JAKARTA, KOMPAS.com - Ipul (35) sebal sekali dengan pengendara kendaraan bermotor. Sulit diatur.
"Disuruh ke kiri, malah ke kanan. Apalagi ditambah kalau ada kereta lewat, saya keteteran," begitu curahan hati Ipul saat berbincang dengan Kompas.com di perlintasan kereta api Stasiun Pondok Jati, Jakarta Timur, Jumat (12/5/2023).
Ya, Ipul adalah sukarelawan penjaga salah satu perlintasan kereta api paling ramai di Ibu Kota itu.
Setiap hari, ia bekerja mulai dari pukul 10.00 WIB hingga 12.00 WIB. Bila rekan yang bertugas di dua jam berikutnya tidak masuk, Ipul dengan sukarela melampaui jam kerja.
Ia tidak bekerja pada instansi manapun. Aktivitasnya mengatur arus lalu lintas di perlintasan kereta api demi mencegah kecelakaan disandarkan pada kepeduliannya semata.
Tentu, ia tak menampik ada rupiah yang didulang dari sana. Dua faktor itu yang membuatnya bertahan di kawasan rawan tersebut.
Masih tentang cerita pengendara kendaraan bermotor yang sulit diatur, sering membuat Ipul sakit kepala.
"Mereka enak. Kalau lagi macet, tinggal bunyiin klakson. Lah, saya pusing. Kalau ada apa-apa pasti saya juga yang pertama kali diperiksa polisi," cerocos Ipul.
Ia suka tak habis pikir mengapa para pengendara kendaraan bermotor sering membahayakan nyawa dengan menerobos palang pintu perlintasan rel.
Ketika sinyal kereta api berbunyi, palang pintu perlahan tertutup. Momen ini yang paling bikin Ipul seringkali mengelus dada.
"Sering banget hadapi pengemudi yang nekat menerobos. Sudah saya bunyikan peluit, sudah diingetin, masih saja nyelonong," ujar Ipul.
Intensitas pengemudi yang menerobos tidak ditentukan oleh waktu. Baik itu pagi, siang, sore, bahkan malam hari, akan ada saja yang menerobos.
"Kadang saya kesalnya, sudah diingetin masih nerobos. Gimana kalau enggak ada yang ingetin dan atur?" kata Ipul.
Beruntungnya, penjaga pos dari pihak stasiun dan instansi lain, yaknni Satpol PP, Dishub, dan Polri, kerap membantu.
"Tapi mereka saja suka dilanggar (oleh pengemudi), apa lagi saya? Intinya ke kesadaran masing-masing pengemudi aja. Nanganin mereka memang harus ekstra sabar," jelas Ipul.
Sering dicaci maki
Ipul mengaku juga sering dicaci maki pengendara kendaraan bermotor.
Biasanya, ini datang dari pengemudi motor atau mobil yang tidak sabar untuk melintasi rel kereta api.
"Pernah diteriakin pakai kata-kata kasar. Saya suruh gantian, saya balik teriakin buat suruh dia turun dan ngatur lalu lintas di sini," kata Ipul.
Sejauh ini dia cukup beruntung lantaran belum pernah terlibat dalam baku hantam.
Namun, beda cerita dengan rekan sesama penjaga perlintasan kereta api Stasiun Pondok Jati.
Ipul tidak ingat persis kapan peristiwa ini terjadi, tetapi ada satu waktu saat rekannya sedang giliran mengatur arus lalu lintas di sana, ada sepasang orang tua yang mengendarai motor. Mereka terjebak di tengah rel kereta api.
"Palang sudah diangkat, teman saya suruh maju aja tabrak kendaraan di depan biar mereka maju. Didorong maju biar ngelewatin rel. Mereka maju, tapi enggak senang," ungkap Ipul.
Meski perlakuan rekan Ipul menyelamatkan nyawa mereka, sepasang orang tua itu tidak senang.
Mereka pun pulang untuk mengadukan kejadian itu kepada saudaranya.
"Orangnya balik lagi sambil bawa enam atau tujuh orang, teman saya dipukulin," ungkap dia.
Meski demikian, Ipul tetap tabah menjalani pekerjaannya itu. Bagi Ipul, mendulang uang dari pengendara yang baik hati sambil menyelamatkan nyawa orang adalah sesuatu yang sepadan untuk dilakukan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/14/08000031/cerita-ipul-hadapi-pengendara-terobos-palang-pintu-kereta-api--harus