Salin Artikel

Kisah Yanto yang Awalnya Tidak Berniat Menjual Ketupat Bikinan Sendiri...

JAKARTA, KOMPAS.com - Sedikit pun tidak pernah terbersit dalam benak Muhammad Riyanto (67) untuk menjual ketupat-ketupatnya.

Sebab, membuat ketupat menjelang Hari Raya Idul Fitri adalah tradisi keluarga Yanto, sapaan akrabnya, yang berasal dari Pulau Madura selama bertahun-tahun.

"Ini (membuat ketupat) budayanya orang Islam di Indonesia kan. Jadi, setiap tahun ya selalu bikin," ujar Yanto saat dijumpai di rumahnya bilangan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Jumat (21/4/2023).

Ketupat-ketupatnya tidak hanya dikonsumsi sendiri, tetapi juga dikirimkan ke keluarga dan tetangga untuk mempererat tali silaturahmi.

Rupanya, banyak orang yang setelah dikirim ketupat Yanto, langsung jatuh cinta dengan rasanya.

Ketupat Yanto disebut cukup padat dan tak mudah berair meskipun disimpan selama berhari-hari.

"Ya gimana enggak enak, saya buat pakai beras kualitas bagus dan rebusnya sampai delapan jam," ujar Yanto.

Oleh sebab itu, sejak sekitar empat tahun lalu, banyak orang-orang di sekitar tempat tinggalnya akhirnya memesan ketupat buatan Yanto.

Pesanannya tidak tanggung-tanggung, ada yang memesan sampai di atas 100 buah.

"Awalnya mereka pesan 20-30. Makin lama, makin naik sekarang ada yang pesan 100," ujar Yanto.

Dibantu sang istri, Yanto mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat ketupat sejak sekitar lima hari sebelum Lebaran. Ia membeli janur sendiri di pasar.

Setelah itu, janur-janur tersebut dicuci terlebih dahulu sebelum dirangkai menjadi ketupat dan kemudian diisi beras.

"Untuk bikin satu kulit ketupat bisa habis satu atau dua menit. Ya kami mengerjakan ini sampai ngantuk-ngantuk deh pokoknya," ujar Yanto diiringi tawa.

Satu buah ketupat dihargai Rp 4.000. Yanto menyebut, tak terlalu banyak ambil untung dari penjualan ketupatnya. Bahkan, apabila dibandingkan dengan letih, rasanya untung penjualan ketupat tidak terlalu signifikan.

Namun, hati yang gembira bisa memenuhi permintaan pelanggannya menjadi obat.

Tahun ini, Yanto membuat sekitar 250 buah ketupat di mana 100 buah adalah pesanan orang dan sisanya dikonsumsi sendiri, juga dibagi-bagi.

Untuk konsumsi sendiri, Yanto mengaku bisa habiskan lebih dari 70 buah ketupat. Maklum, ia adalah anak sulung sehingga saat Lebaran pasti menjadi tempat silaturahmi keluarga besar.

"Selain itu, meskipun saya Islam, tamu-tamu saya kebanyakan juga orang Kristen. Biarawan biarawati pada datang semua ke sini untuk ber-Lebaran. Makanya pasti habis itu 70 ketupat," ujar Yanto.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/22/10322471/kisah-yanto-yang-awalnya-tidak-berniat-menjual-ketupat-bikinan-sendiri

Terkini Lainnya

Bus Transjakarta Bisa Dilacak 'Real Time' di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Bus Transjakarta Bisa Dilacak "Real Time" di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Megapolitan
Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Megapolitan
Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Megapolitan
KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Megapolitan
Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim 'Selamatkan' 830.000 Jiwa

Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim "Selamatkan" 830.000 Jiwa

Megapolitan
Siasat Pabrik Narkoba di Bogor Beroperasi: Kamuflase Jadi Bengkel, Ruangan Pakai Peredam

Siasat Pabrik Narkoba di Bogor Beroperasi: Kamuflase Jadi Bengkel, Ruangan Pakai Peredam

Megapolitan
Ratusan Sekuriti Geruduk Kampung Susun Bayam, Perintahkan Warga Segera Pergi

Ratusan Sekuriti Geruduk Kampung Susun Bayam, Perintahkan Warga Segera Pergi

Megapolitan
Lima Tahun Berlalu, Polisi Periksa 5 Terduga Pelaku Penusukan Noven Siswi SMK Bogor

Lima Tahun Berlalu, Polisi Periksa 5 Terduga Pelaku Penusukan Noven Siswi SMK Bogor

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Sudah Mundur dari Staf Kelurahan sejak 2021

Pemerkosa Remaja di Tangsel Sudah Mundur dari Staf Kelurahan sejak 2021

Megapolitan
Usahanya Tak Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Minta Mediasi ke Pemilik Lahan

Usahanya Tak Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Minta Mediasi ke Pemilik Lahan

Megapolitan
4 Oknum Polisi yang Ditangkap karena Pesta Narkoba di Depok Direhabilitasi

4 Oknum Polisi yang Ditangkap karena Pesta Narkoba di Depok Direhabilitasi

Megapolitan
Cegah Stunting di Jaksel, PAM Jaya dan TP-PKK Jaksel Teken Kerja Sama Percepatan Penurunan Stunting

Cegah Stunting di Jaksel, PAM Jaya dan TP-PKK Jaksel Teken Kerja Sama Percepatan Penurunan Stunting

Megapolitan
KPAI Datangi Sekolah Siswa yang Hendak Bunuh Diri, Cek Keamanan dan Sarpras Gedung

KPAI Datangi Sekolah Siswa yang Hendak Bunuh Diri, Cek Keamanan dan Sarpras Gedung

Megapolitan
Tersedia 8.426 Kuota PPDB Bersama, Pelajar yang Tak Lulus Negeri Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis

Tersedia 8.426 Kuota PPDB Bersama, Pelajar yang Tak Lulus Negeri Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke