Salin Artikel

Derita Tiada Akhir Penghuni Rusunawa Marunda: Krisis Air Bersih, Polusi Debu Batubara, dan Marak Pencabulan Anak

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemelut bagi penghuni Rumah Susun (Rusun) Marunda, Jakarta Utara, belum juga berakhir. Warga pinggiran Ibu Kota seolah tak pernah merasakan kehidupan layak.

Selama bertahun-tahun, penghuni rusun itu tak bisa lepas dari bahaya pencemaran udara yang berasal dari debu batubara. Bahkan, area tersebut dinyatakan tak mungkin bersih dari pencemaran lantaran banyak industri di sekitar rusun.

Derita warga rusunawa itu belum usai. Permasalahan air bersih juga masih soal lain bagi penghuni rusunawa. Krisis air bersih terjadi akibat debit air dari Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PAM) Jaya yang suplainya kurang maksimal.

Tak sampai di situ, kini penghuni rusun mengeluh kekeringan. Air bersih yang ada di bak penampungan milik PAM Jaya tidak memadai untuk mengaliri ke sejumlah unit setiap waktu.

Di luar persoalan kebutuhan hidup, penghuni rusun juga sempat dibayang-bayangi bahaya kriminalitas. Pencabulan anak juga marak terjad, bahkan sudah sering terjadi sejak 2016.

Krisis air bersih

Krisis air bersih di Rusunawa Marunda sebetulnya sudah terjadi sudah lama. Masalah air bersih sudah dikeluhkan oleh para penghuni rusun sejak dua tahun terakhir.

"Setahu saya itu sudah dua tahun terakhir keluhannya (sulit mendapatkan air bersih)," ujar Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) DKI Jakarta Sarjoko, Kamis (16/2/2023).

Krisis air bersih itu pun masih sering terjadi hingga kini. Bahkan, masalah itu sudah merembet pada masalah kekeringan yang melanda pernghuni rusun.

Salah satu penghuni, Rahmat (38), mengatakan penghuni mendapatkan air bersih paling tidak satu kali dalam sehari. Krisis air bersih berdampak pada 100 unit hunian di Rusun Marunda.

Ketua RW setempat berinisiatif membeli genset sebagai pembangkit listrik mesin pompa pendorong air dari bak penampungan milik PAM Jaya agar dapat mengalir ke setiap tower yang kekeringan.

Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin sebelumnya mengatakan, PAM Jaya berencana membangun reservoir atau bak penampungan air komunal di sekitar Rusun Marunda di Jakarta Utara.

"Sementara sampai pembangunan Reservoir komunal di STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran)," ujar Arief saat dikonfirmasi, Rabu (15/2/2023).

PAM Jaya telah mengirimkan mobil tangki sebagai solusi jangka pendek terkait keluhan masyarakat yang sulit mendapatkan air bersih. Upaya tersebut dilakukan sementara sampai nanti dibuat bak penampung air bersih.

Area di sekitar Rusunawa Marunda disebut tidak mungkin bersih dari pencemaran debu batubara karena terdapat banyak industri di sekitar rusun tersebut.

"Memang daerah tersebut dikelilingi kawasan industri yang memang industrinya masih pakai batu bara sebagai pembangkit atau bahan bakarnya," sebut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto, Jumat (9/12/2022).

Pengurus Forum Masyarakat Rusunawa Marunda (FMRM), Cecep Supriadi, sebelumnya menyampaikan bahwa pencemaran debu batu bara berulang terjadi beberapa kali sepanjang 2022.

Terparah, pada Maret hingga Juni 2022 debu batu bara menyebabkan gangguan kesehatan, termasuk infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

"Banyak warga yang terkena batuk-batuk, radang tenggorokan, ISPA, gatal-gatal, dan sakit mata," sebut Cecep saat dihubungi, Senin (14/11/2022).

Debu batu bara, kata dia, sempat berhenti sejak Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta mencabut izin PT KCN. Namun, September lalu debu batubara kembali lagi mencemari rusun.

Marak pencabulan anak-anak

Ketua RW setempat, Nasrullah Dompas, menyebutkan ada puluhan anak yang mengalami pencabulan dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, dan pelakunya mencapai sembilan orang.

"Kalau dari catatan saya, kasus kekerasan seksual atau pencabulan terhadap anak-anak itu ada sembilan kasus (9 pelaku) sejak 2016," ujar Nasrullah saat ditemui di Marunda, Kamis (19/1/2023).

Pencabulan anak itu, lanjut Nasrullah, terjadi di beberapa tower rusun. Baik anak laki-laki maupun perempuan menjadi sasaran empuk para predator seksual yang juga menghuni rusun tersebut.

Terakhir, kasus dugaan pencabulan dialami balita berinisial AN (3) pada Kamis (12/1/2023). Namun, hingga kini, pelaku yang sudah teridentifikasi itu masih belum ditangkap dan bebas berkeliaran di rusun.

Adapun dari delapan kasus pencabulan yang terjadi sebelumnya, hanya dua pelaku yang akhirnya dipidana. Sementara, pelaku lainnya hanya diusir dari unit rusun.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/29/17353111/derita-tiada-akhir-penghuni-rusunawa-marunda-krisis-air-bersih-polusi

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Ayah Terduga Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Mengaku Nikah Siri | Pelaku Tak Ditangkap Usai Dilaporkan KDRT

[POPULER JABODETABEK] Ayah Terduga Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Mengaku Nikah Siri | Pelaku Tak Ditangkap Usai Dilaporkan KDRT

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK48B Stasiun Tebet-Kampung Melayu

Rute Mikrotrans JAK48B Stasiun Tebet-Kampung Melayu

Megapolitan
6 Larangan Kampanye di Transjakarta

6 Larangan Kampanye di Transjakarta

Megapolitan
Pemprov DKI Akan Berkomitmen Beri Kemudahan Akses bagi Penyandang Disabilitas

Pemprov DKI Akan Berkomitmen Beri Kemudahan Akses bagi Penyandang Disabilitas

Megapolitan
Kondisinya Belum Stabil, Ayah Terduga Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Belum Diperiksa Kembali

Kondisinya Belum Stabil, Ayah Terduga Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Belum Diperiksa Kembali

Megapolitan
Keluh dan Harap Pedagang di Pasar Tomang di Tengah Melonjaknya Harga Cabai...

Keluh dan Harap Pedagang di Pasar Tomang di Tengah Melonjaknya Harga Cabai...

Megapolitan
Teman yang 'Sliding' Siswa SD di Bekasi Naik Status Jadi Anak Berhadapan dengan Hukum

Teman yang "Sliding" Siswa SD di Bekasi Naik Status Jadi Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Ayah dan Ibu 4 Bocah yang Tewas di Jagakarsa Dirawat di Rumah Sakit Berbeda

Ayah dan Ibu 4 Bocah yang Tewas di Jagakarsa Dirawat di Rumah Sakit Berbeda

Megapolitan
Polisi Tunggu Hasil Otopsi Sebelum Tetapkan Tersangka di Kasus Pembunuhan 4 Bocah di Jagakarsa

Polisi Tunggu Hasil Otopsi Sebelum Tetapkan Tersangka di Kasus Pembunuhan 4 Bocah di Jagakarsa

Megapolitan
Sempat Naik, Kini Harga Telur di Pasar Tomang Barat Stabil

Sempat Naik, Kini Harga Telur di Pasar Tomang Barat Stabil

Megapolitan
Yenny Wahid Tak Setuju Debat Capres-Cawapres di Pemilu 2024 Pakai Bahasa Inggris

Yenny Wahid Tak Setuju Debat Capres-Cawapres di Pemilu 2024 Pakai Bahasa Inggris

Megapolitan
Pemkot Bogor Dapat Penghargaan, Bima Arya: Ini untuk Semua ASN Kota Bogor

Pemkot Bogor Dapat Penghargaan, Bima Arya: Ini untuk Semua ASN Kota Bogor

Megapolitan
Pemprov DKI: Ibu yang 4 Anaknya Diduga Dibunuh Suaminya di Jagakarsa Korban KDRT

Pemprov DKI: Ibu yang 4 Anaknya Diduga Dibunuh Suaminya di Jagakarsa Korban KDRT

Megapolitan
Kasus Covid-19 Melonjak, Dinkes DKI: Belum Butuh Pembatasan

Kasus Covid-19 Melonjak, Dinkes DKI: Belum Butuh Pembatasan

Megapolitan
Sebelum Pemeriksaan Psikologis, Ayah Terduga Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Lebih Dulu Dipulihkan Kondisinya

Sebelum Pemeriksaan Psikologis, Ayah Terduga Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Lebih Dulu Dipulihkan Kondisinya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke