Salin Artikel

Kisah Tragis Ayah-Anak Hanyut di Selokan Pamulang, Jenazah Anak Ditemukan di Hari Ulang Tahunnya

JAKARTA, KOMPAS.com - Nasib nahas menimpa D balita berusia 4 tahun bersama ayahnya, R (37). Keduanya hanyut terseret arus selokan di dekat rumah mereka di Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Minggu (21/5/2023) petang.

Peristiwa tragis ini bermula saat wilayah rumah R dilanda hujan deras pada Minggu sore. Sekitar pukul 17.00, D bermain hujan bersama kakaknya, H, serta lima temannya di wilayah tempat tinggal mereka.

Namun, tak disangka D terpeleset dan masuk ke selokan sedalam lebih dari satu meter dengan ukuran lebar hampir dua meter.

Seketika, D hanyut terbawa derasnya arus selokan yang cukup kencang. Di saat hujan deras, kedalaman selokan pun bertambah hingga dua meter.

"Kronologinya bahwa anak ini sedang bermain lalu terpeleset di selokan terbawa arus dan kebetulan kemarin hujan," Kepala Pelaksana Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tangsel Sutang Supriyanto, Senin (22/5/2023).

R yang tahu anaknya terseret arus pun langsung menceburkan dirinya ke selokan yang sama untuk menyelamatkan buah hatinya.

Sayangnya R tak kuat melawan kuatnya arus sehingga turut hanyut terbawa derasnya aliran air selokan.

Sutang mengatakan, jasad pasangan ayah-anak ini baru ditemukan sehari selang kejadian nahas tersebut.

R ditemukan meninggal dunia 3 kilometer dari lokasi kejadian. Adapun jasad D ditemukan 4,5 kilometer dari lokasi kejadian, dalam posisi telungkup dan tersangkut ranting di kali Pesanggrahan.

Jasad ditemukan di hari ulang tahun

Jasad D ditemukan pada Senin (22/5/2023), tepat di hari ulang tahunnya yang keempat.

"D hari ini ultah, sebelum dia meninggal dia sempat bilang, 'Mama, nanti beli kue ya', dijawab iya sama Mamanya, tetapi Allah berkehendak lain," kata Wewen (51) nenek D saat ditemui di rumahnya bilangan Pondok Cabe.

Kepada Kompas.com, Wewen mengenang keseharian yang ia jalani bersama cucunya D. Berulang kali Wewen menceritakan sifat D yang supel dan periang.

"Anaknya ceria kok, cerewet, banyak temannya, cuma ngomongnya belum jelas banget," kata Wewen.

Sebelum cucunya meninggal, tutur Wewen, D kerap mengatakan hal yang tidak biasa seperti keseharian.

"Memang ada firasat sebelum hari ini, suka ngomong yang enggak biasa dia omongin. Sempat bilang 'Mama, Papa nanti beli mobil dua, beli rumah, beli TV dua ya', dijawab orangtuanya iya kalau ada rezeki," kata dia.

Dengan mata berkaca-kaca, Wewen seperti tidak menyangka cucunya pergi secepat itu. Ia berusaha ikhlas dengan kepergian D.

Untuk saat ini, Wewen hanya bisa memberikan dukungan kepada ibunda D, yang kehilangan dua orang tercinta sekaligus.

Sang kakak trauma

Peristiwa hanyutnya D disaksikan langsung oleh kakaknya, H (10). H juga yang memberitahukan ayahnya kalau sang adik hanyut di selokan.

"Saya khawatirnya kakaknya ini jangan sampai kena mental saja, soalnya dia ngelihat depan mata sendiri," tutur Wewen.

H bahkan sempat memperingatkan ayahnya untuk tidak ikut "nyebur" ke dalam selokan karena arusnya kencang.

Wewen meminta doa agar H dan ibunya tetap tegar setelah kehilangan dua anggota keluarga.

"Dia yang bilang juga, 'Jangan nyebur, Pak'. Jadi mudah-mudahan, doain supaya anaknya enggak kena mental. Sekarang juga saya sebagai orangtua juga mendengarkan ibunya, selalu mendukung," kata Wewen.

Kini setelah kehilangan ayah dan adiknya, H akan tinggal bersama sang ibu dan adik bungsunya, di Kebumen, Jawa Tengah.

(Penulis: Firda Janati | Editor: Irfan Maullana, Jessi Carina)

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/24/06000011/kisah-tragis-ayah-anak-hanyut-di-selokan-pamulang-jenazah-anak-ditemukan

Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke