Salin Artikel

Jakarta Membara dalam Kerusuhan 25 Tahun Lalu: Massa Mengamuk, Mobil Dibakar, dan Bangunan Dijarah

JAKARTA, KOMPAS.com - Tewasnya enam mahasiswa Universitas Trisakti saat aksi damai menutut reformasi pada Selasa (12/5/1998) memantik amarah massa.

Aksi damai yang diikuti oleh mahasiswa, dosen, pegawai, dan para alumni Universitas Trisakti yang digelar hari itu nyatanya tak berjalan mulus.

Tuntutan mahasiswa dalam aksi damai itu meminta pemerintah untuk secepatnya melaksanakan reformasi politik, ekonomi, dan hukum, serta menuntut dilaksanakannya Sidang Umum Istimewa MPR.

Namun, enam mahasiswa justru tertembak oleh berondongan peluru yang diduga ditembakkan aparat yang berada di jalan layang atau flyover Grogol.

Suasana berkabung masih merundung massa sehari setelah penembakan itu. Ribuan massa kembali meluber ke jalan pada Rabu (13/5/2023)

Kerusuhan kembali pecah

Kerusuhan hari itu tak terhindarkan. Massa yang mengamuk mulai merusak dan membakar bangunan serta kendaraan bermotor di sebagian wilayah Jakarta.

Kerusuhan itu bermula dari kawasan di sekitar Kampus Trisakti yaitu Jalan Daan Mogot, Jalan Kyai Tapa, Jalan S Parman.

Menjelang sore hari aksi perusakan dan pembakaran meluas ke kawasan Bendungan Hilir, Kedoya, Jembatan Besi, Bandengan Selatan, Tubagus Angke, Semanan, Kosambi.

Massa yang berdiam di kawasan sekitar kampus Trisakti mulai menyemut sekitar pukul 11.30 WIB.

Ribuan mahasiswa Trisakti yang sedang aksi berkabung atas gugurnya rekan-rekannya itu dilarang keluar atau mendekati pagar kampus demi menghindari insiden yang tak diinginkan.

Sebuah truk sampah di perempatan jalan layang dibakar massa sekitar pukul 12.00 WIB pada Rabu siang.

Massa kemudian melempari barisan aparat yang memblokir jalan di depan Gedung Mal Ciputra dengan batu, botol, dan benda lainnya.

Aparat kemudian mengeluarkan rentetan tembakan peringatan dan gas air mata, yang membuat massa tunggang langgang.

Massa mengamuk dengan membakar dan merusak gedung maupun mobil di Jalan Daan Mogot. Situasi mencekam juga terjadi di parkiran mobil belakang gedung Mal Ciputra.

Sekitar 15 mobil hangus terbakar dan sembilan lainnya hancur total. Isi mobil telah dijarah terlebih dahulu oleh massa sebelum dihancurkan.

Massa juga membakar sebuah bus yang berada di area parkir. Buku-buku kuliah, diktat, tanda identitas mahasiswa tampak berserakan di antara bangkai mobil.

Sekitar pukul 15.30 WIB tiga helikopter terbang rendah dan berputar-putar meminta agar massa yang berada di kawasan Daan Mogot tidak berkerumun dan pulang ke rumah.

Bentrokan antara aparat dan massa berlangsung mulai siang hingga sore hari itu menyisakan batu-batu dan pecahan beling/botol di seluruh badan jalan.

Menjelang maghrib, massa masih terus bergerombol di pinggiran jalan layang Grogol dan di depan Ukrida. Kondisi serupa juga terjadi di Jalan Kyai Tapa.

Kerusuhan massa meletus di kawasan bisnis Jalan Jenderal Sudirman. Lalu lintas dari arah jembatan Sudirman ke Semanggi dan sebaliknya terhenti sekitar dua jam.

Selepas pukul 18.00 WIB keberingasan massa mulai muncul di berbagai kawasan, terutama di Jakarta Barat.

Suasana mencekam masih ditambah padamnya lampu penerangan jalan dan gedung-gedung.

Sementara itu, nyala api terlihat di beberapa tempat di Jakarta Utara, seperti Gedongpanjang, Angke, dan Jembatan Tiga. Wilayah-wilayah tersebut tampak gelap.

Menjelang pukul 22.00 WIB kerusuhan sudah memasuki wilayah Kodya Tangerang, yaitu di wilayah Batuceper. Kerusuhan juga terjadi di Taman Semanan dan Kosambi, Jakbar.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/19/16000031/jakarta-membara-dalam-kerusuhan-25-tahun-lalu-massa-mengamuk-mobil

Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke