. Sabtu yang datang 7.500 orang. Hari Minggu yang datang 8.300,” kata Bukhori di Masjid Istiqlal, Senin (27/3/2023).
Namun, jumlah takjil yang disediakan 3.000 hingga 5.000 boks.
Lebih baik untuk duafa...
Bukhori mengatakan, sebenarnya tidak ada aturan mengenai siapa saja yang berhak mendapatkan takjil di Masjid Istiqlal. Dia menegaskan, semua jemaah memiliki hak yang sama.
“Siapa saja boleh ambil kok,” kata Bukhori.
Namun, dia berpendapat, lebih diprioritaskan untuk kaum duafa.
“Sebenarnya kita mengutamakan yang duafa–orang-orang lemah. Karena sekitar sini kan banyak juga, kayak di bawah jembatan kereta (jalur KRL Stasiun Juanda) itu banyak. Tapi, kita juga tidak bisa memilah saking banyaknya jamaah,” lanjut dia.
Bukhori menuturkan, pihak masjid juga tidak mungkin menolak untuk memberikan takjil tersebut.
“Jadi ya, siapa yang duluan, itu yang dapat. Tapi, kita enggak pernah memilah,” ujar Bukhori.
Namun, di saat bersamaan, Bukhori berharap jemaah juga dapat lebih pengertian terkait kebutuhan kaum yang membutuhkan.
“Mudah-mudahan, yang merasa tidak duafa itu (bisa) ngalah. Jemaah itu mudah-mudahan bisa paham bawa dirinya misal, ‘saya kan mampu, saya bisa beli di bazaar atau di luar’. Sementara duafa, biarlah mereka yang dapat. Itu akan kami sangat apresiasi,” tutur dia.
Para dermawan dipersilakan membantu
Selain itu, masjid terbesar se-Asia Tenggara itu juga terbuka bagi warga yang mau memberikan donasi, baik itu berupa uang ataupun makanan jadi.
“Kita utamakan uang cash atau transfer karena kalau makanan jadi kita sudah tetapkan sesuai ketentuan. Tapi, kalau jemaah misal ‘saya maunya nyumbang makanan jadi’, ya kita terima juga,” jelas Bukhori.
Bukhori menuturkan, pengurus masjid selalu berupaya agar para jemaah membawa pulang sesuatu setelah datang ke masjid.
“Kita juga (upayakan) supaya yang datang tidak sama sekali tidak dapat. Kalau ada kurma, atau minuman dari jamaah kitabagikan. Minimal membatalkan puasa, contoh dengan kopi luwak botolan,” tutur dia sambil terkekeh.
Kegiatan berbagi takjil itu, kata Bukhori, merupakan upaya agar rahmat Allah saat Ramadhan dapat dirasakan oleh banyak orang.
“Ramadhan itu bulan penuh rahmat. Rahmat Allah itu biar dirasakan oleh banyak orang. Kita sebagai lembaga masyarakat yang bergerak di bidang keagamaan, tentu kita harus peduli ke sana,” ujar dia.
“Kita menjadikan contoh, bahwa kita peduli pada masyarakat. Untuk sama-sama merasakan bahwa Istiqlal itu kehadirannya ada manfaatnya bagi umat,” tambah dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/03/28/06553491/takjil-buka-puasa-di-masjid-istiqlal-sering-kurang-para-dermawan-diajak