DEPOK, KOMPAS.com - Keluarga dari Ucok Munandar Siahaan, aktivis 1998 yang hilang diculik, pernah mendapatkan teror berupa pengintilan dan ditelepon oleh orang tak dikenal.
Ayah Ucok, Paian Siahaan mengungkapkan, teror itu terjadi menjelang detik-detik anaknya dihilangkan paksa pada Mei 1998.
"Saya waktu itu bawa mobil, pulang kantor jam 21.00 WIB, dari Cikini ke Depok. Saya diikutin mobil Kijang," ucap dia di kediamannya di Beji, Depok, Senin (22/5/2023).
Mulanya, mobil Kijang itu tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan saat bergerak di belakang mobil Paian.
Namun, Paian mulai curiga saat mobil turut menancap gas ketika dirinya mengebut.
"Kalau saya perlambat, mobil juga memperlambat. Mobil ini selalu berada di belakang saya," ucap dia.
Peristiwa ini terjadi sebelum kerusuhan pada 12 Mei, atau beberapa hari setelah Ucok mengontak orangtuanya untuk terakhir kali.
Setibanya di Depok, Paian memarkirkan kendaraan di depan rumahnya untuk membuka pagar.
Kebetulan, rumahnya hanya berjarak sekitar sepuluh meter dari sebuah perempatan.
Di salah satu sisi jalur pada perempatan itu, mobil Kijang yang mengikuti Paian menghentikan lajunya.
"Saya samperin, mobil langsung kabur kencang. Perasaan saya saat itu cuma, ini orang ngapain mengintai saya? Saya bukan orang partai atau apa. Setelah itu kejadian berlalu saja, saya juga enggak kasih tau istri saya," kata dia.
Ucok menghilang
Keluarga mengetahui Ucok menghilang pada 11 Mei 1998. Saat itu, pihak keluarga mendapat telepon dari salah satu teman Ucok.
"Tanggal 11 Mei, temannya yang mau diajak Ucok ke rumah telepon. Katanya mau ketemu Ucok buat nanya, jadi apa enggak kumpul-kumpulnya di Depok," tutur Paian.
Saat telepon berdering, di rumah Paian hanya ada istri dan anak ketiganya saja.
Istrinya yang mendapat telepon itu sontak terkejut. Sebab, ia tidak mendengar kabar bahwa Ucok kembali ke rumah dari indekosnya.
Ia pun mengatakan kepada teman Ucok bahwa anaknya tidak ada di rumah lantaran belum pulang.
"Temannya bingung karena sekitar pukul 20.00 WIB semalam, pada 10 Mei, Ucok keluar kos. Cuma temannya enggak tau Ucok pergi sama siapa dan ke mana," Paian berujar.
"Temannya cuma lihat Ucok jalan ke luar kos, itu terakhir dia ketemu. Ucok enggak bilang mau ke mana, mereka cuma papasan aja," imbuh dia.
Upaya pencarian terus berlangsung sampai Paian sekeluarga mengunjungi kantor KontraS untuk melaporkan hilangnya Ucok.
"Setelah melaporkan hilangnya Ucok, kami bertemu dengan orangtua dari 12 orang lainnya yang hilang," ucap Paian.
"Pas ke KontraS dan ketemu keluarga lainnya, baru sadar kalau Ucok diculik. Karena, yang diculik 23. Tapi hanya sembilan yang dikembalikan," ungkap Paian.
Penculikan ucok
Paian tidak menampik bahwa ia tidak memikirkan apa pun saat diintai oleh orang tidak dikenal pada awal Mei.
Namun, setelah mendapat kepastian bahwa Ucok dihilangkan paksa dan muncul berita soal penculikan saat demontrasi pada Mei 1998, ia mengingat kembali kejadian itu.
"Dalam pikiran saya saat diikuti, enggak ada ke arah situ (Ucok diculik). Saya baru ingat kejadian ini saat Ucok enggak ada-ada kabar. Jangan-jangan itu kaitannya," jelas dia.
"Dulu setelah Ucok hilang dan dicari temannya, (saya pikir) jangan-jangan yang menguntit saya itu bagian dari itu (penculikan)," imbuh Paian.
Paian juga semakin yakin bahwa Ucok memang terlibat dalam aksi demonstrasi Mei 1998.
Pasalnya, Paian mengingat bahwa mobil yang ia kendarai itu pernah dipakai oleh Ucok.
"Analisa saya, orang yang menguntit saya tau mobil suka dipakai Ucok. Maksud saya, dia mungkin mengira dan ingin memastikan Ucok yang bawa mobil itu," jelas dia.
Bentuk teror lainnya yang pernah dialami keluarga Ucok adalah ditelepon oleh orang tidak dikenal.
Teror ini terjadi setelah Ucok menghilang dan frekuensinya cukup sering.
Setiap kali telepon diangkat, tidak ada orang yang berbicara. Telepon hanya dibiarkan selama beberapa detik sebelum dimatikan.
"Pernah sekali ada yang telepon dan bilang, 'Jangan pernah cari-cari Ucok lagi ya!'. Pernah istri saya jawab, 'Saya harus cari anak saya sampai ketemu'. Teleponnya langsung ditutup," ujar Paian.
Semasa era Orde Baru, Soeharto melakukan segala cara untuk mempertahankan kuasanya.
Ia meredam segala kritik yang ditujukan, bahkan dengan lewat cara kekerasan. Sejumlah aktivis diculik.
Beberapa dilepaskan, namun sebagian tak pernah kembali hingga kini.
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mencatat, terdapat 23 orang telah dihilangkan oleh negara.
Dari angka penculikan tersebut, satu orang dinyatakan meninggal, yaitu Leonardus Gilang, sembilan orang dilepaskan, dan 13 lainnya masih menghilang sampai saat ini.
Dari 13 aktivis yang statusnya masih sebagai orang hilang, salah satunya adalah Ucok Munandar Siahaan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/24/16110781/keluarga-aktivis-98-ucok-siahaan-pernah-diteror-diikuti-dan-ditelepon