JAKARTA, KOMPAS.com - Hilir mudik para porter di Stasiun Senen, Jakarta Pusat, semakin sering terlihat setiap mendekati waktu keberangkatan kereta api di musim mudik Lebaran.
Salah satu porter senior yang sibuk membantu mengangkut barang penumpang di Stasiun Pasar Senen pada Kamis (20/4/2023) adalah Khamid (54).
Berdasarkan penuturannya kepada TribunJakarta.com, ia sudah menjalani profesi sebagai porter di Stasiun Pasar Senen sejak tahun 1999.
Ia bersama puluhan rekan porternya yang lain bergantian membantu para penumpang kereta api yang membutuhkan jasa mereka.
"Di sini jumlah porter ada 175 orang, tugasnya dibagi dua sif, pagi dan malam," kata Khamid.
Musim mudik Lebaran diakui Khamid menjadi momen yang paling dinantikan bagi para porter.
Pasalnya, pendapatan para porter rata-rata akan naik dua hingga tiga kali lipat seiring banyaknya pemudik yang berangkat dan tiba di stasiun.
Bila di hari biasa mereka mendapat pemasukan rata-rata Rp 100.000 tiap harinya, maka di momen Lebaran mereka bisa mengantongi RP 200.000 hingga Rp 300.000.
Kendati demikian, ia memastikan para porter tak mematok tarif. Para porter di Stasiun Senen akan menerima berapa pun upah yang diberikan pemudik.
"Kita seikhlasnya aja, enggak pernah minta harga. Tadi ada yang ngasih Rp 7.000 ya saya terima," kata Khamid.
Pernah angkut beras 40 kg
Asam garam sudah dirasakan Khamid sejak menjalani profesi sebagai porter selama 24 tahun. Tidak hanya mengangkut tas atau koper, ia pun pernah harus memanggul beras seberat 40 kilogram (kg).
Beras tersebut dibawah oleh pemudik yang baru tiba di Jakarta dari wilayah Jawa Tengah.
"Dulu pernah bawa beras 40 kilogram. Kalau yang datang dari kampung kan orang sering bawa beras," ujar Khamid.
Adapun para penumpang dari Jakarta ke wilayah Jawa Tengah maupun Jawa Timur, lanjut Khamid, umumnya tidak pernah membawa barang-barang berat.
"Kalau dari Jakarta biasanya cuma bawa oleh-oleh aja," ujar Khamid.
Untungnya, saat ini penumpang kereta sudah jauh lebih tertib. Ketertiban penumpang disokong juga oleh aturan kapasitas maksimal bagasi oleh PT KAI sebesar 20 kg per penumpang.
"Kalau dulu itu kan parah, orang naik kereta bawaannya enggak kira-kira, apa aja dibawa ke kereta, banyak juga kan yang pada bawa ayam, tapi kalau sekarang kan udah rapi," paparnya.
Tetap mudik
Meski momen mudik Lebaran menjadi yang paling dinanti, Khamid memastikan akan tetap mudik ke kampung halaman di Kebumen, Jawa Tengah, untuk berlebaran bersama keluarganya.
Ia mudik pada Jumat (21/4/2023) esok pagi dan akan kembali pada Minggu (23/4/2023) atau di hari kedua Lebaran.
Khamid merasakan ada hal yang kurang jika tak merayakan Lebaran di kampung halaman kendati hanya satu hari di sana.
"Pernah saya sekali Lebaran di sini tapi momnennya beda kayak ada yang kurang. Anak bilang nggak sempurna kalau bapaknya nggak pulang," kata Khamid.
Senang lihat penumpang terbantu
Sama seperti Khamid, salah seorang porter lain di Stasiun Pasar Senen, Cipto (52) juga selalu menantikan momen menjelang Lebaran dan libur panjang.
"Memang musim mudik lebaran ini pasti membludak. Banyak masyarakat lalu lalang, bawa bebawaan banyak. Itu menjadi berkah sendiri buat kami (porter)," kata Cipto.
Selain senang karena mendapatkan penghasilan berlebih, ia juga merasa senang melihat kebahagiaan para penumpang yang hendak bertemu dengan keluarga mereka di kampung halaman.
"Kesannya ya kalau buat saya sendiri membantu penumpang tuh senang dan bahagia. Makanya, kita enggak pernah mematok tarif," ujar Cipto.
(Penulis: Elga Hikari Putra dan Wahyu Septiana (TribunJakarta.com) | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya (TribunJakarta.com))
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/22/06034181/cerita-porter-pasar-senen-pendapatan-naik-saat-lebaran-dan-pernah-angkut